Walau ekspresi di wajahnya tampak datar, tapi kedua pipinya yang memerah tidak bisa disembunyikan. Mereka kini hanya berdua saja di kamar Ran. Evan telah pergi untuk menengok kamarnya, diantar oleh Yuan. Theo duduk di sofa di kamar itu, sementara Ran duduk di hadapannya dengan postur kaku. Tapi Theo merasa terhibur melihat semburang merah muda itu. Kulit Ran sangat putih, dan entah karena cuaca yang sedikit panas atau karena situasi mereka saat ini. Theo membuka suara, “Jadi, kamu mencintaiku?” tanyanya. Semburat merah di wajah Ran semakin jelas terlihat. Theo menatapnya terhibur. “Itu hanyalah salah satu sandiwara yang aku lakukan, supaya Evan tidak perlu merasa khawatir dengan nasib kakaknya di tangan pria asing yang baru beberapa kali dia lihat.” “Hm… begitu. Apa aku juga harus men