SEGELAS s**u, setangkup roti, dan satu paket bekal sudah kusiapkan di atas meja. Radian hanya perlu memakan, lalu membawa bekal ke kantornya. Ya, aku nggak mogok beraktivitas, melainkan tetap melaksanakan tugasku. Semarah apa pun, sebesar apa rasa kecewa, aku tetaplah seorang istri yang memiliki kewajiban; melayani Radian dengan baik. Tetapi untuk berbicara dan tersenyum, aku belum bisa memberinya itu. Waktu satu malam belum cukup untuk memulihkan hati dan jantungku. Luar biasa. "Kamu udah makan?" Radian duduk di seberangku, menangkup roti yang telah kusiapkan. Aku mengangguk. "Nanti nggak pergi kemana-mana?" Aku menggeleng, sembari mengunyah rotiku sendiri. Dia sangat mengerti dengan memberiku pertanyaan yang bisa kujawab hanya lewat anggukan atau gelengan kepala. Aku bersyukur unt