Dan pelaku kejahatan itu memang harus di hukum! itu artinya aku akan menghukum dirimu agar jadi milikku untuk selamanya!
__Sean Alexy__
***
Gledys berlari dari ruangan musik dengan napas tersengal. Perlakuan Sean di ruang musik padanya tadi. Membuat gadis itu bereaksi aneh. Gue harus hindari cowok itu!_ Gledys memegang dadanya yang berdetak begitu cepat. Ia memejamkan kedua matanya sejenak. Sentuhan Sean di wajahnya seakan meninggalkan warna tersendiri di hatinya. Tidak! Gue harus lupain ini_ perempuan itu berjalan menuju kelasnya dengan langkah terseok-seok, dan napas lelah. Dasar cowok Playboy s****n!_ gerutunya lagi dalam hatinya. Sampai sebuah getaran ponsel di saku roknya, mengalihkan kekesalan gadis itu.
RARA...
Xender sudah pulang kerumahnya...
Hampir saja Gledys menjatuhkan ponselnya, saking kagetnya menerima pesan tersebut.
Enggak mungkin ...
Gledys menyandarkan punggungnya ke dinding ruangan kelasnya. Yang kebetulan masih kosong karena hari memang masih pagi.
"Pagi Gled ..." Sapa Chacha. Bukannya di balas, Gledys malah ketakutan seperti melihat setan saja.
"Lo kenapa sih?" Tanya Chacha heran. Melihat sahabatnya yang menatap dirinya seperti menatap penghuni kuburan saja.
"Oh sorry. " Lirih Gledys. Lalu ia segera menuju bangkunya.
"Gled. Kemarin kak Sean ngomong apa sama Lo?"
"Kapan?"
"Kemarin. Bukannya Kak Sean maksa lo buat masuk ke mobilnya. Lo tau gak? Anak Mutiara pada heboh gosipin lo!" Jelas Chacha. Gledys hanya diam saja sambil melihat ponselnya.
"Gled. Kok lo tenang-tenang aja sih, lo enggak takut Niken labrak lo lagi" ucap Chacha cemas.
"Gue enggak salah. Ngapain gue harus takut," jawab Gledys tetep santai dan cuek menatap layar ponselnya.
"Gue takut aja, terjadi apa-apa sama lo. Buat gue lo itu sahabat yang gue sayang banget," Chacha meluk Gledya hangat.
"Lo gombal banget. Ada yang di maukan lo?" Ledek Gledys. Tapi tetep membalas pelukan sahabatnya itu.
"Dih segitunya lo sama gue. Gue tuh pertama kenal sama lo, emang udah sayang banget tau!"
"Dih, serem gue. Jangan-jangan lo m**o lagi," Gledys mendorong Chacha dengan pura-pura jijiknya.
"Gue punya pacar bodoh!" Sebal Chacha, meraih ponselnya. Ia memperlihatkan photo laki-laki yang terpasang di screen ponselnya.
"Mana gue lihat?" Selidik Gledys. Baru saja kepalanya menunduk. Namun Chacha segera menarik ponselnya.
"Ih jangan. Nanti lo suka!" Chacha memasukkan ponselnya ke dalam tas nya.
Gledys hanya menggeleng, jengah saja.
Lalu detik berikutnya, para murid IPA pada masuk dan mulai membuat suasana ruangan kelas jadi ramai. Kemudian di susul oleh kedatangan Bu Parida yaitu guru matematika di Mutiara Bangsa.
"Pagi anak-anak!" Sapa bu Parida.
"Pagi buuu ..." jawab semua para murid, dengan antusiasnya.
"Kita mulai pelajaran matematikanya ya ... siapkan buku paketnya," jelas Bu Parida. Lalu para murid pun mulai menyiapkan bukunya. Pelajaranpun di mulai dengan khidmat meski tak bisa pungkiri bawaan Bu Parida membuat suasana jadi tegang. Namun, tak jarang pula Bu Parida memberikan candaannya hingga suasana menjadi sedikit mencair, sehingga para murid bisa nyaman dengan pelajaran yang orang bilang bisa membuat rambut rontok dan kepala pusing tujuh keliling tersebut.
_My Sean_
Kantin Mutiara Bangsa adalah surganya makanan. Di sana terdapat bermacam-macam jenis makanan enak dari mulai. Bakso, mie ayam, soto, mie rebus, gorengan, nasi padang dan makanan yang lainnya yang enak namun masih bisa di jangkau oleh saku anak sekolahan.
Gledys duduk berhadapan dengan Chacha seperti biasanya,
"Enak ya bakso di sini," Chacha mulai menikmati makan siangnya.
Gledys hanya mengangkat kedua alisnya saja, sambil mengunyah baksonya.
Tiba-tiba...
Braaakkk!!
Geprakan seseorang membuat Chacha hampir keselek baksonya.
"Apaan sih lo Nik?" Sebal Chacha.
"Diem lo!" Bentak Niken. Gadis berambut coklat itu menatap tajam pada Gledys dengan kedua tangannya yang masih diatas meja.
"Eh, lo Gledys. Cewek gatel, ngapain lo kemarin masuk ke mobilnya Sean?" Tanya Niken sinis.
Gledys diam saja, dengan wajah santai--sambil tetap mengunyah makan siangnya. Tak sedikitpun ia takut dengan geprakan Niken.
"Hey! Gue ngomong sama lo?" Sebal Niken lagi.
"Gue denger!" sahut Gledys tetep dingin.
"Ya jawab! Kenapa lo kemarin masuk ke mobilnya Sean?"
"Emang, masalah buat lo?" Jawab Gledys tetep cuek.
Chacha meringis, ia takut Gledys di serang Niken dan antek-anteknya. Karena gadis itu malah seperti menantang, tidak sedikitpun ia terlihat takut pada cewek pembuat onar itu. Sedangkan yang Chacha tahu, setiap orang yang bermasalah dengan Niken. Pasti akhirnya bakal kena bully habis-habisan.
"Gled ... diem aja sih. Dari pada lo entar di bully," bisik Chacha pelan.
Dan Gledys malah senyum kecil menanggapinya.
"Lo berani banget nantang gue!"
Niken mendekatkan wajahnya pada Gledys. Menatapnya tajam seakan ingin membuat gadis itu terintimidasi. Namun salah, Gledys hanya menyeringai santai sambil tetep mengunyah makanannya.
"Emang siapa lo?" sahut Gledys tetep santai.
"Girls ..."
Panggil Niken. Lalu ke empat gadis itu segera mengerubungi Gledys, yang duanya memegang tangan Gledys. Dan yang keduanya lagi menyiram kepala gadis itu dengan es segar yang tadi Gledys pesan.
Chacha membelalak lebar melihat sahabatnya basah kuyup oleh es berwarna merah itu yang tak lain jus stroberry yang belum Gledys minum sedikitpun.
"Wah gimana? Segerkan, panas-panas gini mandi es segar," Sinis Niken. Gledys senyum kecil di sudut bibirnya. Senyum yang menandakan bahwa kelima gadis itu mulai saat ini akan menjadi incarannya.
Sekuat tenaga Gledys menahan amarahnya. Agar ia tidak membuat kesalahan, yang ke-dua kalinya seperti dulu.
Gadis itu memejamkan sejenak kedua matanya, ia takut dirinya kembali menyerang karena dirinya yang merasa terancam, sehingga otaknya mengintruksikan ke alam bawah sadarnya untuk menyerang ketiga gadis tersebut, dan akhirnya ia melakukan p*********n yang tidak di sadarinya. Seperti waktu itu.
"Sudah selesaikan? Kalau gitu silahkan kalian pergi," Ucap Gledys dingin.
Niken maju satu langkah lalu mencengkram dagu Gledys dengan kasar, "Sekali lagi lo deketin Sean. Lo bakal tau akibatnya!" Ancamnya, lalu ia segera pergi dengan ke empat sahabatnya itu. Gledys menarik napas panjang. Menunduk mencoba menenangkan dirinya.
"Ya ampun Gled," cemas Chacha. Ia segera mengelap baju sahabatnya itu dengan tisu di tangannya.
Gledys tak menjawabnya, ia terdiam, kemudian berdiri dari duduknya. Lantas pergi meninggalkan Chacha keluar kantin.
***
Di sebuah gudang yang gelap. Seorang gadis mengeluarkan pisau lipat dari rok sakunya. Lantas ia mulai membuka dan menusuk-tusukan ujung pisau yang tajam tersebut, ke atas meja. Dengan kuat dan penuh nafsu.
"Berani-beraninya lo sama gue! Lo benar-benar cari mati! s****n! Sialannn!"
Gadis itu terus meracau penuh nafsu. Sambil menusuk dataran meja yang licin tersebut, menjadi hancur terkoyak. Amarahnya yang memuncak sedari tadi akhirnya ia tumpahkan dengan begitu brutalnya.
Tiba-tiba! Ada lengan kokoh yang melingkar di perutnya. Dan deruh napas hangat di lehernya.
"Rupanya kamu perusak meja-mejaku, cantik!"