"A-aku cinta sama Mas Adeen!" Kalimat itu terngiang-ngiang. Bahkan ketika Adeen meluruskan kaki. Merenggangkan badan. Dan menatap langit-langit kamar. Tak nyaman. Dia beranjak dari kursi kebesaran. Dinding kaca ia dekati. Menatap biru langit membentang dari lantai lima belas Central Tower. Dua tangannya menelusup ke saku celana. Tanpa diminta, sudut bibirnya tertarik begitu saja. "Ha...haha. Jadi dia menyukai ku ya? Si gadis desa itu?" Dia menggeleng tak percaya namun senyumnya mengembang sempurna. "Sungguh dia menyukai ku? Si Ayu bar-bar itu?" Bibirnya terasa kering. Lidahnya menjalankan fungsinya untuk membasahi. "Tck, tck, tck. Ku pikir gadis sepertinya hanya tahu membuat orang kesal." Adeen mengulas ulang ingatan siang itu. Karena satu dan lain hal dirinya harus menemui sang Mam