Diam, Ayu menunduk menyesal. Persis sekali seperti anak SD yang terdakwa bersalah. Mau dimarahi, nanti dia nangis. Mau dinasehati, ah, memang Adeen ahli dalam hal itu? Terlebih dia Ayu. Orang bebal yang tidak bisa diberi tahu. “Aku akan membuatkan yang baru,” ucap Adeen setelah menetralkan kesal. “Lebih dari itu… berkas mu sudah masuk ke universitas. Mungkin sekitar seminggu lagi kau bisa mulai kuliah. Kampusnya tidak jauh dari sini.” Adeen melirik Ayu. Dia masih tertunduk. Ah, rupanya dia bisa merasa bersalah juga. Ini sedikit menarik. “Kau bisa naik motor?” lanjutnya. Ayu mengangguk samar. Belum berani bersuara. Pikir saja, dia menghilangkan uang sepuluh juta. Baginya itu adalah uang tabungan yang bisa didapat bertahun-tahun lamanya. Yah, walau Adeen tidak mempermasalahkan itu. “AT