Wyvern, 11

2085 Words
Yang terdengar dari ruangan itu hanyalah suara mantera-mantera sihir yang tengah dibacakan oleh sekelompok penyihir wanita, Coven tentu saja julukan untuk mereka. Para Coven yang mengenakan jubah serba hitam itu jika dihitung lebih dari sepuluh orang. Mereka tengah berputar mengeliling bola Kristal seraya mulut mereka yang tiada henti melafalkan berbagai mantera sihir yang sangat mampu membuat bulu kuduk siapa pun yang mendengarnya akan meremang. Seiring dengan semakin banyaknya mantera sihir hitam yang dibacakan, semakin bola Kristal itu memancarkan cahaya yang menyilaukan mata. Dari dalam bola Kristal yang menyala terang itu terlihat pantulan para Wyvern yang tengah beristirahat di sarang masing-masing di pegunungan yang terletak tepat di belakang kastil RKA. Berdiri di belakang para Coven adalah Ratu Calista yang terus saja mengulas seringaian lebar, dia senang bukan main karena akhirnya impian yang sudah dia pendam selama puluhan tahun lamanya, akhirnya bisa terwujud hari ini, hari di mana kerajaan musuh akan jatuh. Saat para Coven memberikan pengorbanan dengan melumurkan darah yang sudah mereka siapkan pada bola Kristal, maka saat itulah ritual itu pun selesai dilakukan. Nun jauh di sana, di pegunungan tempat para Wyvern beristirahat selepas menjalankan misi bersama penunggang masing-masing, keanehan tengah terjadi. Bola mata besar mereka yang terpejam, kini terbuka dengan sendirinya. Namun, dalam  keadaan yang tidak normal karena bola mata itu berubah hitam pekat tanpa cahaya seolah sesuatu tengah menguasai diri para makhluk raksasa menyerupai naga tersebut. Mereka gelisah di sarang masing-masing, sebelum mereka berhamburan, terbang di udara meninggalkan sarang dan melesat cepat menuju satu tujuan yang sama yaitu istana Kerajaan Regnum. Mereka mengepakkan kedua sayap lebar dan besar, dengan kecepatan tinggi terbang di langit, tak membutuhkan waktu yang lama hingga akhirnya mereka tiba di tempat yang menjadi sasaran mereka. Para Wyvern yang dalam kondisi terpengaruh oleh sihir jahat itu pun mulai melakukan kekacauan. Mulut mereka yang terbuka, seketika menyemburkan api. Api yang sangat besar menyala, kini membakar apa pun yang terkena oleh api tersebut. Saat api mengenai bangunan istana, suara ledakan terjadi. Begitupun ketika api mengenai kastil RKA, ledakan dan guncangan hebat terus terjadi membuat suasana hening seketika berubah menjadi gempar. Semua orang yang berada di istana maupun kastil tampak panik dan berhamburan, mencoba menyelamatkan diri. Tetapi begitu mereka keluar dari bangunan mewah bernama istana dan kastil, hanya kengerian yang mereka temukan. Api sudah mengepung mereka. Ledakan demi ledakan dan guncangan demi guncangan datang secara bertubi-tubi. Tidak salah lagi semua berasal dari para Wyvern yang tiba-tiba melancarkan serangan ini. Mereka beterbangan di udara, berputar-putar mengelilingi langit istana maupun kastil RKA yang letaknya memang cukup berdekatan. Ketika mereka perlahan turun maka semburan api yang akan mereka keluarkan dari mulut. Teriakan demi teriakan mengalun saling bersahut-sahutan dari orang-orang yang luar biasa ketakutan karena teror mendadak ini. Padahal beberapa menit yang lalu suasana masih aman terkendali. Para Wyvern bersikap normal dengan mematuhi para ksatria penunggang mereka. Namun, dalam sekejap mata kengerian ini tiba-tiba saja terjadi. Para Wyvern yang awalnya dianggap sebagai pelindung Kerajaan Regnum berubah menjadi musuh yang ingin meluluhlantakan, meratakan istana dan kastil RKA menjadi rata dengan tanah. Di bawah sana, para prajurit istana sudah berkumpul. Siap melawan para Wyvern, sayangnya mereka bukanlah lawan yang seimbang. “Lepaskan tembakan!” Komando diberikan oleh Sang Jenderal yang memimpin pasukan, sehingga dalam hitungan detik ribuan anak panah melesat menuju langit, target mereka adalah para Wyvern yang masih terbang dan berputar-putar di langit. Akan tetapi, tak ada satu pun dari serangan mereka yang berhasil menumbangkan walau satu  Wyvern. Ujung anak panah mereka yang runcing dan tajam seolah tak mampu menembus kulit tebal terbungkus sisik yang menyelimuti tubuh sang Wyvern. Anak panah-anak panah itu kembali meluncur ke bawah begitu para Wyvern mengepakan sayap besar mereka, sehingga angin yang berhembus membuat anak panah itu berbalik arah, kembali meluncur ke bawah dan …. Waaaaaaaaaaaaaaaaa! Aaaaaaaaarrrgghhhh! Aaaaaaakhhhhhhhh! Teriakan demi teriakan dari para prajurit istana yang tertusuk anak panah yang mereka lepaskan sendiri menjadi satu-satunya suara memilukan yang terdengar. Dalam hitungan menit, banyak nyawa berjatuhan. Mayat bergelimpangan di tanah layaknya ranting yang kering. Saat para Wyvern terbang turun dan kembali menyemburkan api, detik itu juga semua jasad terbakar hingga menjadi abu. Di dalam istana, kondisi terlihat kacau balau. Semua anggota kerajaan mencoba menyelamatkan diri. Mereka berlarian menuju ruang bawah tanah dengan dipandu para prajurit yang siap sedia mengorbankan nyawa demi memastikan keselamatan mereka. Ruang bawah tanah yang merupakan satu-satunya tempat yang mereka anggap sebagai tempat teraman untuk berlindung dalam kondisi darurat seperti ini. Sedangkan di dalam ruangan kebesaran raja, suasana tampak tegang dan mencekam. “Sebenarnya apa yang terjadi di sini?!” Bentak pria mengenakan mahkota di kepalanya, pria berusia sekitar 40-an jika dilihat dari postur tubuh dan perawakannya. Dialah King Louis, raja Kerajaan Regnum yang tengah memerintah saat ini. “Ampun, Yang Mulia. Kami juga tidak tahu kenapa para Wyvern tiba-tiba menyerang.” Salah seorang petinggi prajurit istana memberikan laporan. Sebuah laporan yang membuat sang raja murka bukan main. “Bagaimana bisa hal seperti ini terjadi? Apa yang dilakukan para ksatria penunggang Wyvern?” “Kami dengar beberapa jam yang lalu mereka baru saja selesai menjalankan misi dengan Wyvern masing-masing. Tapi entah kenapa tiba-tiba para Wyvern itu mengamuk.” Sang raja menggebrak pegangan kursi singgasana raja yang sedang dia duduki. “Pasti ada yang tidak beres. Perintahkan mereka untuk menyelesaikan masalah ini. Hentikan kekacauan ini dan kendalikan para Wyvern itu!” Sang raja yang murka memberikan perintah, yang langsung dituruti oleh para prajuritnya. Perintah dari sang raja pada semua penghuni kastil RKA tiba begitu cepat, hanya dalam hitungan menit kini semua siswa di sana tampak sibuk dan panik. Mereka diperintahkan untuk mengendalikan Wyvern masing-masing yang tiba-tiba mengamuk, tapi mereka tak tahu dengan cara apa harus menghentikan mereka. Beberapa jam yang lalu para Wyvern masih tampak normal, bahkan mampu bekerja sama dengan penunggangnya seperti biasa. Ketika secara mendadak mereka menciptakan kekacauan mengerikan ini, tidak ada satu pun dari para siswa RKA yang mengetahui penyebabnya. “Bunyikan tubae! Wyvern kalian pasti bisa mendengar suaranya dan mematuhi perintah kalian!” teriak Crowley, memberikan perintah pada semua siswanya untuk membunyikan alat pemanggil Wyvern itu dengan serempak. Di detik berikutnya, suara yang berasal dari tubae yang ditiup secara serempak itu mengalun dari arah puncak kastil karena semua siswa RKA tengah berkumpul di sana. Berharap setelah mendengar suara itu para Wyvern akan kembali normal, nyatanya tidak demikian. Yang terjadi justru sebaliknya. Para Wyvern menukik turun dari langit bersamaan dengan mulut mereka yang terbuka lebar. Api kembali menyembur keluar, membakar kastil itu sehingga bangunannya mulai meleleh karena terbakar. Banyak para siswa yang gugur karena terkena api yang disemburkan Wyvern mereka. Siswa yang tersisa berhamburan mencoba melarikan diri dari bangunan kastil yang perlahan namun pasti mulai runtuh karena terus disembur oleh api luar biasa panas dari para Wyvern. Berita kegagalan para ksatria penunggang Wyvern mengendalikan Wyvern mereka telah tiba ke telinga sang raja, membuat raja semakin murka. Wajahnya memerah dengan mata melotot, tiada henti meneriakkan amarahnya sehingga tak ada satu pun prajurit yang berani mendekati. “Kenapa hal mengerikan seperti ini bisa terjadi? Kenapa?!” teriak sang raja. Tak ada yang berani mengeluarkan suara, semua prajurit yang berada di sana dan mendengar amukan sang raja tak ada yang bisa memberikan penjelasan yang tepat dengan tragedi mengerikan yang tiba-tiba terjadi ini. Sang raja yang mengamuk sehingga tidak henti berteriak seraya melemparkan benda apa pun yang ada di dekatnya itu, diam tertegun ketika menyadari sesuatu. Dia teringat pada cerita kuno di masa lalu yang kini menjadi sebuah sejarah. Sejarah tentang awal kedatangan para Wyvern dan kemunculan mereka yang melakukan teror seperti ini berhasil dikendalikan oleh Raja Reegan. Sang raja yang dianggap sebagai pendiri sekaligus pahlawan kerajaan itu memang sudah tidak ada. Tapi bukankah senjata berupa pedang yang katanya menyimpan kekuatan sang raja masih ada dan tersimpan dengan aman di istana? Sebuah pedang bernama King Sword yang diwariskan secara turun-temurun pada ksatria penunggang pemimpin para Wyvern, Eldron. “Berikan King Sword pada ksatria penunggang Eldron. Mungkin dia bisa mengendalikan para Wyvern dengan menggunakan pedang itu. Di dalam pedang masih tersimpan kekuatan sihir mendiang Raja Reegan!” teriak sang raja kembali mengutarakan perintahnya. “Tunggu apalagi? Cepat lakukan!” Raja Louis geram bukan main karena alih-alih langsung menjalankan perintahnya, para prajuritnya yang dia nilai lamban itu justru hanya diam mematung di tempat. “Ampun Yang Mulia. Tapi kami mendengar kabar, Eldron dan penunggangnya sedang menjalankan misi jangka panjang untuk memantau pergerakan Kerajaan Centrum. Mereka belum kembali ke kastil RKA sampai sekarang.” Mendengar laporan yang begitu mengecewakannya itu, Raja Louis menggeram keras. “Jadi Eldron juga tidak ada di sini? Dia tidak ikut menyerang kita?” “Tidak Yang Mulia. Eldron tidak ada di antara mereka.” Sekarang Raja Louis memahami semuanya. Pantas saja para Wyvern itu tak bisa dikendalikan karena satu-satunya yang bisa mengendalikan mereka yaitu Eldron, sang pemimpin para Wyvern sedang tak ada di sini. “Yang Mulia, lebih baik anda ikut bersembunyi di ruang bawah tanah seperti keluarga inti kerajaan. Situasi di luar semakin berbahaya. Para Wyvern terus mengamuk dan membakar segalanya, kastil RKA juga sudah hancur terbakar, kini sudah diratakan dengan tanah, Yang Mulia.” Raja Louis terbelalak, terkejut luar biasa mendengar kekacauan yang dibuat para Wyvern ternyata sebesar dan semengerikan itu. “Lalu bagaimana dengan istana?” Para prajurit saling berpandangan, sebelum kepala mereka menggeleng dengan serempak sebagai jawaban. “Tidak lama lagi istana juga akan hancur jika terus dibiarkan seperti ini.” Kedua mata sang raja memelotot, kembali tersulut emosi. “Apa yang dilakukan para prajurit istana? Kenapa mereka tidak menyerang dan menghentikan para Wyvern itu?!” “Kami sudah mencobanya, Yang Mulia. Tapi tidak berhasil. Kita kehilangan banyak prajurit yang gugur karena terkena semburan api para Wyvern.” Raja Louis merasakan sekujur tubuhnya terasa bergetar hebat, kedua lututnya terasa begitu lemas hingga tanpa sadar dia jatuh berlutut. Para prajurit yang melihatnya, bergegas membantu sang raja untuk kembali bangkit, tapi ditepis kasar olehnya. Raja Louis tak mengizinkan siapa pun membantunya berdiri. Dia merasa hancur begitu mengetahui kerajaannya dihancurkan oleh para Wyvern yang semula menjadi senjata utama yang selalu memastikan kerajaan, wilayah kekuasaan dan rakyatnya hidup dengan aman. “Yang Mulia, lebih baik anda pergi ke ruang bawah tanah sekarang juga. Istana utama mulai terbakar. Istana ini tidak akan mampu bertahan lebih lama lagi.” Seorang prajurit memberikan laporan dengan panik dan ketakutan karena dia sudah melihat seberapa kacau dan hancur istana akibat terus dibakar oleh para Wyvern. Raja Louis yang terguncang itu kini memutuskan untuk melakukan tindakan nekat, sebagai seorang raja … dia harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan kerajaannya seperti yang dilakukan Raja Reegan, ratusan tahun silam. “Berikan King Sword padaku!” “Yang Mulia …” “Cepat!!” teriak Raja Luois, tak menerima bantahan apa pun. Beberapa prajurit bergegas berlari menuju tempat pedang itu disimpan. Tak membutuhkan waktu yang lama pedang berukuran besar dan terlihat berkilauan meskipun sudah berusia ratusan tahun itu kini berada di tangan sang raja. Raja Loius dengan gagah berani berjalan menuju menara istana, dia akan mencoba melawan para Wyvern, berharap kekuatan Raja Reegan yang tersimpan di dalam pedang itu mampu menyelamatkan kerajaannya. Mampu mengendalikan para Wyvern agar kembali tenang seperti semula. “Kalian, dengarkan aku! Patuhi perintahku!” teriak Raja Louis, setibanya dia di menara tertinggi istana. Pedang di tangannya dia angkat tinggi ke atas, berharap para Wyvern yang melihatnya akan menuruti perintahnya. “Hentikan serangan kalian!” Nyatanya harapan Raja Luois hanya angan-angan belaka. Benar, dia memiliki darah Raja Reegan yang mengalir di tubuhnya, tapi rupanya dia tak pernah ditakdirkan untuk menjadi pewaris kekuatan dari pedang itu. King Sword di tangannya sama sekali tak mampu mengeluarkan kekuatannya. Salah satu Wyvern tiba-tiba menukik turun dan sang raja tak bisa berkutik ketika Wyvern itu membuka mulut, berpikir dirinya akan dibakar hidup-hidup oleh sang Wyvern, nyatanya tidak demikian. Karena Wyvern itu rupanya mencengkeram tubuh Raja Louis dengan cakar tajam di kakinya dan membawa sang raja terbang meninggalkan istana. Pedang besar itu terjatuh dari tangan sang raja yang sekarang tak berdaya karena Wyvern yang menangkapnya, entah akan membawanya ke mana. Seolah-olah tujuan mereka sejak awal hanya ingin menangkap Raja Louis, begitu salah satu dari mereka berhasil menangkap pria itu, para Wyvern kini beterbangan meninggalkan area istana. Selama terbang menuju tempat tujuan, para Wyvern tiada henti melakukan teror dengan menyemburkan api yang membakar semua yang mereka lewati, termasuk pemukiman rakyat. Dalam tragedi itu, entah berapa nyawa yang menjadi korban keganasan para Wyvern. Kini sekelompok Wyvern itu pergi meninggalkan wilayah Kerajaan Regnum, menuju suatu tempat yang akan menjadi tempat tinggal mereka yang baru, Kerajaan Centrum, di mana para Coven yang mengendalikan mereka dengan sihir hitam, kini sudah menunggu kedatangan mereka dengan tak sabar, terutama Ratu Calista yang sudah gatal ingin menyiksa musuh bebuyutannya, Raja Louis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD