Mengejar Para Wyvern

1143 Words
Langit dipenuhi oleh para wyvern yang terus berterbangan entah menuju ke mana. Suara geraman mereka mengalun, memekakan telinga siapa pun yang mendengarnya. Suara yang menggelegar dan sukses membuat siapa pun gemetaran karena ketakutan. Sedangkan di bawah, Edrea dan Algren tampak terheran-heran, entah apa yang tengah terjadi ini tapi mereka mencurigai sesuatu yang buruk telah terjadi. "Hei, coba lihat punggung para wyvern itu, tidak ada penunggang mereka yang duduk di sana," ucap Edrea yang seketika membuat Algren menatap ke arah punggung para wyvern. Dan benar saja memang tak ada satu pun wyvern yang memiliki penunggang. Mereka semua terbang atas kehendak sendiri. "Ini aneh. Biasanya tidak pernah seperti ini. Setahuku wyvern akan selalu terbang bersama penunggangnya." Edrea masih mengungkapkan rasa heran yang menggelayut di hatinya. "Ini memang sepertinya telah terjadi sesuatu dengan para wyvern itu. Aku merasakan firasat buruk." Algren pun berlari menghampiri Eldron dan Elmara yang masih mendongak menatap ke langit, menatap rekan-rekan mereka sesama wyvern yang tengah menunjukan sikap aneh. "Eldron, apa kau tidak bisa melakukan sesuatu? Kau ini pemimpin mereka, kan?!" tanya Algren sehingga sang pemimpin wyvern itu kini menatap dirinya. "Coba cari tahu apa yang terjadi pada rekan-rekanmu itu. Kenapa mereka berterbangan tanpa penunggang mereka?" Seolah menuruti perkataan Algren, Eldron pun menggeram kencang, dia mengeluarkan suara auman yang menggelegar seolah sedang memanggil rekan-rekannya. Seharusnya para wyvern akan bereaksi dan patuh pada panggilan pemimpin mereka, tapi ada yang aneh di sini karena para wyvern itu tampak tak peduli dan mengabaikan sepenuhnya panggilan Eldron. Eldron yang marah karena diabaikan pun mengepak-ngepakkan sayapnya seolah bersiap untuk terbang. "Algren, cepat kau naik ke punggung Eldron, dia sepertinya akan terbang!" Edrea mencoba mengingatkan karena Algren yang begitu tidak peka itu hanya menatap dalam diam padahal terlihat jelas Eldron tengah bersiap untuk terbang. "Ah, kau benar juga." Algren menyadari kebenaran perkataan Edrea, dia mencoba untuk naik ke punggung wyvern-nya, tapi semua terlambat karena belum sempat Algren naik dan duduk manis di punggung Eldron, sang pemimpin wyvern itu justru sudah terbang ke langit dengan kecepatan tinggi. "Hei, jangan tinggalkan aku. Kembali Eldron!" teriak Algren panik dan histeris karena dia ditinggalkan oleh wyvern-nya. Pria itu berlari untuk mengejar Eldron, berharap sang wyvern kembali turun ke bawah dan mengizinkan Algren untuk naik di punggungnya. Namun, semua usaha Algren sia-sia karena seberapa keras dia berteriak memanggil Eldron, dan seberapa cepat dia berlari untuk mengejar Eldron, tetap saja wyvern itu mengabaikannya. Dia tetap terbang di langit seolah berniat mengejar rekan-rekannya. "Hei, Eldron! Kembali!" "Percuma saja kau berteriak terus, dia tidak akan mendengarkanmu." Algren mendelik tajam pada Edrea yang sudah duduk manis di punggung Elmara. Wyvern betina itu tengah terbang rendah, terlihat sedang bersiap untuk terbang tinggi mengejar Eldron. "Kau ini payah sekali. Masa tidak menyadari wyvern-mu sedang bersiap untuk terbang. Dan lagi bagaimana kau bisa menungganginya jika mengendalikan wyvern-mu saja, kau tidak sanggup?" Algren mendengus jengkel. "Apa ini waktu yang tepat untuk mengejekku? Kita harus cepat mengejar Eldron. Izinkan aku duduk di punggung wyvern-mu juga." Edrea memutar bola mata. "Huh, kau ini merepotkan. Ya sudah, cepat naik." Algren berdecak karena walau gadis itu sudah mengizinkannya untuk ikut duduk di punggung wyvern-nya, bagaimana cara Algren naik jika Elmara terus terbang seperti itu? "Hei, cepat naik. Kau ini lamban sekali!" bentak Edrea yang kesal dengan kelambanan Algren. "Bagaimana aku bisa naik kalau Elmara terbang terus?" "Ck, kau ini memang merepotkan, ya? Cepat raih tanganku!" Edrea pun mengulurkan tangannya membuat Algren harus berlari cepat demi bisa meraih tangan gadis itu. "Cepat! Kau lamban sekali!" teriak Edrea yang nyaris habis kesabarannya menghadapi Algren yang menurutnya sangat lamban. "Tunggu sebentar. Aku sedang berusaha meraih tanganmu!" Ketika jaraknya dengan tangan Edrea yang terulur sudah semakin dekat, Algren pun melompat dan berhasil meraih tangan gadis itu. Namun, karena tangan Algren berkeringat akibat terlalu banyak berlari, dia tergelincir karena tangannya menjadi begitu licin. Padahal Elmara sudah mulai terbang tinggi. Jika Algren sampai jatuh maka pria itu mungkin tidak akan selamat. "Algreeen!" teriak Edrea yang panik bukan main karena pegangan tangan Algren pada tangannya terlepas. "Aarrrghh! Tolong akuuuu!" Sedangkan Algren sedang berteriak ketakutan karena tubuhnya kini sedang meluncur jatuh ke bawah. Di saat Algren dan Edrea berpikir pria itu tidak akan selamat karena sebentar lagi akan mendarat di tanah dengan keras, mereka dikejutkan oleh gerakan cepat Elmara yang menangkap tubuh Algren dengan salah satu cakar kakinya. Sang wyvern betina berhasil menangkap tepat waktu sebelum tubuh Algren menabrak tanah yang keras dan berbatu. "Fyuuh, aku selamat," ucap Algren, mengembuskan napas lega sambil menyeka keringat yang membanjiri keningnya. "Kau ini benar-benar bodoh. Untung saja Elmara menangakpmu tepat waktu. Kau harus berterima kasih padanya." Algren mendengus, tapi toh dia merasa yang dikatakan Edrea ada benarnya sehingga dia pun menuruti seperti yang dikatakan gadis itu. "Hm, Elmara, terima kasih sudah menyelamatkanku." Sang wyvern betina menggeram seraya mengerjapkan matanya seolah merespons ucapan terima kasih dari Algren. "Andai saja wyvern-ku Elmara, aku tidak akan menderita dan tersiksa seperti ini. Sial sekali aku karena harus menjadi penunggang Eldron yang galak dan arogan itu. Huh, kenapa juga dia harus memilihku sebagai penunggangnya jika pada akhirnya dia mengabaikanku dan selalu menjahatiku seperti ini. Malangnya nasibku yang tidak beruntung ini," gumam Algren dalam hati tengah merutuki nasibnya yang kurang beruntung karena menjadi penunggang sang pemimpin bangsa wyvern. Elmara bersama Edrea yang duduk di punggungnya dan Algren yang masih dia cengkeram erat oleh kakinya, terbang dengan cepat mengejar Eldron dan para wyvern lain yang sudah terbang jauh di depan sana. Entah ke mana para wyvern yang aneh itu beterbangan karena mereka tak kunjung mendarat. "Mereka sebenarnya mau pergi ke mana, ya?" tanya Edrea penasaran. "Mana aku tahu. Coba kau tanyakan sendiri pada para wyvern itu." Dan seperti biasa jawaban ketus nan sinis yang gadis itu dapatkan dari Algren. Setelah itu, tak ada lagi perdebatan antara Algren dan Edrea, mereka fokus menatap ke depan agar tak kehilangan jejak para wyvern. Hingga saat mereka tiba di perbatasan dengan Kerajaan Centrum, seketika Eldron dan Elmara menghentikan laju terbang mereka. Itu karena mereka melihat para wyvern memasuki area Kerajaan Centrum yang menjadi musuh bebuyutan Kerajaan Regnum yang selama ini mereka lindungi. "Hei, apa-apaan ini? Kenapa para wyvern itu malah masuk ke wilayah kekuasaan Kerajaan Centrum yang berabad-abad lamanya menjadi musuh bebuyutan kerajaan kita?" tanya Edrea, yang tak pernah mendapatkan jawaban karena Algren pun merasa heran dengan hal ini. "Sepertinya kita harus kembali ke kastil RKA untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada para wyvern itu." Algren mengutarakan pendapatnya yang langsung diangguki setuju oleh Edrea. "Ya, kau benar. Ayo kembali ke kastil RKA dan cari tahu apa yang sedang terjadi," sahut Edrea. "Eldron!" teriak Algren yang hingga detik ini masih berada dalam cengkeraman kaki Elmara. "Kita kembali ke kastil RKA. Kita cari tahu apa yang terjadi pada rekan-rekanmu." Seolah menyetujui ajakan penunggangnya, Eldron pun kembali terbang, tidak menuju wilayah kekuasaan Kerajaan Centrum seperti yang dilakukan rekan-rekannya, melainkan berbalik arah menuju kastil RKA. Mereka akan mencari tahu kekacauan apa yang sedang terjadi tanpa sepengetahuan mereka ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD