"Oh bapak lapar?" tanya Wisma memastikan matanya terus menatap ke arah Heri yang sedang memegang uang untuk membeli nasi.
"Iya.....!" jawab Heri singkat dengan suara parau.
"Ya sudah tunggu sebentar."
"Nih uangnya, ambil.....!' tahan Heri yang masih memegang uang.
Wisma hanya tersenyum kemudian dia pun masuk kembali ke dalam untuk mengambil nasi, kebetulan masih ada nasi sisa penjualan, namun lauknya saja yang tidak terlalu banyak. dengan segera dia pun membungkus nasi disatukan dengan lauknya, tak lupa Wisma mengisi plastik dengan air teh, untuk minum Heri. Entah mengapa dia pun tiba-tiba merasa kasihan terhadap orang tua yang kurang beruntung itu, didalam hatinya berpikir bagaimana kalau orang tuanya yang bernasib seperti itu, mungkin dia akan sangat bersedih, begitulah Wisma yang memiliki sikap Simpati yang sangat tinggi.
Pak Darsa pemilik warung nasi yang sangat baik, dia tidak mempermasalahkan kalau ada sisa makanan yang tidak terjual dan tidak bisa dihangatkan kembali, untuk dibawa oleh para karyawan agar keluarganya bisa menikmati makanya. para karyawan yang bekerja di tempat itu mereka sangat betah meski gaji tidak seberapa, karena mereka sangat tahu penghasilan restoran dan kebaikan sang atasan makanya dari dasar itu Wisma berani mengambil nasi untuk hari.
"Nih Pak, makan dulu....!" ujar Wisma setelah berjongkok kembali di depan Heri.
Mendapat tawaran seperti itu, mata Heri mulai terbuka kembali, menatap ke arah datangnya suara. dari sudut mata itu terlihat ada genangan cairan bening merasa terharu atas kebaikan seorang anak muda yang memiliki rasa simpati yang tinggi terhadap sesama manusia.
"Ayo bangun dulu, makan dulu....!" tawar Wisma untuk yang kedua kalinya.
Dengan perlahan Heri pun membangkitkan tubuhnya untuk duduk dengan wajah meringis, menandakan tubuhnya masih terasa sakit. melihat pengemis itu sangat kesusahan dengan segera Wisma pun membantu, sehingga Heri bisa duduk dan menyandarkan tubuhnya ke dinding tembok.
"Ayo makan dulu biar tubuh bapaknya sehat kembali!" tawar Bisma untuk kesekian kalinya.
"Terima kasih banyak," hanya kata itu yang keluar dari mulut hari dengan segera Wisma pun membuka bungkusan nasi lalu memberikan sendok plastik kepada Heri agar tua Rentak itu bisa makan secepatnya.
Heri yang sudah merasa sangat lapar dengan segera mengambil sendok pemberian Wisma. kemudian dia mulai menyendok nasi itu lalu dimasukkan ke dalam mulutnya, ternyata rasanya sangat hambar tidak enak sehingga membuat Heri menghentikan kunyahannya.
"Emang seperti itu pak kalau lagi sakit rasanya tidak enak, kalau tidak keasinan tidak terasa apa-apa. tapi meski begitu Bapak harus makan banyak, agar tubuh bapak bisa sembuh kembali," ujar Wisma seolah mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh Heri.
Merasa dengan apa yang disampaikan oleh pemuda itu, Heri pun melanjutkan kembali kunyahannya lalu menelan makanan itu agar masuk ke dalam perutnya, meski rasanya sangat tidak enak tapi Heri terus memaksakan memasukkan nasi ke dalam mulutnya.
"Wisma ayo pulang, semuanya udah beres!" ajak Andi sambil menutup pintu folding gate atau galvalum kemudian dia menguncinya.
"Yah.....!" jawab Wisma sambil melirik ke arah temannya.
"Bapak saya pulang dulu! Oh iya, bapak sakit kepala nggak? kalau sakit Saya punya obatnya." tanya Wisma dengan perhatian penuh.
Heri tidak menjawab, hanya butiran bening yang keluar dari sudut mata merasa terharu atas kebaikan anak muda yang berada di hadapannya. dia tidak menyangka di kota besar masih ada orang baik seperti itu, karena selama dia berada di sana ketika baru ketemu dengan orang lain mereka hanya Acuh tidak memperdulikannya, bahkan sampai tega mencuri dan memukuli dirinya.
Melihat Heri seperti itu dengan segera Wisma pun merogoh tas yang dibawanya, kemudian mengeluarkan obat pink putih yang sudah menjadi andalan ketika sakit kepala datang, bahkan di beberapa tempat obat itu dijadikan doping ketika mereka bekerja.
"Nih obatnya Pak! Ya sudah habiskan makanannya kemudian obatnya diminum, Saya mau pulang dulu." Ujar Wisma sambil menyimpan obat yang baru dikeluarkan di hadapan Heri.
"Terima kasih....!" hanya kata itu yang keluar dari mulut hari karena dia bingung harus membalas kebaikan pemuda itu.
Setelah berpamitan Wisma pun bangkit dari tempat jongkoknya hendak pergi meninggalkan Heri, namun langkahnya terhenti ketika pengemis itu memanggilnya.
"Yah ada apa lagi Pak?" tanya Wisma sambil menatap heran.
"Uang yang tadi buat bayar nasi?" jawab Heri sambil kembali mengeluarkan semua uang yang ia miliki.
Melihat Heri seperti itu, Wisma pun hanya mengulum senyum kemudian dia pergi tanpa berbicara lagi. tak lama setelahnya terdengar suara motor yang dinyalakan kemudian motor itu keluar dari halaman parkir untuk pergi, meninggalkan tempat itu diantarkan oleh tatapan Heri sampai Tak Terlihat Lagi.
Heri menarik nafas dalam kemudian memasukkan uangnya kembali ke dalam saku, dalam hatinya dia merasa bahagia karena ternyata masih ada orang baik yang memiliki rasa simpati yang begitu luar biasa.
Melihat kebaikan Wisma, Heri pun menjadi termotivasi. makanan sisa yang berada di hadapannya terus dimasukkan ke dalam mulut, berharap dengan makanan yang masuk kesehatannya segera kembali.
Pelan tapi pasti, akhirnya makanan yang diberikan oleh karyawan restoran habis dimakan oleh Heri. menyisakan pembungkusnya saja. kemudian dia pun mengambil air minum yang berada di dalam plastik lalu pengikatnya dibuka untuk meminum isinya.
"Meski masih muda, anak itu sangat baik. sampai-sampai dia memberiku obat." ujar Heri sambil mengambil obat yang berada di hadapannya kemudian dia pun membuka dua tablet agar sakitnya segera sembuh.
Setelah mau minum obat rasa kantuk pun mulai datang, Mungkin obat yang sudah masuk ke tubuhnya mulai bereaksi. Heri pun mulai berniat kembali untuk membaringkan tubuhnya, namun dia masih melihat sampah yang berserakan, dengan gontai iya mulai membersihkan sisa-sisa makanan lalu dikumpulkan untuk dibuang ke tong sampah, setelah itu baru dia membaringkan tubuhnya.
Tak lama diantaranya, matanya pun mulai mengatup hingga akhirnya dia tertidur meski tidak nyenyak. tapi malam itu Heri merasa beruntung karena dia bisa tidur di tempat biasa sehingga dia tidak takut kalau tubuhnya akan terkena hujan air embun, tidak seperti tadi malam yang tidur di bawah pohon.
Keesokan paginya, toko pun mulai buka dari jam 10.00, namun Heri tetap dibiarkan tidak ada yang mengganggu seolah para karyawan tidak memperdulikan keberadaannya. bahkan Wisma karyawan yang tadi malam menolongnya dengan baik hati dia pun memberikan makan siang bahkan sampai makan malam.
Malam Kedua Heri masih menginap di teras restoran, tubuhnya mulai sedikit membaik kepalanya tidak terlalu pusing, sehingga malam itu dia mulai tidur dengan nyenyak, apalagi Wisma memberikan obat sesuai dengan penyakit yang sedang diderita.
Hari ketiga Heri pun masih berada di teras restoran dan malamnya dia masih menginap, di hari ketiga pun dia tidak yang Mengusik membuat Heri merasa bahagia karena selain Dia bisa mengemis, untuk makan sehari-hari dia tidak harus pusing karena ada Wisma yang selalu memperhatikannya, namun di hari keempat masalah pun datang kembali.
Waktu itu keadaannya sudah memasuki waktu sore, sehingga pelanggan pun tidak sebanyak tadi siang membuat para karyawan bisa beristirahat sebentar untuk menyiapkan tenaga menyambut pelanggan yang mau makan malam. kala itu di ruangan pemilik restoran yang bernama Darsa ada dua orang yang sedang berdiskusi, dari raut wajahnya mereka seperti sedang membicarakan hal yang serius.
"Sudah berapa hari pengemis itu berada di restoran Kita?" tanya orang yang paling tua yang bernama Darsa.
"Sudah emapt hari pak, sama hari ini." jawab Andi menjelaskan.
"Berarti semenjak saya pergi ke luar kota ya?"
"Yah Pak, emang kenapa?" tanya Andi yang masih menundukkan kepala.
"Yah nggak apa-apa sih, tapi tadi pas saya masuk ke dalam aroma tubuhnya sangat bau Mungkin dia belum pernah mandi, kalau dia berada terus di warung kita bisa-bisa pelanggan kita akan kabur, karena tidak enak dengan baunya."
"Bapak menyuruh saya mengusirnya?"
"Kalau mengusir saya tidak berani, tapi kalau tidak diusir maka ini akan mengancam kelangsungan usaha kita pekerjaan kamu. Lagian Kenapa kok aneh ada pengemis yang betah tinggal di warung kita, padahal warung nasi kita tidak sebesar dengan restoran-restoran yang lain."
"Karena si Wisma selalu memanjakannya Pak, pengemis itu dia kasih nasi dua kali sehari, sehingga membuatnya betah berlama-lama di tempat usaha kita."
"Oh begitu, coba kalau begitu Tolong panggil si Wisma. dia harus bertanggung jawab atas kecerobohannya," pinta Darsa terhadap bawahannya.
"Baik Pak...!" jawab Andi sambil bangkit dari tempat duduknya, kemudian dia pun keluar dari ruangan atasan untuk menemui rekan kerjanya.