2018
"Cukup satu tangan kanan yang mengerti segala kemauanmu.
Seseorang yang pantas dipercaya layaknya refleksi dirimu sendiri.
Sikap patuh, setia dan cerdas dalam memudahkan segala misimu.
Satu komando saja,
"Dapatkan dia untukku!"
Maka titahmu langsung dikerjakan tanpa tanya,
meski harus menghadang banyak bahaya."
ZEKRION A. LAITH
⠀
ZALCorp Building
⠀
Gedung-gedung pencakar langit tampak serupa pegunungan dari atas sini. Saling berlomba siapa yang paling tinggi dan megah.
Rion menatap ke bawah. Melihat kesibukan di sana dari jendela kaca. Rumah penduduk, pertokoan, jalan raya dan semua kendaraan seakan menyerupai jejeran semut yang berbaris. Merayap satu sama lain. Menghiasi kota metropolitan yang super sibuk ini.
Areal ZALCorp Building sendiri termasuk yang paling tinggi di antara gedung-gedung pencakar langit itu. Dengan fasilitas parkiran luas yang terdiri dari beberapa lantai, basement, areal cafè, restaurant, areal santai untuk umum, ruang bebas untuk karyawan, perkantoran, areal simulasi produk, ruang rapat modern dan gedung teratas serupa penthouse khusus untuk Rion pribadi. Gedung ini juga memiliki helipad sebagai landasan untuk helikopter di puncak gedung.
Pencapaian yang amat luar biasa bagi pengusaha dengan umur yang terbilang begitu muda. Padahal Rion baru beberapa tahun ini mengambil alih kepemimpinan dan mengembangkan perusahaan yang didirikan oleh keluarganya ini.
Jika kembali ke beberapa tahun belakang, Rion yang dulu sudah melupakan bahwa ia adalah pewaris ZALCorp. Hanya demi seorang wanita yang paling ia cintai, Rion rela meninggalkan semua tahta dan kemewahan ini.
Kedua orang tuanya tidak menyetujui pernikahannya dengan Kanaya Wulandari. Wanita yang jelas tidak termasuk calon menantu potensial. Bukan hanya karena terlahir bukan dari kalangan atas dan terhormat. Namun juga punya masa lalu yang dapat mencoreng nama besar Laith.
Kanaya adalah wanita penghibur hight class. Rion pertama kali mengenal Kanaya dengan nama 'Briar sang mawar liar'. Rion tahu itu hanyalah julukan. Mungkin perlambangan atas kecantik dan paras imut serta image dirinya yang sangat sulit untuk dimiliki. Rambut berponi yang hitam legam sewarna dengan matanya. Kulit kuning langsat dan bibir penuh yang seksi. Tidak akan ada yang menyangka dari wajahnya yang teramat lugu, bahwa gadis itu telah banyak menghangatkan ranjang para pria taipan.
Masa lalu Kanaya yang sangat buruk, tidak membuat Rion mundur. Rion mencintainya dengan tulus sejak pertama kali mereka bertatap mata. Ia bertekad mengeluarkan Kanaya dari hidup yang mengerikan itu. Memberinya tempat teristimewa sebagai pendamping hidupnya.
Rion ditolak tentu saja. Buat Kanaya, ia sudah tidak memiliki cinta lagi. Wanita sepertinya tidak boleh mencintai. Kalaupun ada yang menginginkannya, Kanaya lebih nyaman menjadi wanita simpanan saja. Lebih bebas dan tidak perlu memakai hati dalam berhubungan. Hati yang patah jauh lebih sulit diobati dibanding siksaan fisik.
Sudah sejak awal Kanaya mengatakan pada Rion bahwa ia tidak percaya janji lelaki. Apalagi usia Rion lebih muda dua tahun dari Kanaya. Rion masih dua puluh tahun saat mereka pertama kali bertemu. Tentu saja keputusan Rion sangat pantas untuk diragukan. Pria semuda itu masih labil untuk dipegang janji dan kata-kata manisnya.
Namun Rion terus meyakinkan Kanaya bahwa ia sangat serius dengan wanita itu. Berulang kali memberikan gambaran rumah tangga terbaik yang akan ia bangun bersama Kanaya. Dan Rion tidak akan menyerah sampai Kanaya setuju.
Penolakan dari keluarga Rion sempat membuat Kanaya lemah kembali. Tetapi lagi, Rion membuktikan kesungguhannya pada Kanaya. Ia meninggalkan semua yang ia miliki. Merintis rumah tangga yang bahagia meski sederhana karena dirinya sudah terusir dari keluarganya sendiri. Kemudian Rion bekerja di PT. Reyes Jaya Contractors Tbk. Bertemu dengan iblis itu.
⠀
Rion mendengus sinis kala kenyataan kembali menyadarkannya dari lamunan masa lalu. Matanya menyipit menatap kendaran di bawah. Mengetuk-ngetuk dinding kaca gedung. Ia tersenyum dingin. Waktu pembalasan sudah semakin dekat. Apa Ceisya sudah dalam perjalanan ke tempat ini? Sungguh tidak sabar ingin bertemu dengan gadis itu lagi. Meski dia sudah tidak semungil dan selugu yang dulu. Rion berdecak.
Ia melirik ponselnya di meja. Mengambilnya, kemudian membuka akun instalkgram Ceisya. Ia yakin, gadis seumuran Ceisya tidak akan melewatkan kesempatan study tour ini tanpa berfoto ria. Dan benar saja. Wanita itu sudah memposting beberapa foto terbaru dengan sahabat-sahabatnya. Tapi ... tunggu dulu!
Siapa lagi pria ini?
Ia menggeser foto postingan itu beberapa kali. Menggeram kesal karena melihat pria di dalam foto mendekatkan wajahnya pada Ceisya saat berpose dan Ceisya tertawa. Pria itu bahkan memeluk pinggangnya. Sialan!
Rion membaca caption di bawah postingan.
⠀
Disukai 5.767
Ceisya Reyes Senang banget bersama kamu lagi @Terrent_RusL.
⠀
Wajah Rion kontan membara.
Bersama kamu lagi?
Apa maksudnya bersama kamu lagi?!
Siapa pria itu? batin Rion jengkel.
Kenapa sampai detik ini dia belum pernah mendengar tentang pria ini? Kenapa bisa terlewatkan? Alis Rion bertaut dan tinjunya mengepal kuat. Rasanya seakan terbakar melihatnya.
Ia menekan tag akun @Terrent_RusL. Menemukan beberapa foto dan postingan pria berwajah tampan dengan garis western yang cukup jelas. Mungkin dia berdarah blasteran.
Rion menelisik tubuhnya. Cukup tinggi, tapi dari foto Ceisya bersamanya tadi, Rion tahu tinggi Ceisya 170 cm, dan pria ini paling hanya sekitar 175 cm atau 177 cm. Masih sangat jauh di bawah Rion. Badanpun seperti tidak berotot, Rion mencibir. Ia mem-follow akun ini dengan akun palsunya. Barangkali si Terrent ini patut dicurigai.
⠀
Rion beralih menghubungi Personal Assistant-nya. Pria itu mengangkat telepon dengan cepat.
"Hallo, Pak."
"Sudah sampai di mana?" tanya Rion tanpa basa-basi.
"Kami baru saja memasuki basement Davies Living Park Hotel, Pak. Jadwal sedikit berubah karena tadi kami sempat terjebak macet. Setelah itu akan check in dulu, sarapan, kemudian ada sesi pengarahan dari pihak Kampus ke mahasiswa, baru menuju ZALCorp Building sekitar pukul 10:30 a.m.
Apa Anda mau menyambut mereka secara langsung?"
Rion mendengus. "Tidak. Serahkan saja pada Selvina. Aku masih ada rapat sampai jam makan siang nanti. Jamu mereka semua di restoran kita, layani dengan sangat baik.
Nanti baru setelah jam makan siang, bawa mereka semua ke ruang pertemuan yang telah direncanakan. Aku akan membuka acara ini."
"Baik, Pak."
"Uh, Andre. Jangan lupa beri laporan selengkapnya setelah kamu sampai."
"Siap, Pak."
Rion menutup telepon. Tersenyum senang. Andrean Vesco memang asisten terbaik yang pernah Rion temukan. Dia pria jenius, mudah belajar, pandai membawa diri, punya banyak skill, cepat tanggap dengan segala keinginan Rion, jujur dan setia. Tapi yang terpenting dari semua itu adalah mereka satu misi, satu tujuan.
Sekali lagi Rion menatap foto Ceisya yang sedang tersenyum di gallery ponselnya.
Aku akan melakukan apapun untuk memilikimu, menghancurkanmu dan seluruh keluargamu, bisiknya dalam hati.
⠀
Davies Living Park Hotel
⠀
"Wah ... beneran deh. Serius gue takjub banget sama ZALCorp." Lica melompat ke sana ke mari. Ia memeriksa kamar yang mereka tempati.
Ada empat ranjang di sini, tetapi tetap terasa begitu luas. Belum lagi balkon dan pemandangan di bawah hotel. Ada taman, kolam renang, fasilitas hotel yang lainnya seperti cafè, restoran, supermarket, mushola dan banyak lagi yang lainnya.
"Gue denger, perusahaan nanggung 70% dari semua anggaran study tour perdana ini. Apa semacam promosi, ya?" ucap Tera ikut terpesona memandang panorama di luar jendela. Sementara itu Lica sudah mulai narsis kembali menjeprat-jepret dengan kamera ponselnya.
Tera ikut-ikutan mengeluarkan camera DSLR-nya. Menangkap pemandangan di sekitar hotel.
"Wah, hasil foto loe keren banget," tukas Ceisya pada Tera saat gadis tomboi itu memeriksa hasil jepretannya.
"Wuih, iya. Bisa jadi fotografer model produk gue, nih," sambung Aqila, disambut kekehan Tera.
"Weh ... motoin gue, dong .... Gue 'kan modelnya," sambar Lica. Qila langsung mengacak-acak rambut gadis itu. Mereka terkekeh bersama.
"Turun yuk, sarapan dulu. Sudah telat banget ini," ucap Tera lagi.
⠀
Setelah sarapan, mereka semua mendapat pengarahan dari panitia dan penyelenggara study tour dari pihak kampus, Kemudian meninggalkan hotel menuju ke ZALCorp Building.
Hari sudah hampir menjelang makan siang ketika mereka sampai di sana. Mereka disambut oleh perwakilan dari pihak ZALCorp bernama Selvina di luar gedung. Wanita muda nan cantik itu mengarahkan mereka menaiki lift dan berkeliling dari lantai ke lantai, hingga ke lantai tujuh. Menunjukkan setiap fasilitas yang terdapat di gedung itu.
Luar biasa. Gedung ini bahkan jauh lebih besar dan mewah dibanding kantor Daddy Ceisya. Bukan hanya cafè dan restoran, gedung ini juga punya supermarket sendiri. Semua teman-teman Ceisya yang ikut study tour ke tempat ini juga tidak kalah sama terpukaunya.
⠀
"Ini adalah restoran milik perusahaan. Karena sudah menjelang makan siang, kita akan rehat sejenak. Buat yang ingin ke toilet bisa ke arah sana," Selvina menunjuk ke ujung lorong. "Bagi mahasiswa atau mahasiswi yang muslim, boleh beribadah dulu di Mushola." Ia menunjuk lagi ke arah ruangan lainnya. "Perlengkapan sholat dan lainnya sudah tersedia di sana."
Wanita itu tersenyum manis menatap mereka semua.
"Ada pertanyaan?"
Mereka menggeleng serentak. Mata mereka terarah ke rombongan yang baru saja keluar dari lift eksekutif.
Selvina membalikkan badan, melihat ke arah yang para mahasiswa lihat.
Jantung Ceisya berdebar kencang ketika melihat sosok jangkung dengan jas hitam, kemeja putih dan dasi kelabu metalik. Pria itu tampil menyolok di antara yang lain. Bukan hanya terlihat paling tampan, tetapi juga seperti ada aura mamatikan menguar dari dirinya.
Apakah dia punya jabatan penting di kantor ini? pikir Ceisya. Entah kenapa mata Ceisya tidak bisa terlepas darinya.
Selvina membungkukkan badan dengan sopan pada pria itu. Pria itu hanya balas mengangguk sekilas, kemudian mengedarkan pandangan ke arah rombongan Ceisya. Berhenti tepat di Ceisya. Menyipitkan mata dengan bibir terkatup rapat.
Bulu roma Ceisya terasa merinding. Hatinya mendesir risau ketika pria itu terus menatapnya dengan sinis. Lalu melengos, kembali berbicara dengan pria paruh baya yang berdiri di sampingnya.
Sementara itu, pria yang tadi ikut mendampingi perjalanan mereka dari kampus menuju hotel memberi senyum pada mereka semua. Kemudian dengan langkah cepat, dia mengikuti pria arogan tadi.
"Baiklah, kalau kalian semua lihat, pria tadi adalah owner sekaligus CEO ZALCorp. Beliau masih sibuk saat ini, tapi selepas jam istirahat nanti, saya akan membawa adik-adik mahasiswa semua ke ruang pertemuan. Nanti Pak CEO sendiri yang akan bertemu dengan adik-adik semua.
Kalau begitu saya undur diri, selamat beristirahat dan makan siang."
⠀
Setelah kepergian Selvina, semua teman-teman Ceisya langsung ribut. Apalagi yang mereka bicarakan selain sang CEO yang ternyata amat tampan dan masih muda. Ceisya kira pria itu berumur sekitar empat puluh sampai lima puluh tahunan. Ternyata ....
"Gila, CEO ZALCorp ternyata masih tiga puluh tiga tahun!" cetus Tera memperlihatkan hasil boogling gerak cepatnya pada Ceisya, Lica dan Aqila.
"Wow ...," desah mereka hampir besamaan.
"Mana cakep lagi," ucap Lica spontan.
"By the way, ngelihat cara dia memandang kita tadi, gue keingat yang dibilangin Harzel waktu itu, dech.
Tentang pria pemegang kekuasaan tertinggi di ZALCorp yang arogan, sinis, dingin, dan garang. Ternyata Harzel nggak sekadar nyablak doang," gumam Aqila lirih.
"Dan dia ngelihatin loe dengan intens," ceplos Lica pada Ceisya. "Berasa banget, loh," tukas Lica spontan. "Eh! Tapi loe 'kan di sebelah gue. Bisa aja sebenernya dia ngelihatin gue juga, yak?"
Aqila dan Tera sontak tergelak mendengar ucapan Lica. Mereka mengacak-acak rambut gadis itu. Membuat Lica uring-uringan mengelak.
Namun Ceisya merasa semakin tidak tenang. Ada apa ini? Jadi pandangan tajam pria itu padanya bukan hanya perasaannya saja kah?
Tidak.
Mana mungkin.
Ceisya bukan orang yang semudah itu terbawa perasaan hanya karena tatapan mata.
Ini pasti hanya kerisauan karena akhir-akhir ini banyak sekali masalah yang menimpanya. Ceisya mengalihkan perhatiannya pada teman-temannya. Mengikuti mereka masuk ke dalam restoran.