8. Sharon

2187 Words
Dery ketiduran tidak lama setelah Zora pergi dari rumahnya. Entah karena memang ia kelelahan setelah menolong seorang vampire yang muncul tiba-tiba hari ini, atau ngantuknya Dery ini berhubungan dengan sedikit energinya yang tadi Zora serap, Dery tidak tahu. Begitu dirinya membaringkan diri di atas kasur yang sebelumnya ditiduri oleh Zora, mata Dery langsung terasa berat dan tidak lama kemudian ia tertidur dengan sedikit rasa bersalah muncul di hatinya. Setelah mengusir Zora dan akhirnya vampire itu pergi, entah kenapa Dery jadi merasa bersalah sendiri. Ia merasa sudah sangat kejam pada Zora. Bagaimana jika ternyata Zora bicara jujur dan ia memang tidak punya niat jahat sama sekali? Bagaimana kalau Zora dalam bahaya karena sudah Dery usir? Bagaimana jika Zora pingsan lagi dan ditemukan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab? Di mata orang awam, Zora akan terlihat seperti manusia biasa. Andai kata ia muncul di depan orang-orang jahat atau penjahat seksual dan kembali pingsan, bisa-bisa Zora mengalami tindak pelecehan dan ia tidak bisa melawan karena terlalu tidak berdaya. Pikiran Dery memang sudah melebar kemana-mana. Tapi ia mencoba menghilangkan semua pikiran tersebut agar tidak merasa bersalah. Zora pasti baik-baik saja. Kalau memang Zora tidak jahat, pasti Zora baik-baik saja. Pasti. JEBRETTT. Dery terlonjak bangun dari tidurnya karena pintu kamarnya yang terbuka tiba-tiba. Teringat dengan Zora, ia pun langsung sigap dan bangun dengan posisi memasang kuda-kuda gerakan silat. Dengan kondisi mata yang masih mengantuk, Dery melihat ke sekeliling kamarnya dan mendapati Engkong yang sudah berdiri di ambang pintu. Begitu sadar kalau yang datang adalah kakeknya dan bukan vampire atau makhluk astral jenis mana pun, Dery kembali menghempaskan tubuh ke kasur. "Ah elah, Kong, ngagetin aje sih. Gue pikir siapa tadi." Engkong berkacak panggang. Penampilannya sudah rapi dengan pakai sarung, baju koko, dan sajadah yang tersampir di pundak. Kalau begini sih, tandanya Engkong sudah siap untuk sholat jamaah di masjid. Dery melirik jendela kamarnya dan melihat langit di luar mulai beruba gelap. Ternyata sudah mau Maghrib. "Gue pikir lo belom pulang, taunya malah molor dari tadi," oceh Engkong. "Udah dari kapan lo pulang?" "Dari tadi," jawab Dery ogah-ogahan. Bukannya tergerak untuk ikut Engkong sholat di masjid, Dery justru menarik guling dan memeluknya erat, siap untuk memejamkan mata lagi. Yang dilakukan Dery itu sukses membuatnya dihadiahi sebuah lemparan pulpen dari Engkong. Pulpen itu milik Dery sendiri yang diambil Engkong dari meja belajar sang cucu. Dery mengaduh kesakitan. "Kenapeeee sih, Kong? Ngantuk banget iniii." "Heh, kuping lo kagak dengar apa kalau di masjid udah ngaji? Bentar lagi adzan Maghrib, lo malah molor!" Dery cemberut, tapi ia tidak berusaha untuk tidur lagi. "Motor lo mana?" Tany Engkong. "Gue ngira lo belom pulang karena motor lo nggak ada, pintu juga lo kunci." "Di kampus." "Lah? Napa bisa di kampus?" Tidak mungkin Dery menceritakan perihal Zora? Bisa-bisa Engkong jantungan, atau kemungkinan lainnya sih, mengira Dery gila karena mengatakan ada vampire. Jadi, Dery berbohong. "Tapi temen gue pinjem, entar abis Maghrib gue ambil motornya." Engkong berdecak. "Awas entar temen lo ngibul, taunya motor lo dibawa kabur." "Yaelah Kong, kagakkk." "Yaudeh, gue ke masjid dulu." "Silahkan, Engkong Ganteng." Engkong mencibir pujian tidak ikhlas Dery itu. Sebelum keluar dari kamar Dery, ia berpesan, "Kalau nanti lo pergi ngambil motor, titip makanan yak. Gue belom beli dan kagak mau masak." "Mau makan apa?" "Sushi." "YAELAHHH, GAYA AMAT ENGKONG-ENGKONG MAKAN SUSHI." Ledekan Dery itu tidak diindahkan oleh Engkong yang sudah keluar dari kamar Dery tanpa menutup pintu. *** Karena baru bangun sebelum maghrib, jadilah Dery baru bisa mengambil motornya ke kampus ketika langit sudah sepenuhnya berubah gelap. Dery naik ojek online ke kampus untuk mengambil motornya. Untung saja Engkong belum pulang, jadi Dery tidak perlu berbohong pada Engkong semisal diomeli harusnya teman Dery yang meminjam motor lah yang mengantarkan motor itu, bukan Dery yang mengambil sendiri. Meski jarum pendek jam masih berada di angka tujuh, tapi tetap saja suasana kampus sudah sepi. Kecuali anak-anak organisasi yang masih berkepentingan rapat dan semacamnya, sudah tidak ada lagi orang di kampus. Bahkan motor Dery pun tersisa sendirian di parkiran gedung fakultasnya. Sudah tidak perlu ditanya lagi juga ada berapa banyak makhluk halus yang menunjukkan wujudnya. Dibanding siang hari, malam-malam begini memang lebih banyak yang muncul karena energi mereka juga lebih penuh ketika malam hari. Dery sih tidak takut lagi melihat banyaknya tante kunti warna-warni bergelantungan di pohon, atau para poci yang loncat-loncat di jalanan. Pemandangan itu sudah jadi makanan sehari-hari Dery dan tidak akan membuatnya terkencing-kencing lagi. "Udah saya bayar lewat Go-Pay ya, Pak," ujar Dery kepada supir ojek online-nya ketika mereka sudah sampai di parkiran gedung fakultasnya. Ia mengembalikan helm yang tadi dia pakai ke supir ojek tersebut. "Makasih." Si bapak tersenyum dan mengangguk pada Dery. "Saya duluan ya, Mas. Hati-hati loh, ini suasananya nggak enak banget." Dery cuma nyengir. Dan membiarkan saja supir ojeknya tadi buru-buru pergi. Dari yang Dery perhatikan, bapak supir itu penakut. Dari mereka baru memasuki lingkungan kampus yang sepi saja ia sudah komat-kamit baca doa dan terlihat jelas ingin cepat-cepat pergi dari kampus Dery ini. Dery hanya bisa meringis saja begitu ia melihat ada yang ikut menumpang di motor si bapak tidak lama setelah motornya melaju meninggalkan Dery. Yah, Dery juga tidak bisa bilang apa-apa sih karena bapaknya sudah jauh. Semoga saja, demit yang menempel itu tidak berniat jahil dan cuma mau nebeng. Dery sendiri tidak mau berlama-lama ada di kampusnya. Meski ia tidak takut dengan semua mata hantu yang memandang ke arahnya, tapi buat apa juga kan kalau Dery terlalu lama di sana? Ia cepat-cepat membawa motornya pergi meninggalkan area kampus. Menuruti permintaan Engkong, Dery betulan akan membeli sushi untuk makan malam mereka. Kesannya Engkong tadi memang bercanda, tapi Dery tahu kalau Engkong justru serius. Gitu-gitu, Engkong emang doyan makan sushi. Jadilah Dery tidak langsung pulang ke rumah dan berniat untuk mampir ke restoran sushi yang biasa dia beli. Letak restorannya tidak jauh dari kampus, kalau Dery lewat jalan tikus. Sementara kalau lewat jalan raya, maka Dery harus melalui jalan yang memutar dan macet. Terlebih lagi jam segini masih termasuk jam-jam orang pulang kantor, dan di daerah sekitar kampus Dery banyak penjual makanan sehingga malam-malam begini sudah pasti macet. Jalan tikus pun jadi pilihan Dery. Meski harus melewati gang-gang sepi yang hanya bisa dilewati motor, Dery tidak takut dan tetap santai. Jalan tikus yang dilalui Dery ini merupakan gang yang diisi banyak kos-kosan. Tapi, karena lokasinya yang agak kumuh, kos-kosan di sana kurang diminati sehingga gang tersebut jadi sepi, dibanding dengan kompleks kos-kosan dekat kampus yang lain. Semula Dery mengendarai motornya santai saja. Ia bahkan bersiul-siul tanpa merasa terganggu sama sekali meski pada beberapa rumah kosong yang dilewatinya, ia melihat makhluk-makhluk halus yang mengintip dari dalam atau menunggu bagian teras rumah-rumah tersebut. Sampai di belokan yang membawanya ke jalan yang lebih besar dari gang yang dilaluinya tadi, Dery spontan berteriak dan mengerem mendadak. Kaget karena ada seorang hantu yang tiba-tiba saja menghadang jalannya. "YAELAHHH, NGAGETIN AJA SIH!" Omel Dery sebal bukan main. Dia pikir, hantu tadi manusia, makanya dia ngerem mendadak karena takut nabrak. Kalau tahu hantu sih, Dery akan menembusnya begitu saja. Hantu itu hantu perempuan. Bukan tante kunti karena dia tidak memakai daster putih atau warna-warna daster tante kunti lain yang pernah Dery lihat. Penampilannya terlihat seperti manusia karena baju yang dikenakannya pun baju manusia. Kulit pucatnya yang nyaris kelabu lah yang membuat Dery tahu kalau perempuan itu hantu. Dan Dery menebak, hantu perempuan itu belum lama meninggal, karena itu ia masih gentayangan seperti orang linglung. Karena sebal, Dery menekan klakson motornya hingga hantu perempuan yang semula membelakanginya, jadi menghadap ke arahnya. Begitu melihat wajah hantu perempuan itu, Dery menganga kaget. Hantu perempuan itu pun sama kagetnya. "SHARONNN?!?!" "DERY??!" *** Akhirnya, Dery tidak jadi beli sushi langsung ke restorannya. Ia memutuskan untuk memesannya lewat ojek online saja begitu sudah sampai di rumah. Karena pertemuannya dengan hantu Sharon, Dery hanya ingin cepat-cepat pulang ke rumah dan bicara dengannya. Sesampainya di rumah, Dery langsung memesankan sushi untuk Engkong. Lalu, ia berpesan pada Engkong untuk mengambil sushi-nya nanti dan Dery sudah membayarnya. Dery juga bilang kalau dia akan mengurung diri di kamar dan tidak mau diganggu. Kalau Dery sudah bicara begitu, Engkong pasti tahu kalau Dery punya urusan yang berhubungan dengan makhluk halus. Sudah Dery bilang kan, lokasi pertama arwah gentayangan tidak lama setelah mereka meninggal adalah di sekitar lokasi mereka meninggal itu sendiri. Karenanya, hantu Sharon tidak ditemukan di tepi danau kampus, sebab ia memang tidak meregang nyawa di sana. Hantu Sharon benar-benar terlihat kebingungan dan ling-lung ketika Dery menemukannya. Tidak heran juga, biasanya memang hantu yang baru meninggal tidak sadar kalau mereka sudah meninggal dan butuh waktu cukup lama hingga mereka tersadar, kemudian mendapat energi untuk kemudian berpindah tempat, atau menempel ke orang-orang seperti Dery. Keputusan Dery untuk lewat jalan tikus tadi benar-benar tepat. Ia jadi bertemu dengan hantu Sharon dan dengan kemampuannya, ia bisa mengajak Sharon untuk pergi dari sana, dan ikut pulang ke rumahnya. "Dery...gue betulan udah mati ya?" Itu yang ditanyakan pertama kali oleh Sharon tepat setelah Dery menutup dan mengunci pintu kamarnya. Dery prihatin melihat Sharon yang terlihat sedih. Sejak tadi di motor ketika Dery membawanya pulang, Sharon terus mencoba untuk menyentuh Dery. Namun, karena mereka sudah beda alam, tentu saja setiap menyentuh Dery, tangan Sharon selalu menembusnya. Dan yang dirasakan oleh Dery pun hanya dingin yang membuat bulu kuduknya sedikit merinding. Untuk menjawab pertanyaan Sharon itu, Dery menanggukkan kepala. "Lo ditemuin meninggal dari minggu lalu, Sher. Mayat lo ada di tepi danau kampus." Sharon terlihat begitu terpukul. Ia terduduk di lantai kamar Dery. Rasanya Dery tidak bisa membayangkan sebingung apa Sharon selama seminggu ini, karena terjebak di tempat yang sama dan tidak bisa kemana-mana. Tidak sadar bahwa dirinya sudah meninggal, juga tidak tahu jalan untuk ke tempat lain. Untung saja mereka bertemu, sehingga Dery bisa membawa Sharon bersamanya. Arwah penasaran seperti Sharon yang gentayangan karena urusannya di dunia belum selesai, biasanya memang cenderung menempel pada seseorang seperti Dery karena mereka minta bantuan. Selama ini, Dery diajarkan untuk tidak membantu para arwah penasaran seperti itu karena memang bukan pekerjaannya. Tapi demi Sharon, Dery akan membuat pengecualian. Dery menempatkan dirinya untuk ikut duduk di lantai, persis di sebelah Sharon. Rasanya Dery kepengin menepuk-nepuk pundak perempuan itu, tapi tahu kalau dia sudah tidak bisa lagi melakukannya. "Sher, gue turut berduka cita banget sama kematian lo yang tiba-tiba ini. Semua orang kaget dan terpukul banget, Sher. Satu Indonesia juga heboh karena kematian lo yang sampai sekarang nggak tau penyebabnya apa. Bahkan...orang tua lo juga secara khusus minta gue untuk nyelidikin kasus kematian lo ini lewat cara pandang yang beda. Lo ngerti kan, maksud gue?" Sharon mengangguk lemah. Di wajahnya yang sekarang sudah sangat pucat, Dery tetap bisa melihat airmata mengaliri wajahnya. Iya, hantu memang masih bisa menangis, terutama hantu yang masih baru seperti Sharon ini. Emosi manusia mereka masih melekat, begitupun dengan memorinya. Lambat laun, semua itu akan menghilang. Karena itu, ada baiknya mereka mencari bantuan sebelum memori tersebut hilang, agar urusannya bisa diselesaikan dan mereka bisa pergi ke tempat seharusnya. "Orang tua gue gimana, Der? Mereka baik-baik aja kan?" Tanya (hantu) Sharon setelah berhasil menguasai kesedihannya. "Mereka udah lebih baik kok," jawab Dery. "Cuma mereka masih sedih." "Kapan orang tua gue nemuin lo?" "Tadi siang, Sher. Makanya gue bersyukur banget bisa ketemu lo." Sharon mengangguk. "Gue juga. Soalnya gue bingung banget..." "Orang tua lo minta gue nyelidikin penyebab kematian lo, Sher. Lo masih ingat nggak gimana lo bisa...meninggal?" Kepala Sharon kembali terangguk dan ia menjelaskan dengan suara yang lebih kecil, "Gue dibunuh." "Lo tau siapa yang bunuh lo?" "Gue lupa namanya. Saat itu gue agak tipsy dan ketemu cowok ganteng di kelab. He wanted to be my one night stand partner. Dia akhirnya ngajak gue pergi, ke kosannya dia bilang. Terus, yang terakhir gue inget, waktu sampe ke kosan, cowok itu malah berubah." "Berubah gimana?" "Matanya merah dan dia punya taring. Dia bukan manusia." Taring. Dery sontak tertegun, dan ia teringat pada Zora. Ia langsung memikirkan salah satu teori mengenai kematian Sharon yang paling banyak dipercaya oleh orang-orang, yaitu tentang Sharon yang katanya dibunuh oleh vampire. Dery memang sempat berpikir kalau teori itu konyol. Tapi, setelah dirinya bertemu dengan Zora dan mendengar apa yang disampaikan Sharon tadi, teori tersebut jadi masuk akal. Tapi, masa iya sih? Berarti ada vampire lain yang memburu manusia? Apa mungkin pasukannya Javon si raja vampire yang dikatakan Zora? Atau justru pasukan Zora yang sebenarnya? Setelah pulih dari keterkejutannya, Dery kembali bertanya, "Lo ingat apa yang dia lakuin ke lo?" "Leher gue digigit dan setelahnya, sekujur badan gue sakit banget. Itu yang terakhir kali gue ingat." Oke, kemungkinan besar memang Sharon meninggal karena ulah vampire. Dery jadi memikirkan bagaimana caranya memberitahu orang tua Zora tentang ini. Pasti sulit bagi mereka untuk percaya. Masalah hantu, jin, dan siluman memang sudah sering terdengar di kalangan masyarakat Indonesia. Tapi vampire? Konyol sekali. Namun, sebelum Dery sempat terpikirkan sebuah solusi, ponselnya tiba-tiba berdering. Ternyata Rachel yang menelepon. "Kenapa, Chel?" Dery langsung mengangkat telepon tersebut karena tahu kalau Rachel menelepon malam-malam begini, pasti ada hal penting yang mau disampaikannya. Dan memang benar. Apa yang disampaikan oleh Rachel selanjutnya, sukses membuat Dery menegang di tempat. Rachel baru saja memberitahu Dery bahwa telah ditemukan dua mayat lain di tempat yang berbeda, dan kondisinya sama mengenaskan dengan mayat Sharon tempo hari.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD