"Jadi, lo betulan vampire?"
Zora menganggukkan kepala, begitu santainya menjawab pertanyaan Dery, sementara yang menjadi penanya sudah ketar-ketir sejak tadi.
Situasi di antara mereka kini sudah jauh lebih kondusif. Blacky sudah kembali bersembunyi di tempatnya, entah karena ia merasa Dery aman dan tidak akan disakiti oleh Zora, atau karena ia tahu tidak akan bisa melawan perempuan itu yang merupakan vampire. Mereka jelas berasal dari kasta yang berbeda. Kasta Zora jauh lebih tinggi dibanding kasta Blacky.
Sebenarnya, Dery masih takut sekali. Otaknya masih belum bisa menerima bahwa di rumahnya sekarang ada vampire. Vampire betulan! Rasanya Dery tadi nyaris pingsan ketika melihat gigi taring Zora. Ia juga berteriak histeris ketakutan. Dery baru merasa tenang setelah Zora meyakinkan bahwa ia tidak akan menyakitinya dan taring Zora pun lenyap. Jangan tanya Dery bagaimana caranya, sebab dia juga tidak tahu kenapa Zora bisa memunculkan dan menghilangkan taringnya yang menyeramkan begitu saja.
Kini Dery sudah lebih tenang dan ia duduk berhadapan dengan Zora setelah perempuan itu membuat perjanjian untuk tidak menyakiti Dery. Meski duduk berhadapan, tetap saja Dery mengambil langkah sejauh mungkin. Zora duduk bersila di kasur kamar Dery, sementara Dery duduk di lantai paling sudut kamarnya. Iya, Dery jadi seperti rakyat jelata yang menemui ratunya karena Zora yang cantik memancarkan aura putri raja yang kuat, sementara Dery yang dekil cocok jadi rakyatnya.
"Terus, kenapa lo tiba-tiba muncul di hadapan gue tadi? Apa tujuan lo? Lo nggak diam-diam mau nerkam gue dari belakang, kan?"
Kali ini Zora menggelengkan kepala. "Saya tidak punya niat untuk menyakiti kamu."
Dery memicingkan mata curiga. Sulit baginya untuk memercayai itu. Dery pun yakin, jika orang lain menghadapi situasi yang sama, mereka juga pasti akan ketakutan karena ada vampire di rumah mereke. Vampire loh! Di film iya kelihatannya memang baik-baik dan bucin abis, tapi di dunia nyata siapa tahu? Terlebih ini Indonesia, makhluknya suka ganas-ganas.
"Terus? Kenapa tadi lo tiba-tiba bangun dan cengkeram tangan lengan begitu? Itu juga udah nyakitin tau?! Lengan gue sampe merah-merah, bahkan sampai sekarang!" Dery kembari menunjukkan lengan memerahnya kepada Zora.
"Maaf, saya tidak sengaja. Saya hanya mau memulihkan tenaga saya."
"Hah?"
"Tadi, saya memakan sedikit energi kamu supaya tenaga saya pulih."
"HAH?"
Dery kembali ke mode histeris.
"APA KATA LO? LO MAKAN GUE?"
Sepasang mata kelabu Zora membulat kaget karena teriakan Dery. Cepat-cepat ia menggelengkan kepala. "Bukan memakan kamu dalam artian yang sebenarnya. Saya jamin, kamu juga baik-baik saja, tidak akan kenapa-napa. Saya hanya menyerap sedikit energi kamu untuk memulihkan diri. Sebelum bertemu kamu, kondisi saya sangat lemah."
"TETAP AJA, LO MAKAN GUE! LO MENYERAP ENERGI GUE ATAU APALAH ITU TANPA IZIN!"
"Saya spontan melakukannya karena saya sudah lama tidak makan. Mungkin sudah nyaris sebulan. Maaf kalau itu mengganggu kamu."
"OH, JELAS MENGGANGGU BANGET!"
Dery mengacak rambutnya sendiri. Stresssss bangettttt. Walau dirinya tidak merasakan apa-apa kecuali sedikit sakit di lengannya yang tadi dicengkeram oleh Zora, tetap saja Dery merasa ngeri. Ia sendiri tidak mengerti tentang dunia vampire, bahkan selama ini berpikir jika vampire tidak ada. Kalau pun memang ada, mustahil ada di Indonesia, pikirnya. Tapi ternyata, dugaan Dery itu salah.
Dipandanginya kulit kemerahan di lengannya, lalu ia memandang Zora lagi. Perempuan vampire itu sepertinya merasa tidak enak setelah Dery marah-marah.
"Balik ke pertanyaan gue tadi, kenapa lo bisa tiba-tiba muncul dan datengin gue? Tujuan lo apa sebenarnya?"
Zora menarik napas dalam dan menghembuskannya sebelum ia menjawab, "Saya kabur dari Javon dan pasukannya. Sewaktu berteleportasi dengan sisa energi yang saya punya, saya hanya berniat untuk pergi sejauhnya dari Javon. Dan ternyata, saya muncul di tempat kamu tadi. Mungkin karena kamu bukan orang biasa, jadi kekuatan saya jadi narik saya ke kamu."
Dery mengerutkan kening karena bingung. Satu hal yang paling membuatnya penasaran, "Javon ini siapa?"
"Pemimpin dari klan vampire di negara ini." Zora menjawab. Kedua matanya terlihat berkilat marah ketika menyebutkan itu.
"Raja vampire di sini, gitu?!"
Zora mengangguk.
"Terus, kenapa lo kabur?"
"Saya tidak mau menikah dengannya."
"Kenapa?"
"Dia jahat. Dia sudah membunuh semua keluarga saya dan juga semua vampire berdarah murni di negara ini. Tujuan Javon ingin menjadi vampire terkuat, karena itu dia memusnahkan vampire berdarah murni yang lain. Selain Javon, hanya saya vampire darah murni yang tersisa. Dia sengaja hanya menyisakan saya agar kami bisa menikah dan memiliki keturunan yang kuat. Tapi, saya tidak mau menikah dengan seseorang yang sudah membantai keluarga saya sendiri."
Rasanya Dery seperti sedang mendengar ringkasan singkat sebuah film bertema vampire. Andai tidak punya kemampuan melihat hantu, Dery pasti tidak akan percaya sama sekali dengan semua yang dijelaskan oleh Zora. Terlalu tidak masuk akal dan mengada-ada. Tapi Dery sendiri sudah paham jika di dunia ini memang ada banyak hal yang tidak masuk akal bagi manusia.
Dery yakin, Zora sama sekali tidak berbohong. Namun, ia tetap menganga mendengar penjelasan dari Zora. Campuran antara tidak menyangka, sekaligus bingung.
"Bukannya yang punya darah murni tuh Nayla ya?" ceplos Dery. Mengarah ke Nayla dari sinetron vampire yang pernah ditontonnya zaman dulu. Sinetron itu nge-hits banget pada zamannya, dan ada Nayla yang terkenal punya darah murni...eh, apa darah suci ya? Tapi, murni dan suci artinya sama aja kan ya?
"Saya tidak tahu Nayla siapa," ungkap Zora. Tidak heran juga sih, mungkin bangsa vampire memang tidak mau menonton sinetron yang menceritakan tentang mereka dengan produksi yang low budget. Zora lanjut menjelaskan, "Tapi vampire darah murni itu adalah vampire yang memang sedari awal sudah terlahir sebagai vampire. Mereka golongan yang terkuat, berbeda dengan vampire campuran atau vampire mudblood."
"Yaelah, vampire campuran sama vampire mudblood apa lagi? Udah macem Harry Potter aje," sungut Dery.
"Vampire campuran itu lahir dari campuran vampire dan manusia. Mereka tidak sekuat vampire darah murni, tapi masih lebih kuat daripada vampire mudblood yang sebelumnya adalah manusia dan diubah menjadi vampire oleh vampire lain."
"Macam Bella Swan gitu?!"'
"Maaf, saya juga tidak tahu Bella Swan itu siapa. Tapi kalau memang Bella Swan jadi vampire karena dirubah oleh vampire lain dengan cara digigit, maka jawabannya iya, Bella Swan adalah vampire mudblood."
Dery terbengong sambil bertopang dagu. Informasi yang harus dicernanya dari Zora sangat lah mindblowing. Rasanya seperti Dery mendengar versi nyata dari Twilight yang dicampur Harry Potter. Dari cerita Zora itu, kesimpulan yang bisa diambilnya adalah, Zora merupakan seorang vampire berdarah murni. Dan itu artinya Zora termasuk ke dalam golongan vampire terkuat. Entah apa yang bisa dia lakukan dengan kekuatannya, Dery belum tahu.
Satu hal lagi, Zora merupakan calon istri dari raja vampire yang kabur. Kemungkinan besar, raja vampire bernama Javon itu jauh lebih kuat daripada Zora. Karena ia saja berhasil membantai keluarga Zora yang pastinya merupakan vampire berdarah murni yang kuat. Dery tidak bisa membayangkan apa yang bisa dilakukan oleh Javon maupun Zora kepada manusia sepertinya. Baru memikirkan itu saja sudah berhasil membuat bulu kuduk Dery merinding.
"Saya butuh bantuan kamu."
Dery kembali menoleh pada Zora saat vampire itu bicara lagi. Ketika Zora turun dari tempat tidurnya dan berjalan mendekat, Dery spontan berdiri.
"STOP!" Serunya heboh. "Gue nggak mau terlalu dekat sama lo!"
Zora menurut dan berhenti berjalan karena kehebohan Dery. Kini Dery sudah berada di paling sudut kamar. Ia betul-betul tidak mau berdekatan dengan Zora yang merupakan vampire berdarah murni. Dery percaya semua penjelasan Zora tadi, namun ia masih belum percaya kalau Zora benar-benar tidak memiliki maksud yang jahat.
Mungkin, Zora juga sama jahatnya dengan Javon. Tadi Zora bilang kalau dia memakan Dery. Walau Dery sendiri tidak mengerti kenapa dia makan dengan menyerap energi, padahal kan seharusnya vampire minum darah, seperti yang ada film-film, tapi tetap saja Zora memakannya tanpa izin. Dery juga takut kalau-kalau Zora memiliki tujuan untuk menjadikannya vampire mudblood. Juga takut dirinya dikira menculik calon istri raja vampire karena Zora di sini sekarang. Bisa kacau urusannya kalau Dery jadi diburu oleh si Javon itu. Mendengarnya lewat cerita saja sudah membuat Dery ngeri sendiri.
Intinya sih, Dery sama sekali tidak merasa aman berada di dekat Zora.
"Saya butuh bantuan kamu." Zora mengulang apa yang dikatakannya tadi. "Saya tahu kamu spesial. Kamu bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat manusia pada umumnya, karena itu kamu langsung sadar kalau saya bukan manusia dari pertama kali melihat saya. Padahal, jika dilihat oleh orang lain, rupa saya seperti manusia normal. Karena itu, saya pikir kamu bisa membantu saya."
"Bantu apa sih? Jujur aja nih, gue belum bisa percaya sama lo. Nggak ada jaminan kalau lo nggak jahat. Lo bisa aja makan gue, tapi kali ini nggak cuma nyerap energi tapi nyedot darah gue sekalian. Bisa jadi juga, lo sebenarnya mau jadiin gue vampire mudblood kayak yang lo bilang tadi."
Zora hendak menyangkal itu, namun Dery mengangkat jari telunjuknya, memberi gestur pada Zora untuk tidak mengatakan apa-apa.
"Gue tau lo, mau bilang sejuta alasan buat menyangkal. Dan mungkin aja, yang lo sangkal emang jujur. Tapi tetap aja, gue nggak bisa percaya gitu aja. Gue bukan Bella Swan yang bisa langsung bucin sama vampire yang baru dia kenal. Gue cuma manusia biasa yang kebetulan bisa liat hantu. Dan enggak, gue nggak mau berurusan sama lo, atau urusan vampire pure blood, halfblood, sama mudblood macam penyihir di Harry Potter itu."
Dery melengos ketika raut wajah Zora berubah. Kekecewaan tercetak jelas di wajahnya yang begitu cantik sempurna, sampai-sampai Dery agak merasa bersalah padanya.
"Saya butuh tempat berlindung dari Javon, dan saya yakin kamu bisa membantu saya untuk bersembunyi. Tolong...saya tidak mau ditangkap dan menikah dengan dia..."
"Itu bukan urusan gue," tegas Dery. "Gue udah cukup nolongin lo yang pingsan tadi. Gue nggak mau ikut campur sama urusan dunia vampire. Hanya karena gue bisa lihat hantu, bukan berarti gue punya kekuatan super. Karena itu, lo harus pergi sebelum si raja vampire itu tau kalau lo ada di sini. Keselamatan gue dan Engkong gue yang jadi taruhannya."
"Tolong...saya benar-benar butuh tempat untuk berlindung." Zora kembali mendekat dan hendak menggenggam tangan Dery, namun Dery segera menepisnya dan bergerak menjauh dari Zora.
Lalu, ia bergerak menuju pintu kamarnya dan membukanya lebar-lebar. Sungguh, Dery tahu apa yang dia lakukan selanjutnya bisa dikategorikan jahat dan tidak berperasaan. Tapi, mau bagaimana lagi? Dery hanya tidak ingin menempatkan dirinya dalam bahaya.
"Gue turut prihatin sama keadaan lo, Zora," ujar Dery. "Tapi maaf, lo nggak bisa ada di sini. Gue mau lo pergi."
Cukup lama Zora terdiam di tempatnya berdiri dan memandang Dery terluka. Irisnya yang berwarna kelabu itu seolah menusuk Dery dengan rasa bersalah. Dengan susah payah Dery mengenyahkan perasaan itu dan tidak mau terlena oleh Zora. Ia terus mengingat apa kata gurunya, apa yang cantik bisa jadi malapetaka.
Zora Jyostika cantik. Super duper sangat amat cantik. Karena itu, dia bisa jadi merupakan sebuah malapetaka besar.
Pop!
Suara itu terdengar lagi seiring dengan Zora yang menghilang di udara kosong. Sama seperti kemunculannya yang tiba-tiba, Zora juga pergi dengan cara yang tiba-tiba dan meninggalkan suara unik itu.
Dery kembali menutup pintu kamarnya dan menghembuskan napas. Ia agak merasa konyol karena ternyata...vampire tidak butuh pintu untuk datang dan pergi.