21. Sakit

1473 Words
Sakit. Cuma itu yang bisa dirasakan oleh Dery setelah Rowena melemparkan tubuhnya seolah ia melemparkan sebuah bantal, lalu menghantamkan tubuh Dery dengan keras ke arah sebuah pohon besar. Akhirnya, Dery terjatuh menghantam tanah dan napasnya seolah hilang sesaat ketika itu terjadi. Dery sama tidak bisa memikirkan apa-apa lagi kecuali tulangnya yang mungkin saja ada yang patah. Vampire bernama Rowena itu benar-benar vampire jelmaan iblis. Dia kuat sekali hingga bisa melemparkan Dery hanya dengan satu tangan. Bahkan, dia berhasil melakukannya di saat Dery sama sekali tidak menduga hal itu akan terjadi. Ia bahkan tidak sempat untuk merasa takut karena kejadiannya terlalu tiba-tiba. Kini rasanya seperti di awang-awang. Yang ada di penglihatan Dery hanya lah gelapnya malam di hutan itu dan bintang-bintang yang bertaburan di langit. Samar, Dery mendengar teriakan melengking Zora, lalu diiringi dengan suara langkah daun yang diinjak karena Zora berlari ke arahnya. Dery juga samar-samar melihat sosok Blacky yang baru saja muncul. Dery mau marah rasanya. Kenapa Blacky baru muncul sekarang sih? Kenapa nggak dari tadi? Mentang-mentang nggak Dery panggil, jadinya si Blacky makan gaji buta. Dery mau ngomel, tapi dia tidak punya tenaga lagi untuk melakukan itu. Lagipula, ia jadi kasihan sendiri pada si Blacky yang kini sedang memerhatikannya. Sepasang mata merah makhluk itu memancarkan sorot khawatir. Blacky pun mendengus-dengus di depan wajah Dery. Untugnya, napas Blacky nggak bau. Nggak apa-apa, bukan salah lo...lagian lo nggak bisa juga kan ngelawan vampire? Ucap Dery dalam hati pada si Blacky. Makhluk itu pasti mengerti walau Dery tidak mengatakan apa-apa secara langsung. Selama ini mereka tidak pernah benar-bernah komunikasi secara verbal. Selalu dengan kontak batin, tapi mereka bisa saling mengerti. Dery bahkan masih sempat-sempatnya tersenyum pada Blacky untuk meyakinkannya bahwa Dery baik-baik saja. Padahal, Dery tidak baik-baik saja sih. Dia sepertinya patah tulang! Badannya sakit semua dan Dery juga ngantuk banget. Dan saat seperti ini, Dery masih berusaha mencoba mengerti perasaan Blacky. Walau Blacky badannya besar dan rupanya menyeramkan, tapi Blacky memiliki batasan kemampuannya sendiri. Karena Blacky tak kasat mata, jadi ia pun hanya bisa melawan sesama makhluk tak kasat mata yang berusaha mengancam Dery. Sementara vampire...mereka jauh lebih kuat dari Blacky. Bahkan waktu itu, Blacky pernah takut pada Zora hanya karena Zora mengibaskan tangan padanya. Mungkin karena itu juga...Dery takut untuk menampakkan diri tadi. Kekuatan Rowena pasti memancarkan aura kuat yang membuat Blacky takut. Tapi, ngapain Dery mikirin Blacky sih? Yang harus dipikirin sekarang tuh dirinya sendiri. Badannya yang sekarang terasa remuk gara-gara Rowena si super cantik tapi juga super gila! Dery jadi mikirin Engkong. Ini...dia masih bisa ketemu Engkong kan setelah ini? Dia nggak akan mati kan? Oh, sial...kalau ternyata Dery bakal mati sebentar lagi, mending dari awal dia ngikutin kata Engkong untuk nggak pergi bareng Zora. Kenapa sih penyesalan tuh selalu datangnya belakangan? Karena kalau di awal namanya pendaftaran. Iya, tau garing dan basi abis. Tapi, Dery sendiri nggak paham kenapa dia jadi ngelawak sendiri di otaknya. Mungkin, otak Dery jadi geser gara-gara kebentur pohon. Apa dia gegar otak ya? "Deryyyyy! Bisa-bisanya pikiran kamu masih ribut di saat kamu lagi begini!" Dery baru sadar kalau Zora sudah berada di sebelahnya ketika perempuan itu mengguncang-guncang pelan tubuhnya. Sedari tadi Dery terlalu fokus pada Blacky hingga dia lupa pada Zora. Dery menoleh ke arah perempuan itu dan ia bisa melihat betapa paniknya Zora. Dery mau mengatakan sesuatu, tapi ia tidak bisa. Jadi, pertanyaan-pertanyaan itu hanya muncul di kepalanya. Kenapa lo bilang pikiran gue ribut? Gue bakal mati ya? Zora menggelengkan kepala. "Tidak. Kamu tidak akan mati, Dery. Aku sudah janji akan menjagamu tetap hidup."  Tapi rasanya kayak mau mati. "Tidak, Dery! Kamu tidak akan mati!" Sepasang mata Dery membulat karena ia menyadari sesuatu. "Lo...bisa baca...pikiran gue...ya? Bang...ke..." Dan itulah yang dikatakan terakhir kali oleh Dery sebelum kesadarannya yang tersisa hilang dan hanya gelap yang terlihat. Kali ini, gelapnya tanpa dihiasi taburan bintang di langit. *** Zora tahu, tidak akan aman jika ia membawa Dery kembali ke hotel itu. Walaupun ia sudah melumpuhkan Rowena dan dua orang vampire yang bersamanya, bukan berarti Javon tidak bisa mengutus pasukannya yang lain untuk mengejarnya. Dan kamar hotel itu bisa saja dijadikan titik pencarian awal oleh mereka. Karena itu, dibanding bersembunyi di kamar hotel lagi, lebih baik jika mereka bersembunyi di hutan yang luas, sehingga tidak akan mudah untuk terdeteksi.   Setelah Dery tidak sadarkan diri, Zora betul-betul panik. Ia takut terjadi suatu hal yang buruk pada laki-laki itu, namun begitu memastikan napasnya teratur, Zora baru merasa sedikit lega. Akhirnya, setelah membereskan barang-barang mereka yang berceceran, termasuk sepatu Dery yang entah kenapa dibawakan oleh Rowena tadi, Zora membawa Dery berteleportasi ke sisi lain hutan. Zora sengaja memilih sisi terjauh dari hutan tersebut, walau ia tidak tahu dimana pastinya letak hutan ini. Berbekal perlengkapan yang ada di tas gunung milik Dery, Zora membuat tenda untuk Dery bisa beristirahat. Ia belum tahu apa saja cedera yang dialami oleh Dery. Membawanya ke rumah sakit pun bukan pilihan karena bisa jadi terlalu berbahaya untuk mereka. Rowena sudah tahu dengan Dery dan itu berarti, Dery sudah ditandai sebagai seseorang yang bersekongkol dengan Zora. Tidak menutup kemungkinan jika Javon memberi instruksi bagi pasukannya untuk ikut memburu Dery. Jadi, untuk sekarang lebih baik mereka menghindari tempat dimana ada orang lain. Syukurnya, napas Dery masih teratur dan ia terlihat baik-baik saja. Walau tadi Zora sempat memeriksa tubuhnya dan melihat ada banyak memar di punggung, serta tulang rusuk laki-laki itu. Tapi untuk sekarang, sepertinya Dery masih tergolong baik-baik saja dan ia hanya butuh tidur karena kehabisan energi. Sebelum Rowena menyerangnya, Zora juga telah menyerap energi Dery sebagai bekalnya untuk bertarung. Dan mungkin saja, tadi Rowena juga menyerap energinya di saat mereka bersentuhan, sehingga tubuh Dery jadi lemas sekarang. Setelah selesai membuat tenda dan membaringkan Dery dengan aman di dalam sana, Zora bergerak untuk mengumpulkan kayu bakar agar ia bisa membuat api unggun. Malam kian larut dan suhu di hutan ini kian dingin. Tadi Zora sempat memegang kedua telapak tangan Dery dan merasakan betapa dinginnya kulit laki-laki itu. Karenanya, Zora ingin membuat api unggun untuk menjaga Dery agar tetap hangat. Zora tidak terlalu mengerti dengan kondisi tubuh manusia. Tapi, ketika keluarganya masih lengkap dulu, mereka pernah tinggal berdampingan dengan baik dengan manusia, sehingga ia tahu beberapa hal tentang mereka. Salah satunya adalah fakta bahwa manusia yang sedang sakit tidak seharusnya terkena udara dingin, karena itu bisa memperparah keadaan mereka. Tidak sulit bagi Zora untuk mengumpulkan semua kayu bakar dan membuat api. Setelah selesai, ia duduk di depan tenda yang pintunya terbuka dan berjaga dengan siaga kalau-kalau ada serangan yang datang lagi. Di sebalah Zora, ada juga Blacky yang ikut duduk berjaga di depan pintu tenda. Mereka berdua jadi terlihat seperti penjaganya Dery sekarang. Tapi, penjaga tidak berguna karena mereka justru lengah sehingga Dery bisa sakit seperti ini. "Kamu memang tidak bisa melawan vampire ya?" Tanya Zora pada Blacky. Makhluk itu hanya menjawabnya dengan dengusan dan ia melengos. Menolak menatap Zora. Blacky menggeram ketika tiba-tiba saja Zora mengulurkan tangan dan menyentuhnya. Namun, walau Blacky bisa merasakannya, Zora justru tidak merasakan apa-apa. Tangannya justru menembus tubuh Blacky. "Maaf," gumam Zora. "Aku cuma ingin memastikan apa kamu bisa disentuh. Ternyata tidak." Blacky mendengus lagi. "Bukan salah kamu kok karena Dery sakit. Justru salahku karena lengah dan tidak bisa melindungi Dery dengan baik." Blacky hanya diam, tapi entah kenapa, Zora bisa merasakan jika makhluk itu setuju dengan kata-katanya. Atas apa yang terjadi, Blacky ikut menyalahkan Zora. Tapi...memang seperti itu lah adanya. Zora yang salah karena sudah membawa bahaya ke hidup Dery. "Maaf ya...aku tau, aku hanya bisa memberi masalah saja ke Dery." Zora melirik ke dalam tenda. Di sana, Dery masih terlihat seperti orang yang hanya tidur nyenyak. Napasnya teratur dan ia tidak terlihat kesakitan sama sekali. Lalu, Zora melihat ke arah Blacky lagi. "Kamu tenang saja, setelah mendapat bantuan dari Mbah Sugeng...aku akan memulangkan Dery dengan selamat, dan tidak akan mengusiknya lagi." Black balas memandang Zora. Sorot matanya seolah menunggu Zora mengatakan sesuatu yang lebih. Akhirnya, Zora menambahkan, "...aku janji." Setelah itu baru lah Blacky menganggukkan kepala. Baru merasa puas usai mendengar janji yang disampaikan oleh Zora. Makhluk itu benar-benar ingin melindungi Dery dan tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada tuannya itu, sehingga ia ingin Zora cepat-cepat menyelesaikan urusan dengan Dery. Setelahnya Zora tidak mengatakan apa-apa lagi. Dirinya dan Blacky hanya duduk berdampingan saja di sana. Yang terdengar hanya suara jangkrik, serta suara kayu yang termakan oleh api. Selama ini, Zora tidak pernah merasa lelah. Karena seperti yang dia bilang pada Dery, vampire punya kekuatan lebih yang tidak akan membuat mereka merasa lelah sama sekali. Namun, kali ini Zora merasa sangat lelah, setelah apa yang telah dihadapinya malam ini. Kedua mata Zora hampir saja terpejam, namun ia tidak jadi melakukannya dan ia terlonjak ketika mendengar suara langkah yang mendekat. Zora langsung siaga dan awas dengan keadaan sekitar. Namun, belum sempat ia melihat siapa yang datang mendekat, fokusnya terpecah pada Dery yang tiba-tiba saja terbangun dalam keadaan sesak napas. Zora pun lengah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD