6. Vampire, Katanya...

1880 Words
Dery betulan panik waktu cewek jadi-jadian yang muncul tiba-tiba itu pingsan di pelukannya. Tubuh cewek itu begitu dingin sampai rasanya Dery seperti menyentuh permukaan air dingin yang baru saja keluar dari kulkas. Dan Dery rasa, sesakit-sakitnya manusia, suhu tubuhnya tidak akan jadi sedingin cewek ini. Kecuali, kalau mereka meninggal... Tapi, Dery yakin kok kalau cewek ini masih hidup. Dery masih bisa merasakan napasnya. Jujur saja, tahu cewek itu bernapas justru kian membuat Dery bingung. Jika dia bernapas, artinya dia bukan hantu atau makhluk halus lainnya kan. Dia seperti manusia, tapi di sisi lain tidak seperti manusia. JADI, CEWEK INI APA? DAN DERY HARUS BAGAIMANA? Sumpah, Dery pusing banget. Ketiga kunti yang masih ada di depannya pun tidak bisa membantu sama sekali. Mereka cuma kaget dan ikut heboh, tapi tidak bisa melakukan apa-apa. Jelas saja sih, mereka kan hantu. "Dia ini...bukan manusia, kan?" Tanya Dery nyaris histeris pada para kunti. Ia masih menahan tubuh perempuan di pelukannya agar tidak terjatuh. Putih, Kuning, dan Hijau menggelengkan kepala. "Terus kenapa bisa dipegang dan napas begini?!" "Kayaknya siluman sih, Mas..." jawab Putih. "Mungkin. Tapi gak tau juga sih. Soalnya, kita para hantu beda circle sama bangsa jin, siluman, dan sejenisnya." Itu sih Dery juga tahu. Lewat seseorang yang bisa dibilang sebagai guru yang banyak mengajarinya di awal Dery memiliki kemampuan ini, Dery diberitahu kalau di dunia ini selain manusia ada banyak mahluk lain. Tiga golongan lainnya adalah para hantu, jin, dan siluman. Dari ketiga golongan itu, hantu adalah kasta terendah karena mereka cuma arwah penasaran yang tidak bisa kembali ke atas sehingga masih gentayangan di dunia. Mereka pun tidak bisa disentuh, tidak punya kekuatan, dan hanya bisa menjahili manusia saja. Sementara perempuan ini bisa disentuh, bahkan bernapas seperti manusia. Bedanya, ia terlalu cantik untuk ukuran seorang manusia! Walau bajunya compang-camping pun, cantiknya sudah mengalahkan artis yang sering wara-wiri di televisi. "Jadi, gue harus gimana?" Percuma saja Dery bertanya pada para kunti itu. Dengan tidak tahu dirinya, mereka hanya mengangkat bahu, cekikikan, lalu terbang kembali ke atas pohon. "Kita nggak mau ikut campur sama urusan jin dan siluman, Mas Dery...atutttttt..." Begitu katanya. Dery hanya bisa mengumpati mereka saja yang sungguh tidak berguna di situasi seperti ini. Untungnya, daerah sekitar danau kampus sedang sepi sekali dan tidak ada satu pun yang melihat Dery bersama perempuan ini. Karena kasus kematian Sharon, mahasiswa yang biasanya hobi nongkrong di tepi danau karena suasananya yang adem memutuskan untuk tidak ke sini lagi karena mereka takut. Entah itu takut ada hantu Sharon gentayangan, atau takut mereka bisa jadi korban selanjutnya seperti Sharon karena menebak kematian Sharon bukan lah ulah manusia. Ketakutan para mahasiswa tersebut cukup membantu Dery di situasi sekarang. Karena tidak tahu harus melakukan apa lagi, ia pun memutuskan untuk membawa perempuan ini ke rumahnya. Dery tidak bisa memikirkan hal lain lagi. Mau dibawa ke klinik kampus, takutnya nanti petugas yang ada di sana kaget karena sadar perempuan ini bukan manusia. Dery tentunya tidak mau membuat keributan lain di kampus setelah kasus Sharon. Mau membiarkan perempuan ini di sini juga sama saja gilanya. Selain akan mengundang perhatian dan mengagetkan banyak orang, Dery tidak akan tega meninggalkan perempuan pingsan ini sendirian, mau ia manusia atau bukan. Jadi lah Dery membawanya pulang ke rumah. Kebetulan lagi, Engkong sekarang sedang tidak berada di rumah karena bertandang ke rumah temannya hingga sore nanti. Sebelum Dery berangkat ke kampus tadi, Engkong sudah memberitahunya. Jadi, Dery bisa membawa perempuan ini pulang ke rumah tanpa sepengetahua Engkong. Dery pun memesan taksi online dan meminta supir taksinya menjemput Dery tepat di depan danau agar ia tidak perlu bergerak ke tempat lain dengan membawa perempuan ini, sehingga tidak menyebabkan mereka jadi pusat perhatian. Karena naik taksi, Dery terpaksa harus meninggalkan motor N-Max miliknya di kampus dan akan mengambilnya nanti. "Astaghfirullah, temennya kenapa, Mas?" Jujur, Dery agak kaget karena supir taksi yang dipesannya juga bisa melihat perempuan yang kini sudah ada di gendongan Dery. Ia bahkan membantu membukakan pintu mobil agar Dery bisa masuk dan meletakkan perempuan itu ke kursi penumpang bagian belakang, membaringkannya di sana. Dengan supir taksi yang bisa melihat perempuan ini semakin mengonfirmasi semirip apa dia dengan manusia. "Dia saudara saya, Pak. Lagi sakit perut karena menstruasi hari pertama," ujar Dery yang tentu saja mengarang. Ia tidak mau membuat supir taksi ini curiga dan menganggapnya mau menculik perempuan ini. Lalu, cepat-cepat ia bergerak ke kursi penumpang bagian depan, diikuti oleh sang supir taksi yang juga dengan cepat kembali masuk ke kursi pengemudi. "Jadi, kita ke rumah sakit ini, Mas?" Dery menggelengkan kepala. "Saya mau bawa dia pulang, Pak. Obatnya ada di rumah." Untungnya, supir taksi itu percaya dan tidak banyak bertanya. *** Dery rasa, ia cukup beruntung hari ini karena terus menerus dihadapi dengan situasi yang sepi di saat ia membawa perempuan ini. Sudah di kampus tidak ada yang melihat, begitu sampai di rumah juga begitu. Engkong tidak ada, dan kebetulan juga, tetangga Dery yang biasanya sering duduk-duduk di luar rumah pun kali ini syukurnya tidak ada. Begitu turun dari taksi, cepat-cepat Dery membopong perempuan itu masuk ke dalam rumahnya. Ia pun menolak bantuan dari supir taksi dan beralasan jika ia bisa sendiri dan orangtuanya ada di rumah. Padahal, BOHONG BESAR. Dery saja anak yatim piatu. Dery membawa perempuan itu ke dalam kamarnya dan membaringkannya ke atas kasur single bed milik Dery. Lalu, Dery mengunci pintu kamarnya. Bukan bermaksud m***m karena mengunci pintu kamar di saat dirinya sedang berduaan saja dengan seorang perempuan yang perlu digaris bawahi, SUPER CANTIK. Dery hanya takut Engkong tiba-tiba pulang dan langsung berpikiran buruk jika memergokinya bersama perempuan ini di dalam kamar. Setelah memastikan perempuan itu terbaring sempurna di atas kasurnya dan tidak saksi mata yang melihatnya membawa perempuan itu, Dery terduduk di lantai kamarnya dengan napas terengah. Keringat membasahi keningnya. Ia cukup kelelahan karena bergerak sat set sat set dalam misi membawa si perempuan jadi-jadian ke rumahnya. Dery memandang perempuan itu yang masih tidak sadarkan diri. Lagi-lagi, Dery dibuat terpesona karena kecantikannya yang luar biasa. Demi apapun, perempuan itu adalah perempuan tercantik yang pernah Dery lihat seumur hidup. Selebgram-selebgram lain mah kalah! Struktur wajah perempuan itu benar-benar sempurna. Wajahnya kecil, hidungnya runcing, bulu matanya panjang dan lentik hingga saat matanya sedang terpejam seperti ini saja membuatnya terlihat cantik, bibirnya seperti buah ceri dengan bentuk yang semakin menyempurnakan paras cantiknya, dan kulitnya terlihat begitu halus, bersih, dan pucat (walau tidak sepucat trio kunti tadi). Dery rasa, tidak ada manusia yang punya kulit sebagus kulit perempuan jadi-jadian ini. Dan Dery juga yakin, jika ia bukan manusia, maka ia tidak perlu skin care atau make up apapun untuk membuat dirinya terlihat semenawan ini. "Bahkan tidurnya aja kayak princess," gumam Dery sambil geleng-geleng kepala. "Emang beda kalau bukan manusia." Dery menghembuskan napas dan melengos. Ia tidak mau memandang perempuan ini lebih lama lagi karena takut dirinya akan semakin terpesona. Guru Dery pernah bilang jika dia tidak boleh terlena dengan rupa makhluk selain manusia, tidak peduli semenawan apa mereka terlihat. Kadangkala, apa yang terlihat begitu cantik, justru bisa menjebaknya dalam suatu hal yang buruk. Sesuatu yang buruk... "Bangke dah..." Mengingat itu membuat Dery jadi menyesali keputusannya sendiri. Ia jadi berpikir, bagaimana jika perempuan ini justru berbahaya? Walau tadi terlihat lemah, bahkan sempat meminta tolong pada Dery, tapi dia BUKAN MANUSIA dan CANTIK. Seharusnya Dery tahu jika dua fakta itu sudah cukup untuk membuatnya waspada, bukannya malah membawa perempuan ini ke rumahnya. Bagaimana jika ternyata dia siluman jahat yang berbahaya? Selama ini Dery belum pernah berhadapan dengan siluman apapun. Yang tidak berbahaya saja Dery tidak mau berurusan, apalagi yang berbahaya! Sial, tadi Dery merasa kasihan pada perempuan ini karena ia cantik dan nampak lemah sehingga terlihat tidak berbahaya. Padahal, rupanya itu bisa saja menjebak. Dery kembali memandang perempuan itu. Ia masih tidak bergerak sama sekali. Dery pun berdiri dan berjalan mendekati perempuan itu. Ia berniat membangunkannya dan menyuruh perempuan jadi-jadian tersebut untuk pergi secepatnya dari sini. Baru saja tangan Dery terulur untuk menyentuh bahu perempuan itu dan membangunkannya, ia berteriak kaget karena perempuan itu tiba-tiba saja bangun dengan terkesiap. Ia langsung duduk dan matanya melotot, membuat mola matanya yang sewarna perak itu terlihat berkilau dengan cara yang tidak Dery suka. "Bahaya..." Itu yang digumamkannya. Dery sudah siap untuk berlari ketakutan karena perempuan ini seperti kesurupan. Tapi, belum sempat melakukannya, perempuan itu jauh lebih cepat mencengkeram lengan Dery dan menahannya untuk pergi kemana-mana. Cengkeramannya begitu kuat hingga Dery merasakan dingin sekaligus ngeri secara bersamaan. Baru kali ini ia bertemu dengan seorang perempuan yang begitu kuat. Tapi itu tidak mengherankan, sebab perempuan ini bukan manusia! Dia siluman! Jadi-jadian! Dan bisa saja dia suka makan otak atau hati perjaka macam Dery! MAMPOSSSSSSS. Gue beneran terjebak! Teriak Dery dalam hati. Kepanikan Dery berhasil memunculkan Blacky. Sosok hitam besarnya langsung mendominasi kamar Dery yang hanya berukuran 3x3 meter. Dery agak lega karena Blacky muncul, sebab Blacky sendiri merupakan pelindung Dery yang diberikan oleh gurunya sejak Dery memiliki kemampuan melihat makhluk-makhluk tak kasat mata. Blacky mendekati perempuan itu, namun perempuan itu sama sekali tidak takut pada Blacky. Bahkan, hanya dalam satu ayunan tangan saja, ia berhasil membuat Blacky mundur. Entah apa yang dilakukannya, Dery juga tidak mengerti. Dery mulai memberontak dari cengkeraman perempuan itu. Namun, cengkeramannya pada lengan Dery terlalu kuat sehingga ia tidak bisa lolos sama sekali. "AARGGHHHH LEPASIN! GUE UDAH NOLONGIN LO, TAPI TERNYATA LO MENJEBAK GUE! SILUMAN KURANG AJAR! JANGAN MAKAN GUE! HATI GUE BUSUK! OTAK GUE JUGA KECIL JADI NGGAK ENAK! PLISSS LEPASINNNNN DAN PERGI DARI SINI." Teriak Dery histeris. Ia bahkan tidak peduli jika ada tetangga yang mendengarnya. Di luar dugaan Dery, perempuan itu melonggarkan cengkeramannya sehingga Dery bisa meloloskan diri dan berjalan menjauh. Blacky pasang badan di depan Dery, memisahkannya dari perempuan itu yang terlihat jauh lebih tenang dan tidak seberbahaya sebelumnya. Tapi tetap saja, ketika ia menoleh pada Dery, netranya yang sewarna perak itu terasa menusuk dan kembali menghantarkan dingin pada Dery. "LO, PERGI DARI RUMAH GUE!" Teriak Dery padanya. "Maaf..." Perempuan itu bergumam. "Saya tidak bermaksud menyakiti kamu." "TAPI LO UDAH NYAKITIN GUE!" Dery menunjukkan lengannya yang tadi dicengkeram. "LIAT NIH, TANGAN GUE JADI MERAH BEGINI GARA-GARA LO." "Maaf, tapi saya sungguh tidak bermaksud jahat padamu." "APA SIH? LO NGOMONG KAKU BENER KAYAK ANGGOTA KERAJAAN." Perempuan itu hanya memiringkan kepala dan mengerjapkan mata. "GUE NYESEL UDAH NOLONGIN LO. NGAKU DEH, LO SILUMAN APA? LO MAU BERMAKSUD JAHAT KAN SAMA GUE?" "Saya bukan siluman." "TERUS APA? JIN?" "Nama saya Zora Jyostika. Saya bukan siluman atau jin, tapi...saya vampire." Dery tidak bisa untuk tidak terbahak mendengar apa yang disebutkan oleh perempuan yang katanya bernama Zora ini. Apa katanya tadi? Vampire? Vampire, katanya.... HELLO, SEJAK KAPAN DI NEGARA TROPIS MACAM INDONESIA GINI ADA VAMPIRE? APA MEREKA ENGGAK KEPANASAN? "Gue tau lo cantik, bahkan lebih cantik dari Bella Swan. Tapi nggak usah ngelucu. Di Indonesia mana ada vampire! Kalau nenek lampir iya! Ada banyak!" Zora tidak mengatakan apa-apa untuk menjelaskan lebih lanjut pada Dery karena ia tidak butuh itu. Yang dilakukannya hanya lah membuka mulut dan menunjukkan giginya hingga dua taring tajam di gigi atas Zora terlihat. Dery mematung dan menegang di tempatnya berdiri. Walau sulit untuk diterima oleh akalnya, tapi ternyata Zora tidak sedang melucu atau mengarang saja. Dua taring tajam itu sudah cukup jadi bukti jika apa yang dikatakannya benar. ANJRIT...TERNYATA BENERAN VAMPIRE! Dan sepertinya, vampire ini jauh lebih kuat dari Blacky sehingga kini Dery tidak punya siapa-siapa untuk membantunya jika Zora berniat untuk menyerangnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD