Part. 8 Don't Call Me Mama

1630 Words
Hari ini semua anak-anak di kelas Razel mematuhi semua ucapan Razel, di saat dia berkata untuk tidak berisik maka mereka semua akan mendengarkannya. Belum genap satu bulan mengajar namun Razel sudah dapat menarik perhatian anak-anak dengan sangat baik. Perhatian Razel sesekali tertuju pada Elaine yang dimana dia tidak bisa akrab dengan teman-temannya yang lain, Elaine menjauh dari mereka dan membuat dunianya sendiri. Karena Razel tak ingin membiarkan Elaine merasa kesepian, dia pun mencoba membuat kelompok belajar dengan membaginya menjadi dua kelompok yang terdiri dari lima murid dalam satu kelompok. Posisi meja dan kursi di ubah menjadi bentuk lingkaran agar mereka semua dapat melihat wajah mereka satu sama lain. Dengan begitu Elaine bisa berbaur dengan mudah, kemudian Razel bisa membagikan tugasnya yang pertama yaitu mewarnai buku gambar. Saat itu Elaine mendapat buku karakter Mickey mouse sedangkan Marcel yang duduk di sebelahnya mendapat karakter princess Disney. Elaine menginginkan yang di miliki oleh Marcel sampai pada akhirnya Marcel peka dan menukarkan miliknya dengan milik Elaine. “ Mau coba warnain buku ini.?” Ucap Marcel sambil menyodorkan buku mewarnai miliknya kepada Elaine. “ Terima kasih.” Balas Elaine menerima buku itu dengan senang hati. “ Ini milikku.” Lanjut Elaine memberikan buku gambarnya kepada Marcel. “ Terima kasih kembali.” Balas Marcel tersenyum manis. Sebenarnya bukan tidak ingin bermain bersama mereka, Elaine hanya malu untuk memulainya duluan. Selama ini dia tidak memiliki seorang teman sehingga dia tidak tahu cara berinteraksi dengan seusianya. Tiba-tiba saja Danielle yang merupakan saudara kembar Marcel merebut buku gambar Elaine saat Elaine sedang asyik mewarnainya. Danielle memarahi Elaine karena telah merebut saudara laki-lakinya, tak sampai disitu saja Danielle menarik pita rambut Elaine sampai copot. “ Hey ada apa ini? ayo jangan bertengkar, ibu guru punya banyak stok buku gambar kok buat kalian.” Sahut Razel sambil membawa contoh gambar yang lain. “ Danielle jangan seperti itu, aku hanya menukar gambarku dengan miliknya saja.” Sahut Marcel mencoba untuk merebutnya kembali namun pada akhirnya anak kembar itu saling tarik menarik hingga membuat bukunya sobek. Danielle yang terjatuh langsung menangis kencang, sedangkan Marcel balik memarahi saudaranya itu dengan kasar. Razel berusaha meredakan suasana namun yang terjadi tangis anak-anak lain ikut terdengar sampai membuatnya kebingungan. “ Mama, dia sangat nakal.” Elaine justru menghampiri Razel sambil berlindung di balik tubuhnya. “ Mama? “ Anak-anak yang lain heran mendengar Elaine menyebut Razel mama dan bu guru. “ Dia ibu guru kami, bukan mama mu.” Kemudian anak-anak yang lain ikut memperebutkan Razel sebagai miliknya di hadapan Elaine. “ Mama nggak sayang sama Elaine lagi.” Elaine kemudian beranjak dari kelas itu dan membuat situasinya semakin rumit. Ketika Razel hendak mengejar Elaine, semua murid kompak menangis kecuali Marcel yang menatap mereka semua dengan tatapan bingung. Razel yang baru saja hendak membuka pintu membuat mereka menangis histeris, apalagi kalau dia sampai keluar dari kelas itu. “ Anak-anak dengar, kalian diam sebentar. Ibu mau mengejar Elaine, dia murid baru hari ini, mungkin dia tersesat karena belum mengenal tempat ini dengan baik, jadi ibu mohon pengertian kalian.” Pinta Razel yang akhirnya membuat semua anak-anak itu diam dan mengizinkan Razel untuk pergi mencari Elaine. ** Razel sudah mencari kemana-mana di sekitaran gedung sekolah, namun sayangnya dia tidak menemukan Elaine dimana-mana. Kemudian dia berjalan di bagian sayap kanan sekolah itu atau lebih tepatnya di are bermain anak-anak. Petugas kebersihan sekolah yang menyadari Razel sedang mencari seseorang pun menegurnya, ternyata dia tahu kemana Elaine pergi. Wanita tua itu menunjuk ruang bermain di ujung sana dan mengatakan bahwa dia melihat ada anak perempuan yang masuk ke dalam sana. Razel mengucapkan terima kasih kepada petugas tersebut dan segera berlari menuju ruang bermain anak, dan ternyata memang benar bahwa pintu ruangan itu terbuka dan di dalam sana ada Elaine yang meringkuk sambil menundukkan wajahnya. “ Elaine, maafin ibu ya. Sekarang kita kembali di kelas yuk, teman-teman kamu sudah menunggu untuk lanjut belajar.” Ajak Razel dengan lembut. “ Mama jahat, mama nggak mau belain aku.” Isak Elaine menolak uluran tangan Razel barusan. “ Elaine, aku ini bukan mama mu. Dan kamu jangan memanggil mama di depan anak-anak yang lain.” “ Tapi kamu mamaku, aku anakmu.” Razel benar-benar penasaran mengapa Elaine terus memanggilnya mama sedangkan dia tahu jelas kalau mereka bukanlah ibu dan anak, hal ini membuat Razel ingin mengetahui siapa mama kandung Elaine sebenarnya sampai membuatnya terus seperti ini. “ Baiklah aku mamamu, tapi boleh tidak kamu jangan memanggilku mama dulu di kelas.” Pinta Razel kemudian. “ Nggak mau, aku mau mereka tahu kalau kamu mamaku.” Tolak Elaine ketus. “ Kalau kamu panggil aku dengan sebutan mama, kamu mau anak-anak lain juga memanggilku mama? Mereka juga akan menganggap aku sebagai mama mereka, memangnya kamu mau.?” “ Aku nggak mau, mama Cuma punya aku seorang.” “ Makanya kamu jangan panggil aku mama selama di kelas ya, kalau diluar sekolah kamu bebas memanggilku apapun yang kamu suka.” “ Benarkah?” “ Hmm, benar.” “ Aku akan berhenti memanggilmu mama, mulai sekarang aku akan memanggilmu bu guru seperti mereka.” Razel merasa lega karena Elaine cukup mudah di ajak berkomunikasi, padahal dia baru berusia empat tahun namun sangat cerdas. Mungkin semua itu adalah didikan yang baik dari orang tuanya, namun mengingat siapa ayah dari Elaine cukup membuatnya heran bagaimana anak secerdas itu memiliki ayah yang sangat menakutkan. ** Waktu pulang sekolah pun tiba, Razel baru saja selesai memberi mereka ucapan selamat tinggal yang kemudian akan memandu mereka keluar menemui orang tua mereka masing-masing. “ Hati-hati di jalan ya anak baik.” “ Jangan lupa banyak belajar di rumah ya.” “ Sampai ketemu besok.” “ Salam sama mama kamu ya.” Razel sibuk memeluk dan melepas kepulangan mereka bersama orang tua anak-anak itu, dia sampai tidak sadar kalau di barisan paling belakang terdengar tangis dari anak perempuan. “ Ada apa ini.?” Razel terkejut bahwa ternyata yang menangis adalah Danielle, dan dia mengaku bahwa Elaine lah yang mendorongnya. “ Elaine apa itu benar.?” Tanya Razel menatapnya serius. “ Dia jatuh sendiri.” Balas Elaine dengan wajah polosnya. “ Apa benar begitu Marcel.?” Tanya Razel yang dimana Marcel baris berdekatan dengan Danielle. “ Aku tidak melihatnya bu guru.” Balas Marcel ikut bingung. Kemudian ibu dari anak kembar itu masuk ke dalam kelas setelah mendengar suata putrinya yang menangis, ibu si kembar menanyakan kronologi tersebut dan Danielle kembali melaporkan ke ibunya atas apa yang di lakukan oleh Elaine. “ Kamu siapa berani mendorong putriku? Dia murid baru kan? Sudah berani meskipun masih baru.” Ucap ibu si kembar sampai mendorong pundak Elaine hingga membuatnya hampir terjatuh jika bukan Razel yang menahan tubuhnya. “ Nyonya tolong dengarkan dulu penjelasan lebih jelasnya, Elaine mengaku tidak mendorong Danielle.” Ucap Razel berusaha membela Ealine. “ Jadi maksudmu anakku berbohong? Aku tidak pernah mengajarkan dia cara berbohong asal kau tahu itu, dan bagaimana mungkin kau membela anak baru sementara anakku sudah lebih dulu belajar disini.” Balas ibu si kembar. “ Kita tidak tahu siapa yang salah disini, sebaiknya kita sebagai orang dewasa tidak menyalahkan anak-anak atas pebruatannya karena itu akan membuat trauma~~`````````````````````````````.” “ Tidak perlu mengajariku, ayo anak-anak kita pulang.” Akhirnya ibu itu membawa kedua anaknya meninggalkan kelas, meninggalkan Razel dan Elaine di dalam. “ Jadi apa benar kalau kamu yang melakukannya.?” Tanya Razel sekali lagi sambil memegang kedua pundak Elaine. “ Dia tiba-tiba jatuh sendiri, aku tidak mengerti kenapa dia menuduhku.” “ Baiklah, ibu percaya padamu.” Razel memberikan pelukan kepada Elaine setelah melihat wajahnya yang masih sangat ketakutan dengan sikap ibu si kembar barusan. “ Ada apa ini bu guru.?” Sahut seseorang yang tak lain adalah Eddie. “ Ada sedikit masalah, tapi jangan khawatir semua sudah teratasi dengan baik.” Balas Razel setelah melepaskan pelukannya dengan Elaine. “ Ku pikir ada masalah besar yang menimpa Elaine, soalnya di luar ada ibu-ibu yang menyebut ada anak baru yang memberontak dan setahuku Elaine adalah anak baru di kelas ini.” “ Elaine tidak bersalah, mungkin Danielle yang merasa cemburu karena saudara kembarnya dekat dengan Elaine makanya dia mencari perhatian dengan cara seperti itu.” Jelas Razel atas apa yang dia duga hari ini. “ Terima kasih karena telah membantu Elaine, kami pamit pulang.” Lontar Eddie kemudian. “ Mama, terima kasih.” Gumam Elaine sambil memeluknya sebentar dan kemudian lanjut melangkah menuju mobil yang terparkir diluar sekolah. Razel menyaksikan kepergian Elaine dengan tatapan sayu, kemudian Ms Hwang datang membuat lamunannya buyar. Kejadian barusan sudah di dengar sampai di kelasnya dan Ms Hwang paham bagaimana perasaan Razel saat ini. “ Oh iya, diluar banyak pria berjas hitam yang berjaga di beberapa titik dekat sekolah kita. Apa kau tahu siapa mereka.?” Tanya Ms Hwang. “ Pria berjas hitam.?” Razel nampaknya tidak tahu menahu soal itu, namun dia yakin bahwa pria berjas yang di maksud adalah pengawal pribadi Elaine yang sengaja menjaga area sekolah agar gadis itu tetap aman. ** Seorang pria baru saja memasuki ruangan pribadi Felix, dia adalah Eddie yang baru saja selesai mengantar Elaine pulang ke rumah. Eddie akan melaporkan segala sesuatu tentang Elaine hari ini termasuk kejadian yang dia dengar dari Razel hari ini. “ Hari ini Razel membantu Elaine dengan sangat baik, dan Elaine memberitahuku kalau Razel membelanya meskipun dia tidak tahu kejadian yang sebenanrnya.” Jelas Eddie. “ Aku tidak peduli dengan wanita itu, jadi bagaimana dengan Elaine sendiri? Apa dia merasa bosan memulai sekolahnya hari ini?.” Tanya Felix. “ Dia tidak bosan tuan, Nona Elaine bahkan ingin ke sekolah lagi besok dan membawa mainan favoritenya untuk di bagi ke teman-temannya.” Ungkap Eddie. Felix tampak serius mengamati layar komputernya, kemudian dia melirik Eddie dengan tatapan yang tajam seperti biasa. “ Cari tahu orang tua anak itu, kau bawa dia menemuiku sekarang juga.” Titah Felix dengan nada yang serius. “ Baik tuan.” Balasnya dengan sigap.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD