Razel berjalan seorang diri dari sekolah menuju halte bus, dia harus lebih berhemat sekarang karena keuangannya sudah hampir menipis sementara dia belum mendapatkan gaji dari sekolah.
Ketika Razel sedang asyik berjalan tiba-tiba saja sesuatu datang dan melompat ke pelukannya. Kehangatan dan aroma bedak bayi menyelimuti indra penciuman Razel. Tertegun, dia pun sadar dan menatap anak perempuan itu sedang memeluknya dengan kegirangan.
“ Mama…mama.”
“ Mama.?” Yang terlintas di kepala Razel saat itu adalah anak perempuan yang di temukannya beberapa hari yang lalu di jalanan.
Razel sangat terkejut melihat bahwa gadis kecil itu adalah gadis yang sama, entah bagaimana bisa dia bertemu gadis kecil itu lagi namun di tempat yang berbeda.
“ Elaine, aku sudah bilang kalau aku ini bukan mama mu.” Ucap Razel berusaha melepaskan Elaine dari tubuhnya.
Mendengar ucapan Razel barusan seketika membuat tangis Elaine pecah, Razel pun spontan memeluknya untuk membuat tangisnya reda.
Suara senjata yang menakutkan terdengar jelas oleh Razel, dia perlahan mengangkat kepalanya dan melihat di sekelilingnya beberapa pria dengan senjata di tangan mereka masing-masing.
Tubuh Razel langsung lemas di buatnya, dia semakin memeluk Elaine karena takut jika anak itu akan menjadi korban atas perbuatan mereka. Pria yang tak asing di hadapan Razel menatapnya dengan serius, kemudian pria itu menyuruh semua orang untuk menurunkan senjata mereka.
“ Nona Elaine, ayo kita pergi. Kita akan mendapat masalah kalau kau tetap bersama wanita itu.” Ajak Eddie berusaha menarik Elaine dari pelukan Razel.
“ Apa-apan pemandangan ini? sebenarnya siapa mereka? Kenapa anak ini harus bersama orang-orang menakutkan seperti mereka.?” Benak Razel masih tak habis pikir melihat semua kenyataan tersebut.
“ Lepaskan aku Eddie, aku mau sama mama.” Elaine berusaha memberontak namun Eddie langsung membawa Elaine masuk ke dalam mobil.
Saat teriakan Elaine semakin keras, Razel langsung menyahut meneriaki pria itu seakan ketakutannya dengan mereka sirna dan kemudian Razel menghampiri mobil tempat Elaine berada saat ini.
“ Siapa sebenarnya kalian? Kenapa anak ini ada bersama kalian? Kalau kalian adalah penjahat aku tidak akan segan-segan melaporkan kalian ke kantor polisi.” Ancam Razel menatap mereka dengan tatapan penuh serius.
“ Mama, aku mau sama mama.” Seru Elaine lagi.
Karena mereka tidak menjawab dan tetap menatap Razel dengan tatapan menakutkan, alhasil Razel menoleh kepada Elaine sambil membelai kepalanya dengan lembut.
“ Apa mereka orang-orang jahat yang akan menculikmu.?” Tanya Razel pada Elaine.
“ Bukan, mereka orang-orang baik.” Jawab Elaine polos.
“ Baik dari mana? Mereka semua memegang senjata dan di saksikan oleh anak berusia empat tahun bagaimana bisa di katakana orang baik.?” Benak Razel melirik mereka dengan sinis.
“ Lepaskan anak itu dan pergi dari hadapan kami sekarang. Itu lebih baik untuk membuat hidupmu baik-baik saja.” Lontar Eddie.
“ Apa aku bisa mempercayai kalian? Mana bukti bahwa anak ini akan selamat di tangan kalian.?” Balas Razel ketus.
“ Eddie, biarkan mama ikut bersama kita.” Sahut Elaine sambil menarik kemeja Razel dengan kuat.
“ Nona Elaine, jika kau terus melakukan ini, papamu akan marah padamu dan kita semua.”
Ketika Elaine mendengar kata papa, bahu Elaine tersentak yang membuatnya berhenti menangis saat itu juga. Razel bingung saat dia melihat perubahan sikap Elaine ketika pria itu menyebut papanya, seberapa menakutkannya papa Elaine sampai dia bereaksi seperti itu? Razel kemudian merasa kasihan pada Elaine dan meminta untuk di ajak bersama mereka.
“ Yeah mama ikut pulang bersama kami.” Seru Elaine.
“ Tapi nona, papamu mungkin tidak akan setuju dengan hal ini.” Eddie masih takut jika Razel sampai ikut bersama mereka pulang ke rumah.
“ Kumohon Eddie, biarkan mama bertemu dengan papa.” Pinta Elaine yang menunjukkan wajah menggemaskannya sampai membuat semua orang langsung luluh di buatnya.
“ Baiklah nona, kita pulang dengan wanita ini.” Balas Eddie pada akhirnya pasrah karena tak ingin membuat Elaine berada diluar rumah lebih lama.
“ Tunggu sebentar? Mereka menyebut Elaine dengan sebutan nona. Apa itu artinya Elaine adalah anak dari seseorang yang berbahaya? Apa aku tidak salah menawarkan diri untuk ikut bersama mereka.?” Benak Razel mulai merasa ini adalah keputusan yang salah.
**
Razel terkejut melihat sebuah mansion besar di hadapannya yang baru pertama kali dia melihatnya seumur hidup. Tak hanya itu, deretan manusia yang menyambut kedatangan Elaine membuatnya kebingungan dan bertanya-tanya sebenarnya siapa gadis kecil yang menganggap dirinya sebagai mama tersebut.
Elaine kemudian minta di gendong oleh Razel, wanita itu mengangkat tubuh Elaine memasuki mansion yang di pandu oleh Eddie. Sejauh ini dia belum melihat seseorang yang menonjol yang dia anggap sebagai papa dari Elaine, mungkin pria itu ada di dalam mansion mewah itu.
Kini Razel dan Elaine sudah berada di ruang tamu, saat itu Elaine masih manja di gendongan Razel dan terus menyebut Razel sebagai mamanya. Elaine dengan senang hati terus memegangi wajah Razel dan menyebutnya sebagai wanita yang sangat cantik.
“ Mama.”
“ Aku bukan mama mu.” Benak Razel hanya dapat pasrah di anggap mama oleh gadis kecil itu.
“ Apa yang terjadi disini.?”
Suara itu berhasil membuat Razel bergidik, dia belum pernah mendengar suara yang sangat tegas seperti itu, jika suaranya saja bisa membuatnya bergidik maka pemilik dari suara itu pasti orang yang paling tegas di dunia.
Razel perlahan menoleh dan dapat melihat dengan jelas sosok pria yang menyahut barusan. Melihat visualnya yang sangat tampan, tubuh kekar, dan sorot mata yang tajam membuat ekspektasi Razel terhadap pria itu benar 100%.
Yang membuat Razel lebih terkejut lagi adalah wajah pria itu dan Elaine terlihat sangat mirip, Razel sudah tahu bahwa pria itu adalah papa Razel tanpa di beritahu sebelumnya.
“ Kenapa wanita ini ada di rumahku.?” Ucap Felix menatapnya dengan tatapan tidak suka.
Rasanya waktu di sekitar Razel seolah-olah berhenti berputar, dia sangat takut pada pria itu yang membuatnya tidak berani untuk menatapnya secara langsung.
“ Papa jangan marah dulu, Elaine yang mengajak mama pulang ke rumah.” Sahut gadis kecil itu sontak mendapat perhatian dari beberapa orang yang ada di ruangan itu.
Razel mengalihkan pandangannya ke arah Elaine yang tiba-tiba berkata seperti itu, dan akhirnya Razel menatap wajah Felix dengan balasan tatapan dari Felix yang sangat tajam kepadanya.
“ Elaine, kamu bisa pergi sama Eddie sebentar kan? Papa mau bicara dengan mama kamu.” Lontar Felix menekankan kata-kata terakhir sambil menatap Razel dengan tatapan yang jauh lebih tajam.
“ Baik pa, ayo Eddie.” Ajak Elaine yang berubah patuh dengan sangat cepat.
“ Mati aku? Apa sebenanrya ku lakukan sampai aku berakhir di tempat seperti ini sih.?” Benak Razel yang harus mengikuti Felix ke dalam ruangan pribadinya.
**
Di dalam ruangan itu Felix langsung mengintrogasi Razel dengan menanyakan mengapa Elaine sampai memanggilnya mama? Mendengar pertanyaaan seperti itu justru membuat Razel bingung, justru dia yang seharusnya bertanya mengapa dia di panggil mama oleh gadis kecil itu.
“ Maaf, tapi aku tidak tahu harus menjawabnya seperti apa.?”
“ Elaine memanggilmu mama sejak hari dimana kau membawanya pulang bersamamu, apa yang sudah kau lakukan kepadanya setelah itu.?”
“ Aku tidak melakukan apapun kepadanya, aku pun bingung dengan Elaine yang memanggilku mama di hari pertama kita bertemu.”
“ Bohong, aku tahu Elaine sejak kecil tidak pernah menyebut siapapun dengan sebutan mama.”
“ Sialan, dia pikir aku sedang berbohong apa.?” Benak Razel.
“ Sepertinya apa yang ku katakan percuma saja, kau tidak akan percaya padaku.” Balasnya ketus.
“ Apa kau tahu siapa aku.?” Tanya Felix membuat wajah Razel berubah.
“ Tidak tahu.”
“ Jadi kau tidak tahu soal Elaine juga.?”
“ Sudah ku katakan tadi kalau aku tidak tahu apa-apa, anakmu yang datang kepadaku dan terus menyebut kalau aku adalah mamanya.”
“ Baiklah aku percaya padamu.”
“ Lalu sekarang apa?” tanya Razel ketus.
“ Kau boleh pulang ke rumahmu, bawahanku akan mengantarmu sampai ke rumahmu.”
“ Tapi bagaimana dengan Elaine? Apa aku harus berpamitan padanya.?”
“ Tidak perlu, Elaine adalah putriku dan biar aku yang mengatasinya.”
Razel harus pulang saat itu juga, dia tidak peduli lagi meskipun masih menyimpan rasa penasaran yang tinggi tentang keluarga di rumah itu. Namun sebelum pergi dia ingin menanyakan satu hal kepada Felix.
“ Dimana ibu kandung Razel sekarang.?” Tanya Razel.
“ Kau tidak berhak tahu soal itu, pergi dari sini sekarang.” Balas Felix sontak membuat Razel kesal dan membanting pintu ruangan itu dengan keras.
**
Meskipun kemarin Razel berusaha acuh tak acuh namun pada kenyataannya dia masih penasaran tentang Elaine, dia ingin tahu alasan pasti kenapa Elaine menganggapnya sebagai mamanya dan kenapa papanya begitu tegas dan sangat di takuti oleh banyak orang.
Setibanya di sekolah, Razel mulai menjaga pintu kelas dan menyambut anak-anak yang datang bersama orang tua mereka. Senyuman lebar terus merekah di bibir merah muda Razel, dia menyambut anak-anak itu dengan penuh bahagia agar mereka dapat mendapat energi positif dari Razel sebelum dimulainya pembelajaran.
Ketika semua sudah masuk ke dalam kelas, tiba-tiba saja madam Charlotte datang memanggil Razel sebentar untuk memberitahunya bahwa dia kedatangan murid baru yang akan mengisi kursi kosong Giovani sebelumnya.
“ Kapan dia datang.?”
“ Itu dia.” Tunjuk madam Charlotte yang membuat Razel menoleh melihatnya.
Razel terkejut saat melihat Eddie menggendong Elaine sambil berjalan ke arah mereka, kemudian yang lebih mengejutkannya lagi adalah Eddie mengaku sebagai ayah dari Elaine dan telah mendaftarkan anak itu untuk bersekolah di tempat Razel mengajar.
“ Mama.” Seru Elaine sambil memeluk Razel seperti biasa.
“ Mama.?” Madam Charlotte bingung melihatnya, kemudian Eddie menjelaskan bahwa Elaine memang menyebut semua wanita muda sebagai mamanya agar dia tidak curiga.
Begitu madam Charlotte pergi setelah urusannya selesai, Razel langsung menghadapi Eddie dan meminta penjelasan atas semua ini.
“ Kau tururi saja, aku akan menjadi ayah untuk Elaine selama dia berstatus murid disini. Jangan beritahu siapapun kalau aku bukanlah ayah kandungnya, semua ini demi keselamatan nona Elaine.” Bisik Eddie dengan sangat hati-hati.
Razel tidak tahu apa yang membuat mereka sampai memalsukan orang tua dari Elaine di sekolah ini, namun sekarang Razel ingin fokus mengajar dan sebelum itu dia meminta kepada Elaine untuk tidak memanggilnya mama selama di sekolah.