When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Maruna terperangah ia terdiam masih menatapi Langit yang berucap memelas kepadanya itu, “Diami?” ulangi Maruna, “Maksud bapak bagaimana?” Langit salah tingkah menyentuh hidungnya masih terdiam, lelaki itu sedang mengatur kalimat yang pantas untuk di ucapkan, “Sejak saya menjemput kamu di Bandara, kamu seperti—" “Seperti apa?” Potong Maruna, seketika ia melebarkan senyumannya, “Ah iya hari itu saya belum minta maaf, maafkan saya pak Langit.” “Tidak! Bukan itu,saya harusnya yang minta maaf, saya rasa kamu sejak hari itu menjadi tidak seperti biasa saat di kantor ketika bertemu saya, saya rasa ini tidak baik, mungkin saja bisa mempengaruhi kinerja kamu.” Bibir Maruna melengkung lagi, “Apanya? Saya nyaman kok, saya rasa perasaan bapak saja, lagi pula biasanya kita seperti apa? Tentang kema