When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Ucapan nenek membuat Maruna terkesiap, Siapa nenek-nenek ini, apakah nenek ini sehat? Dari mana datangnya dia? Seingat Maruna saat dia disini nenek initidak ada. “Saya neneknya Langit, kamu Maruna yang ninggalin ikat rambut— oh dimana ya saya letakkan, ah yang penting mbak-mbak di sini sudah menceritakankamu.” Ya Tuhan… Maruna terkesiap, “Neneknya Pak Langit?” ia pun tersenyum serba salah, kemudian menyalimi nenek itu. “Maaf Nek,saya tidak tahu neneknya pak Langit.” Maruna yang sudah di tinggal Yuri dan Marcel masuk kedalam lebih duluan, kini berjalan masuk beriringan dengan nenek. “Nenek baru sampai tadi malam, nenek kesal dia tidak tepati janji, katanya mau pulang akhir bulan tapi ada saja alasananya, katanya ada salah satu staffnya mengalami insiden dan dirawat dirumah sakit karena