Dengan sebelah kakiku yang terkilir hendak keluar dari mobilnya Rizki. Membuat laki-laki itu berdecak, hingga ia menahan tanganku. "Lo diem di sini!" Kalimat Rizki yang sudah seperti perintah untukku, membuatku mengikutinya dengan pasrah. Hazel, hanya mengangkat kedua bahunya masa bodo, ia sudah tahu seperti apa Rizki kalau sudah memberi perintah. Diikuti Sonia dan Irene. "Nurut aja ya Ta." Ledek Irene, membuatku mengerucutkan kedua bibirku. Rizki telah keluar dari bagian kemudi. Dan kini sudah ada di luar untuk menggendongku. "Lagian kaki lo kenapa jadi kaya gitu, sih, Ta?" Rutuk Rizki, ia menggendongku dan dibawanya ke arah kelas. Setelah ia berhasil mengunci mobilnya. Aku digendong Rizki seperti sedang menggali kuburan sendiri. Bagaimana seramnya tatapan para manusia iri dengki itu.