Masa Kuliah I

1474 Words
FLASHBACK Zara memulai kuliahnya di usia 19 tahun, hingga tahun ke 3 dia sudah berada di semester 6. 1 tahun lagi dia bisa lulus kuliah. Zara sudah tidak sabar untuk pergi ke kota S. Neneknya memberikan syarat agar dia menyelesaikan pendidikannya. Barulah dia bisa menggapai semua mimpi-mimpinya. Ya, kota S memliki daya tarik sendiri dalam bidang fashion budaya. Membuatnya merasa bahwa disana segala sesuatu akan lebih mendukungnya. Terlebih entah kenapa selalu ada ikatan batin yang mendorongnya datang kesana. Zara yang saat itu berjalan bersama teman-temannya sambil bercanda ria tidak sengaja menabrak seorang pria. Zara refleks meminta maaf dan mundur ke belakang. Mata mereka saling bertatapan. "Hmmm siapa dia? Mungkinkah dosen baru disini?" Gumam Zara dalam hati. "Hei kau bisa lihat tidak?" Suaranya dengan nada yang tinggi membuat Zara kaget. "Iya tuan maaf." Dengan membungkukkan badan. Dengan dingin pria itu pergi meninggalkan Zara dan 3 temannya. Teman-temannya langsung memberitahu Zara. "Ra dia itu Tuan Zico Pemilik Perusahaan Handana Grup." Zara mengenal Perusahaan itu karena merupakan sponsor utama dalam setiap kegiatan kampus. "Dia emang kasar gitu ya?" Tanya Zara karena pertama kalinya dia mengetahui Tuan Muda itu. Tania yang dari dulu menjadi anggota fans Tuan Muda Zico dengan antusias menceritakan bagaimana sifat-sifat dan hal-hal yang dia tahu tentang pria itu. "Gue punya paman yang kerja sama dengan perusahaannya. Sejauh yang gue tahu dia emang memiliki sifat yang dingin Ra. Segala bentuk kerja sama dengan perusahaannya akan dia tangani secara langsung, dia orang yang tidak akan segan-segan pada musuhnya." Zara dibuat bergidik ngeri. Tania masih antusias menceritakan tentang Tuan Muda Zico. Dari mulai karir hingga kepribadiannya. "Benar-benar ya, kok lo bisa tau sampe segitunya sih." Zara masih terheran-heran. "Iiiih udah dibilangin gue tuh masuk grup Fans Tuan Muda Zico Sejati." Timpal Tania dengan nada kekanak-kanakannya. Teman-teman lain yang ikut mendengarkan ikutan gemas pada Tania yang sangat heboh bercerita itu. Hari-hari berlalu tibalah saat Festival kampus yang diselenggarakan setiap satu semester. Dimana setiap anak bisa menunjukkan bakatnya masing-masing. Seperti saat ini Zara mengeluarkan keahliannya sebagai fashion designer. Peserta dituntut untuk merancang busana dari bahan yang sudah ditentukan juri. Zara memiliki paras yang cantik, dia anak yang periang, humble dan tidak pilih-pilih teman. Banyak pria yang naksir padanya, dari yang hanya diam-diam menjadi penggemarnya sampai terang-terangan mengungkapkan perasaannya. Zara sangat menghargai perasaan teman-teman prianya itu. Dia selalu dengan sopan mengucapkan terimakasihnya atas perasaan temannya itu, tetapi menolak karena dia akan fokus dulu pada kuliah dan karir ke depannya. Para lelaki yang pernah ditolak Zara tidak pernah ada yang sakit hati, mereka pada akhirnya selalu menjadi teman baik Zara, sehingga Zara dikelilingi oleh banyak teman-teman wanita dan laki-laki. Semua orang melihat dengan kagum rancangan busana yang di desain Zara dari bahan seadanya. Keterampilannya sudah tidak diragukan lagi, Zara banyak memenangkan lomba desain fashion. Zara memiliki kesempatan melebarkan sayapnya dalam kompetisi desain fashion dari mulai tingkat nasional hingga mancanegara. Dengan membawa harum nama kampus, kota dan negara Zara mendapatkan banyak penghargaan dan hadiah berupa uang tunai, mobil, dll. Zara sangat senang dengan prestasi nya selama kuliah ini. Dia bisa memulai karir ke depannya dengan semua yang telah didapatnya walaupun dia masih merasa sebagai designer amatiran. Pada satu tahun akhir semester kuliah Zara. Zara mendapat rekomendasi kerja di Perusahaan Handana Grup Pusat Kota B sebagai fashion designer. Perusahaan terkenal itu mencari lulusan-lulusan terbaik di banyak Universitas. Perusahaan yang bergerak di banyak bidang. Zara bukan tidak ingin masuk ke perusahaan besar itu, hanya saja dengan perjumpaannya pertama kali dengan pemilik perusahaan itu membuat Zara enggan berhubungan dengan orang-orang seperti itu. Ya, Tania banyak menjelaskan sifat-sifat pemilik perusahaan, dan membuat Zara lebih memantapkan diri untuk menjadi bos sendiri dalam karirnya. Hingga dia mempunyai mimpi membuat brand terkenal miliknya sendiri. Salah satu anak Perusahaan Handana Grup Pusat Kota B yang bergerak di bagian fashion menginginkan Zara masuk dalam perusahaan. Zara dilihat akan mampu membawa anak perusahaan ini terbang lebih tinggi lagi. Terbukti dari prestasinya sampai ke luar negeri selama ini. Namun penolakannya yang terdengar sampai telinga Tuan Muda Zico membuatnya merasa penasaran pada sosok Zara. Belum pernah ada yang menolak perusahaan besar ini. Semua orang berlomba-lomba menginginkan masuk ke dalam perusahaan dari hanya sekedar jabatan yang rendah asal termasuk ke dalam bagian perusahaan. Pekerjaan yang harus dilakukan orang-orang yang bekerja di perusahaan ini haruslah sempurna sampai tidak ada kesalahan sedikitpun. Tuan Muda Zico adalah orang yang perfeksionis. Hingga tunjangan, gaji, dan fasilitas yang diberikan perusahaan berkali lipat lebih besar dari perusahaan lainnya. "Oh jadi ini perempuan yang sedang menjadi buah bibir di perusahaan ku." Seringai wajah Zico sambil menatap foto seorang wanita. "Aku tidak akan melepaskan mu." Zico menantang dirinya sendiri karena merasa bukan Zico jika tak bisa mendapatkan keinginannya. Sebenarnya banyak orang yang sama dan bahkan lebih dari kemampuan Zara. Akan tetapi Zico merasa terhina mendapat penolakan dari seorang gadis seperti Zara. Terlebih perusahaan telah menjadi sponsor kampusnya selama ini dalam mendukung bakatnya hingga ke luar negeri. Orang lain mungkin akan dengan mudah melepaskan apa yang tak bisa dia miliki, berbeda dengan pria satu ini, pria dingin, keras kepala, yang anti dengan kata penolakan. "Zara nasibmu akan berbeda dari sini, berhati-hatilah!" Gumam Zico dengan seringai liciknya. Yah, Zico memutuskan untuk bermain-main dengan gadis itu. Mungkin sejenak akan menjadi hiburan untuknya di sela-sela pekerjaannya. Pada semester akhir Zara hampir menyelesaikan skripsinya. Sebentar lagi Zara akan menghadapi sidang. Namun kenyataan pahit harus ditelan Zara karena salah satu syarat lulus sidangnya adalah harus menemui Pemilik Perusahaan Handana Grup yang tidak lain adalah Tuan Muda Zico. Zara bertanya-tanya dalam hati kenapa hanya dirinya yang diberi syarat aneh seperti itu. Muncul dalam pikiran Zara ini semua mungkin ada kaitannya dengan penolakannya pada perusahaan itu. "Pak, kenapa saya harus menemui Tuan Muda Zico?" Tanya Zara pada dosen mata kuliahnya. Dosen itu tidak ingin terlalu ikut campur dan hanya menyarankan Zara untuk mengikuti saja. Akhirnya Zara memantapkan hatinya untuk datang ke perusahaan menemui Tuan Muda Zico. Kabarnya walaupun akhir pekan Tuan Muda itu tetap datang ke perusahaan saking gila kerjanya. "Mana ada bos yang masih sibuk kencan dengan pekerjaan di akhir pekan?" Gumam Zara sambil terkekeh membayangkan Tuan Muda yang kata orang perfeksionis itu. Zara sampai di Perusahaan Handana Grup. Perusahaan ini benar-benar besar sekali, sepertinya memiliki luas 30% dari kota ini, hingga pemerintah disini selalu bekerja sama dengan perusahaan ini. Zara menghampiri resepsionis dan menyampaikan maksud tujuannya datang kemari. Resepsionis menutup telepon dan memberitahukan pada nona di depannya yang tak lain adalah Zara. "Maaf Nona Presdir sedang tidak bisa bertemu hari ini, anda bisa datang kembali lain waktu." Ungkapnya mengatakan kembali apa yang tadi dikatakan bosnya di telepon. Zara bingung dan menanyakan kembali "Maaf, lain waktu itu kapan ya?" Resepsionis tidak bisa memastikan itu. "Maaf nona sejauh yang saya ketahui lain waktu berarti anda harus terus mencobanya". Zara terpaku mendengar kata-kata resepsionis itu. Sementara di Ruangan Presdir Utama Zico sedang menikmati kemenangannya mempermainkan Zara. Dari mulai meminta pihak kampus agar menahan kelulusan Zara dengan ancaman akan menghentikan perusahaan menjadi sponsor utama kampus. Zara menggerutu sepanjang jalan keluar dari perusahaan. "Sebeeeelllllll." Teriak Zara di parkiran yang membuat semua orang di sana melirik ke asal suara itu. Zara berusaha tersenyum untuk menutupi malunya telah menjadi pusat perhatian. "Kenapa aku harus berurusan dengannya sih?" Masih dengan gerutu kecil sambil memasuki mobilnya. Zara mempunyai sebuah ide. "Kalo aku tak bisa bertemu dengannya biar aku tunggu disini sampai dia keluar." Zara hanya baru sekali melihat Zico, tapi wajahnya yang mencolok membuat Zara akan langsung mengenalinya jika dia melihatnya. "Hmmm dia memang tampan sih, tapi kenapa dia sombong seperti itu?" Zara secara tidak sadar memikirkan wajah tampan Zico. Sementara di tempat lain, Zico sudah bersiap untuk pulang ke mansion nya. Keluar dari gedung perusahaan yang menjulang tinggi menuju mobil mewahnya di parkiran khusus Presdir. Zara yang mengenal sosok pria itu segera keluar dari mobilnya dan berlari memanggil Tuan Zico. Karena langkahnya yang terlalu terburu-buru membuat keseimbangannya menghilang dan terjatuh ke pangkuan Zico yang ada di depannya. Posisi tangan Zara yang refleks memegang tangan Zico sebagai pegangan agar tidak jatuh. Pandangan mereka bertemu sejenak. Setelah mereka sadar dengan situasi yang terjadi, Zara refleks melepas pegangannya, Tuan muda di depannya sudah menatap dengan tatapan tajamnya. "Kau!" Zico menunjuk pada Zara "Maaf, maaf tuan." Zara segera meminta maaf sebelum situasi semakin menjadi kacau. "Sedang apa kau disini?" Zico bertanya dengan intonasi yang tinggi, merasa kaget juga wanita yang sedang dipermainkan nya ini masih ada di sekitar perusahaannya. "Tuan saya ingin bertemu dan membahas hal yang penting." Pinta Zara karena merasa bahwa lulus kuliah adalah hidup dan matinya. Zico yang merasa telah memenangkan permainan, seringai licik di bibirnya. "Ternyata mempermainkanmu asyik juga," gumamnya dalam hati. EPILOG Zara akhirnya bisa membujuk Zico dengan syarat akan melakukan apa saja asalkan tidak bertentangan dengan norma. Zico yang merasa mendapatkan tawaran yang cukup menarik akhirnya memberi Zara kesempatan. "Ketik nomormu disini!" Perintah Zico sambil menyerahkan handphone miliknya. Zara yang masih kebingungan dengan sikap orang di depannya menurut saja karena menginginkan semua ini segera berakhir.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD