Zara sudah menyelesaikan semua tugasnya di butik. Kini tiba waktunya kembali ke rumah.
Karena merupakan seorang fashion designer membuatnya tidak kesusahan memilih gaun apa yang akan dia kenakan.
Gaun merah muda pilihannya saat ini menambah kecantikannya menjadi berkali lipat.
Nenek yang melihat Zara begitu terpesona. Bersyukur di anugerahi Cucu secantik dan sebaik Zara.
"Sayang kamu cantik sekali." Puji nenek masih dengan pandangannya melihat cucu kesayangannya.
"Siapa dulu dong neneknya?" Goda Zara yang membuat neneknya tertawa.
Sopir yang ditugaskan menjemput Zara dan neneknya telah tiba di depan.
Mereka menuju ke mansion nenek Raina.
Orang tua Zico dan nenek Raina sudah tidak sabar menunggu kedatangan Zara dan neneknya. Hanya Zico seorang, yang masih sibuk menatap layar handphone nya melihat beberapa laporan perusahaan yang dikirim orang kepercayaannya.
Akhirnya tibalah Zara di depan mansion yang sudah sekali ia kunjungi saat itu.
Zara menggenggam tangan nenek Erika. Mereka saling bertatapan dan memantapkan hati masing-masing.
Nenek Raina yang sudah menunggu di depan pintu sejak tadi menyambut antusias kedatangan mereka berdua. Orang tua Zico yang ada di samping nenek Raina pun tak kalah hebohnya menyambut Zara dan neneknya.
"Honey, you are so beautiful." Ucap ibu Zico yang kemudian di sambut ciuman tangan dan pelukan hangat oleh Zara.
Zara merasakan kehangatan saat memeluk ibu Zico. Hingga ayahnya yang juga ingin memeluk calon menantunya pun menyadarkan mereka dengan pura-pura batuknya.
"Om," sapa Zara
"Panggil Daddy saja sayang, DADDY" Ucap Handana yang sudah tidak sabar memiliki anak perempuan seperti Zara.
"Ya sayang panggil mommy and Daddy." Potong Vina sambil menunjuk ke arahnya dan Handana.
Mereka pun masuk ke dalam mansion. Di dalam mansion mereka bercengkerama. Saling bertanya kesibukan masing-masing. Terlebih untuk ibu Zico yang memang dasarnya sudah hangat dan Zara yang cepat bergaul mereka tidak kesusahan untuk berkomunikasi.
Nenek Raina menyadari cucu laki-laki nya masih ada di lantai atas. Dia menyuruh bibi untuk memanggil Tuan mudanya.
Sosok pria berwajah tampan turun dari tangga. Semua orang tertuju padanya. Tidak terkecuali Zara yang paling terlihat kaget melihat pria di hadapannya.
Zico yang memandang Zara hanya bersikap dingin.
Nenek Erika baru menyadari bahwa Zico adalah tuan muda yang pernah dia temui saat Zara kuliah di kota B.
"Nak Zico." Ucap nenek dalam hati.
Sekilas ketika pandangan nenek Zara dan Zico bertemu, Zico sedikit memperlihatkan senyuman pada nenek Zara.
Mereka pun berkumpul bersama, keberadaan Zico membuat suasana yang tadinya ramai menjadi sedikit canggung.
"Lihat kan hanya dia yang seperti harimau di keluarganya." Zara mengucap dan terkekeh dalam hati.
Melihat Zara yang sedikit tersenyum-senyum sendiri membuat nenek Raina keheranan.
"Apa yang membuatmu bahagia sayang?"
"Tidak nek, aku hanya bahagia saja berkumpul disini." Seru Zara karena tidak ingin membuat semua orang salah sangka.
"Ciiiihh dasar kau marmut kecil, aku tahu apa yang kau pikirkan." Batin Zico.
EPILOG
Zico menuruni tangga.
Dia melihat gadis yang beberapa waktu lalu hampir dia tabrak.
Zico bukan tidak mengenal Zara namun dia menganggap Zara hanya angin berlalu meskipun pada kenyataannya Zara tidak pernah terhapus dalam ingatannya.
Zara permisi pergi ke toilet. Setelah bibi pelayan rumah mengantarkannya. Di dalam toilet.
" Aaaaaaaaaahhhh!!" Zara berteriak sambil mencoba membekap mulutnya agar tidak terdengar keluar. Dia mencoba meluapkan segala emosinya. Ketika mulai dirasa lelah.
"Ayah, ibu.. Dari sekian banyak pria kenapa harus Tuan Muda Zico?" Ucap Zara dalam hati sambil menghela nafasnya.
Zara mengingat Zico Handana Putra.
Zara tak menyangka bahwa takdir akan mengantarkannya pada orang yang selalu ingin dia jauhi selama ini.
"Dia masih sama seperti dulu," ucap Zara dalam hati.
Setelah obrolan hangat membahas rencana pernikahan Zara dan Zico, tak disangka keluarga akhirnya menyepakati hal yang membuat Zico dan Zara terbelalak saat itu juga.
Hasil kesepakatan memutuskan Zico dan Zara akan melangsungkan pernikahan seminggu lagi. Namun di karenakan semua terjadi secara mendadak hanya orang-orang kepercayaan saja yang akan di undang.
Hal ini dilakukan lebih kepada keselamatan Zara, namun Zico yang mendengar pernikahan ini akan dilakukan secara tertutup membuatnya sedikit tenang.
"Pernikahan seminggu lagi." Teriak Handana yang kemudian disambut gembira oleh para orang tua. Terkecuali Zico dan Zara.
Zico mengalihkan pandangan pada layar handphone nya. Sementara Zara berusaha tersenyum walau sedikit dipaksakan.
Di ruang keluarga setelah selesai membahas perihal Zico dan Zara, nenek Raina memaksa Zara dan Nenek Erika untuk menginap karena malam sudah semakin larut sehingga membuat Zara dan nenek Erika tidak ada pilihan lain.
Zico sudah lebih dulu pergi ke kamarnya.
Ada banyak kamar tamu di mansion ini. Zara dan nenek Erika dibiarkan berada di kamar yang terpisah. Nenek Raina menyuruh Zara tidur di kamar tamu lantai atas.
"Aaaaaaaaaaaahh." Zara kaget ketika Zico keluar dari kamar mandi di salah satu kamar tamu.
Tampak d**a yang bidang dan tubuh putihnya hanya ditutupi handuk yang melilit di pinggangnya.
Zico yang merasa Zara terlalu berisik menutup mulut Zara dan membuat tubuh mereka bersentuhan, dengan posisi Zara seperti dipeluk Zico dari belakang. Posisi ini membuat degup jantung Zara berdebar.
Zara yang segera sadar, berusaha melepaskan bekapan tangan Zico dengan memukul-mukul kecil tubuh Zico namun nihil tenaga laki-laki itu terlalu kuat.
Setelah dirasa tenang, Zico mulai melepaskan perlahan bekapannya. Zara yang sudah bisa bebas, berbalik dan mundur beberapa langkah dari Zico.
"Kau!" Zara menunjuk dengan penuh kebencian pada Zico.
Zico hanya tersenyum licik.
Dengan tanpa rasa bersalah Zico pergi meninggalkan Zara.
Zara yang kesal kepada Zico hanya bisa menggerutu kecil.
"Kenapa harimau itu disini sih?" Bukannya dia pasti punya kamar mandi pribadi.
EPILOG
Zico merasakan gerah di tubuhnya. Dia ingin mandi untuk menyegarkan tubuhnya, tanpa diduga shower yang ada di kamar mandi pribadinya tiba-tiba macet sehingga dia pergi ke kamar mandi di kamar tamu lantai 2, namun tak disangka Zara yang disuruh tidur di kamar tamu atas malah bertemu dengan Zico.
Setelah membersihkan diri, Zara menuju tempat tidurnya. Kasur yang empuk dan nyaman membuat Zara tidak merasa sulit untuk tertidur. Dia terlelap dalam tidurnya menuju mimpi-mimpinya.
Sementara di Kamar yang begitu luas, rapi dan membuat siapapun betah, Zico masih dibuat senyum-senyum sendiri memikirkan tingkah polos Zara.
Hatinya juga berdebar saat tubuhnya bersentuhan dengan Zara. Namun dia menepisnya, mungkin itu hanya reaksi biasa jika seorang laki-laki dan wanita dewasa berdekatan.
Malam itu Zico lalui dengan masih memikirkan sosok Zara sebelum dia terlelap dalam tidurnya.