When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Lovinta tengah sibuk menyuapi sang papa dengan bubur yang biasanya diberikan oleh pihak rumah sakit. Membutuhkan kesabaran yang lebih untuk membujuk lelaki itu makan bubur itu. “Lovinta, papa sudah kenyang,” ucap lelaki, merasakan bubur yang mendarat di lidahnya membuat perutnya mual dan ingin memuntahkan semua isi di dalamnya. “Papa, tapi ini baru beberapa suap. Makan lagi ya.” Lovinta berucap dengan senyuman. Danial menggeleng pelan. “Papa sudah kenyang, lebih baik sekarang minum obatnya.” Lovinta menghela napasnya pelan. “Baiklah, sekarang papa boleh meminum obatnya.” Lovinta membuka beberapa bungkus obat itu lalu diberikan kepada Danial. Saat Lovinta tengah memperhatikan sang papa meminum obatnya, tiba-tiba sura decitan pintu terdengar. “Danial, mama sudah bilang berkali-kali