When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Pagi harinya Lovinta memutuskan untuk menengok sang papa di ruang kerjanya, pasalnya sejak makan malam Lovinta tidak melihat lelaki paruh baya itu. meskipun di hatinya masih ada rasa kecewa, namun Lovinta masih mengkhawatirkan kondisi Danial. Gadis itu ragu untuk memutar handel pintu ruang kerja Danial, namun hatinya selalu saja mendorongnya untuk segera membuka puntu itu, perlahan tapi pasti Lovinta memutar handel itu dan terbukalah pintu itu. Lovinta melihat ruangan itu kosong, tidak ada Danial di sana. Lovinta mengedarkan pandangannya untuk mendapatkan keberadaan lelaki itu, namun nihil, tidak ada tanda-tanda seseorang di dalam sana kecuali Lovinta. “Pah.” Lovinta memberanikan diri untuk melangkah semakin masuk. “Papa di mana?” gadis itu menoleh ke kanan dan ke kiri, namun hasil