When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Keesokan harinya, seperti apa yang diucapkan oleh Danial melalui telepon genggam. Lelaki itu pagi-pagi sekali sudah sampai di kampung di mana dia tinggal dahulu bersama dengan Diah. Danial tidak sendirian, melainkan bersama dengan Edera yang selalu berada di sampingnya setiap waktu. “Mas, kita mau kemana sih?” sedari tadi wanita itu bertanya, namun pertanyaan Edera selalu Danial abaikan. Respon sang suami membuat Edera semakin kesal. Nampaknya dia sudah lupa dengan kampung suaminya sendiri. “Sabar ya sayang, sebentar lagi kita akan sampai.” Danial mengusap lembut punggung tangan Edera agar wanita itu tidak marah lagi padanya. Setelah sekian lama menempuh perjalanan yang cukup membuat badan pegal, akhirnya Danial sampai di pekarangan rumah yang cukup besar. Bahkan Danial takjub meliha