When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Satu bulan telah berlalu dari kejadian kecelakaan itu dan kini semuanya kembali normal. Semuanya menjalani aktivitas seperti hari-hari biasanya. Namun, di perusahaan Gilang namapak tidak baik-baik saja ketika didatangi oleh lelaki paruh baya yang selalu membuat Gilang harus menahan emosinya setiap kali bertatap muka dengannya. Lelaki itu menatap malas sang papa yang sedang mencoba berbicara padanya. “Ivan, kamu dengar papa tidak sih?” Dhanu mulai melayangkan protes kerena lelaki itu sudah kehabisa kesabaran terus saja tidak dianggap keberadaanya oleh Gilang. “Saya tidak mengundang anda untuk datang ke sini. Lalu kenapa saya harus meladeni ocehan tidak bermutu anda?” Gilang bertanya dengan berani. Meskipun lelaki itu tahu emosi Dhanu sedang tidak stanil saat ini, tapi Gilang tidak ped