When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Malam itu tidak terjadi apa-apa di antara Lovinta dan Nean. Keduanya hanya tidur bersama dan di ranjang yang sama pula, tetapi masih ada pembatas di antara mereka. Nean juga pernah berkata, jika dirinya tidak akan memaksa Lovinta untuk melakukan ‘itu’ jika gadis itu belum biap melakukannya. “Nean, bangun,” Lovinta mengguncang tubuh Nean pelan. Namun, respon Nean hanya mengeliat lalu tidur kembali. “Sholat subuh dulu, nanti baru lanjut tidur lagi,” ucap Lovinta yang masih gencar membangunkan sang suami. Nean terduduk lalu bersandar di sandaran ranjang dengan mata yang masih tertutup rapat. Melihat tingkah suaminya yang sangat lucu membuat Lovinta tertawa. “Bangun, Nean.” Lovinta beralih pada pipi Nean, gadis itu mencubit pipi suaminya seolah itu adalah mainan. Nean meringis dalam