When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Satu minggu telah berlalu, kini saatnya hari akad telah tiba. Mempelai pria nampak sudah duduk di kursi akad sedangkan mempelai wanitanya tengah mempersiapkan dirinya di dalam kamar rias. Lovinta memandangi pantulan dirinya di cermin dengan rasa tidak percaya. Jantungnya pun berdetak sangat kencang seperti ingin keluar dari tempatnya. Gadis itu tidak menyangka, di usianya yang mau menginjak dua puluh satu tahun sudah menikah. Di kamar rias pun gadis itu hanya di temani oleh MUA. Menikah tanpa kehadiran seorang mama membuatnya sedih. Karena berkat wanita itu dirinya mengetahui segala hal yang ada di dunia ini dan berkat dia pula dirinya tahu apa itu arti kehidupan. Meskipun Edera sempat ingin melenyapkannya, namun Lovinta tidak pernah sedikit pun bahkan seculi kuku pun membenci wanita i