When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Danial duduk terdiam di bangku taman dengan tangan yang menggengam sesuatu berbentuk kertas putih. Tangisnya selalu saja pecah ketika ingin membuka lembaran kertas yang Lan berikan kepadanya. *** Kala itu, Lan mendatanginya beberapa menit sebelum operasi dilakukan. Lelaki itu nampak beberikan secarik kertas kepada Danial. “Mungkin ini adalah pesan terakhir untuk pak Danial dari Zenna,” ucap Lan sembari mengulurkan secarik kertas itu. Dengan tengan yang bergetar hebat Danial menerima secarik kertas itu. “Terima kasih, dok.” *** Danial menatap tangan kanannya yang tengah menggengam sepucuk surat dari sang putri yang pernah dirinya anggap sebagai anak haram. Pah …. Mungkin saat papa membaca surat ini Zenna sudah tidak berada di samping papa lagi. Namun, jangan khawatir, Zena akan s