#R – Celah Harap

1679 Words
Persahabatan adalah sebuah hubungan yang terjalin antara satu orang dengan orang lainnya, persahabatan tercipta dengan adanya sebuah kedekatan yang biasanya bisa melebihi kedekatan keluarga, mungkin jika persahabatan antara perempuan dengan perempuan atau laki – laki dengan laki – laki akan terjalin biasa saja. Namun, berbeda jika yang menjalani persahabatan itu antara seorang laki – laki dan juga perempuan, kadang kala kebanyakan orang akan lebih berpikir jika mereka pacaran bukan sahabatan karena kedekatan yang terjalin diantara mereka, kebanyakan juga jarang ada persahabatan perempuan dan laki – laki yang berhasil mempertahankan statusnya persahabat mereka, karena jika keduanya tidak saling mencintai pasti ada salah satu dari mereka yang mencintai. Sama halnya dengan Intan, tiga bulan Intan mengenal Alaric membuat Intan menjadi banyak tahu tentangnya, dia jadi tahu jika dibalik sikap Alaric yang supel, ramah, dan murah senyum dia adalah sosok yang menyebalkan dan juga jahil. Bersahabat bersama Alaric adalah hal yang sangat menyenangkan, sikap Alaric yang menyenangkan membuat Intan nyaman berada didekatnya, sikapnya yang hangat dan lembut membuat Intan merasa sangat diistimewakan sebagai perempuan. Selain itu ada banyak hal lagi yang ingin Intan utarakan tetang Alaric, hanya saja terlalu banyak jika harus Intan jabarkan satu persatu. Cerobohnya, Intan tidak bisa menahan perasaannya berhenti hanya sebatas sahabat saja, karena sikap Alaric yang terlampau sempurna dimata Intan membuat gadis itu tanpa sadar menjatuhkan hatinya pada orang yang tidak tahu benar atau salah. “Tan nanti malam kita diner yu kan malam minggu, suntuk nih diapartemen sendirian, berasa jomblo” “oke tapi ajak nenek ya, lagian jomblo ko gengsi sih” “Ye enak aja aku enggak jomblo ya, liat aja nanti malam” Intan mengangguk – anggukan kepalanya dengan bibir yang dia cebikkan tapi masih melukiskan sebuah senyuman tipis yang lebih terlihat seperti meremehkan, sikap itu sebenarnya berbanding terbalik dengan perasaanya yang bertanya – tanya apakah benar Alaric sudah mempunyai seorang kekasih, karena tiga bulan mereka sering menghabiskan waktu untuk bersama, Alaric tidak pernah sedikitpun menyinggung masalah pasangannya.  Namun, yang membuat Intan curiga adalah Alaric pernah beberapa kali mengangkat telepon dari seseorang menggunakan bahasa Jerman yang tandanya orang yang menelponnya itu berasal dari Jerman, dan nada bicara Alaric pada lawan bicaranya itu tidak seperti sedang berbicara dengan seorang teman ataupun keluarga. “Oke kita lihat saja nanti”  Intan kembali berujar sambil mengaduk – aduk juice jambunya, saat itu mereka memang sedang berada disebuah kafe untuk melewati makan siang mereka, mungkin dimata karyawan lain Alaric dan Intan adalah sepasang kekasih karena hampir setiap makan siang mereka selalu pergi keluar besama. Belum lagi, mereka juga sering terlihat pulang bersama hal itu tentu berhasil memperkuat anggapan mereka tentang hubungan bos dan sekertarisnya itu. ***  Intan mematut penampilannya didepan cermin, tidak tahu sudah bearpa kali gadis itu memutar – mutar tubunya didepan cermin hanya untuk memastikan jika penampilannya sudah benar – benar bagus, malam ini dia menggunakan gamis berwarna coklat dengan model terompet dibagian tangan dan ada sebuah serut dibagian bawah d**a, gamis itu terlihat sangat indah membalut tubuh Intan yang ramping dan lumayan tinggi. Sebentar lagi Alaric akan datang untuk menjeputnya, mereka akan pergi makan malam seperti yang Alaric katakan tadi siang, dia juga sudah mengatakannya kepada sang nenek dan Intan yakin jika neneknya pasti sedang bersiap – siap juga. Sebenarnya, sejak tadi hati Intan terasa sangat gelisah, jantungnya berdebar – debar tidak jelas, pikiran dan juga hatinya terasa tidak enak, karena setelah selesai makan siang Intan tidak bisa berhenti memikirkan perkataan Alaric yang mengatakan jika dia akan datang bersama dengan kekasihnya, tiba – tiba semangat Intan untuk makan malam bersama dengan Alaric luntur saat hatinya melakukan penolakan besar untuk pertemuannya dengan kekasih Alaric. “Intan, sayang ayo keluar Nak Al sudah datang” Panggilan sang nenek dari depan pintu kamarnya berhasil membuat Intan tersadar dari lamunannya, hatinya sedikit menimang apakah dia harus menolak saja agar dia tidak bertemu dengan kekasih Alaric, bukan apa – apa, Intan hanya berupaya untuk melindungi hatinya sendiri karena biar bagaimanapun Intan tidak dapat membohongi perasaannya sendiri jika rasa cinta sudah mulai tumbuh didalam hatinya untuk Alaric. “Ko malah melamun, itu nak Alnya sudah nunggu ayo cepat” “Loh ko nenek belum siap ?” Bukannya menuruti perkataan nenenknya untuk segera keluar, Intan malah bertanya karena melihat penampilan sang nenek yang belum terlihat siap, nenek Rani tersenyum kemudian melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar cucu semata wayangnya. “Nenek tidak akan ikut sayang, ngantuk nenek mau tidur” “Ko gitu, masa Intan cuma berdua sama Mas Al sih nek, ah enggak mau kalau gitu Intan juga enggak jadi deh” “Loh jangan begitu dong, kasihan dia sudah datang untuk jemput kamu, ayo biar nenek antar sampai depan” Dengan setengah hati Intan mengambil tas selempangnya kemudian berjalan beriringan bersama sang nenek menuju keruang tamu tempat dimana Alaric berada dan sedang  menunggunya, Intan benar – benar tidak tahu akan bagaimana nantinya dia bertemu dengan kekasih Alaric, karena sebagian besar dari hatinya masih belum siap untuk bertemu dengan perempuan yang berstatu kekasih sahabatnya. Alaric tersenyum saat dia melihat kehadiran Intan, sebelumnya nenek Rani sudah mengatakan kepada Alaric jika dia tidak akan ikut, sehingga Alaric tidak kaget saat melihat penampilan  nenek Rani yang terlihat belum siap sedikitpun. “Yaudah yu Tan” “Nenek serius enggak mau ikut” Gadis itu berujar dengan setengah merajuk, tangannya menggengam tangan sang nenek, matanya menatap kearah neneknya dengan penuh memelas berharap dengan cara itu sang nenek mau mengubah keputusannya dan mau ikut makan malam bersamanya dan juga Alaric. Namun, jawaban yang Intan dapat tetap tidak berubah, hanya sebuah gelengan kepala yang membuat bibir Intan semakin mengerucut. Melihat hal itu, Alaric dan nenek hanya terkekah. Kemudian setelah mereka berpamitan kepada nenek, mereka melangkahkan kakinya menuju ke mobil Alaric yang terparkir didepan pagar rumah Intan. Sejak mereka sampai didekat mobil Alaric, bahkan sampai sekarang mereka sudah melakukan setangah perjalanan menuju tempat mereka makan malam Intan terlihat sedang mencari – cari sesuatu didalam mobilnya, tapi gadis itu seakan enggan menanyakannya kepada Alaric, sedangkan yang dilakukan Alaric sejak tadi adalah memperhatikan gerak gerik Intan yang menurutnya terlihat aneh. “Kamu cari apa Tan ?” Alaric akhirnya bertanya kepada Intan saat dia mulai penasaran dengan apa yang sejak tadi Intan cari, mata Alaric menatap kearah Intan melalui kaca depan, mendengar  pertanyaan dari Alaric, Intan terdiam tidak melakukan pergerakan apapun. “Pacar kamu mana, kamu simpen dimana dia ?” Untuk sesaat Alaric terdiam mendengar pertanyaan dari sahabatnya itu, dia tidak menyangka jika yang sejak tadi Intan berusaha cari hingga memeriksa bawah jok adalah kekasih Alaric, Alaric yakin jika Intan masih teringat dengan kata – katanya tadi siang yang mengatakan jika dia akan datang bersama dengan kekasih, lalu sejurus kemudian Alaric tertawa dan hal itu berhasil membuat Intan mengerutkan dahinya bingung. “Dan kamu pikir aku simpen pacar aku dibawah jok gitu sampai kamu periksa bawah jok segala” “Ya kali aja kamu selipin dia dibawah jok kaya upil” Lagi – lagi Alaric tertawa saat dia mendengar ucapan Intan yang dibarengi dengan ekspresi wajahnya yang terlihat kaku, lalu setelah itu dia turun dan membukakan pintu belakang mobil untuk Intan. “Jangan ngelucu mulu, ayo turun udah sampai” Intan melirik ke sekeliling luar mobil, ternyata mereka benar – benar sudah sampai, karena terlalu sibuk mencari dan memikirkan keberadaan kekasih Alaric didalam mobil membuat Intan tidak sadar jika dia dan Alaric sudah sampai ditempat tujuan mereka. Intan turun dari dalam mobil kemudian setelah itu mereka berjalan beriringan masuk kedalam kafe yang sudah Alaric pilih, mereka memang sepakat setiap kali makan malam dimalam minggu akan bergiliran memilih tempat mereka makan malam, dan malam ini adalah giliran Alaric yang memilih. Seorang pelayan datang menghampiri mereka, Intan dan Alaricpun segera memesan makanan untuk mereka santap. “Jadi mana pacar kamu Mas ? Kapan dia datangnya ? ko lama ?!” Lagi – lagi bukan jawaban yang Intan dapatkan tapi sebuah tawa yang kembali membuat Intan berkerut bingung. “Ko ketawa sih Mas ? aku tanya loh mana kekasih kamu ?” “Kamu, pacarku malam ini itu ya kamu Tan” “Kamu udah punya pacar belum ?” Intan menggelengkan kepalanya secara reflek saat dia mendengar pertanyaan dari bosnya, dia juga melihat sebuah anggukan dari kepala Alaric. “Yaudah berhubung pasangan aku juga enggak ada anggap aja malam ini kita lagi pacaran dan anggap aja kalau kamu pacar aku” Coba katakan bagaimana Intan tidak terperosok masuk kedalam pesonanya jika kebiasaan laki – laki itu seperti saat ini, bagaimana Intan bisa mencegah perasaannya jika setiap saat laki – laki berstatus bos dan sahabatnya itu selalu memperlakukannya dengan sangat istimewa, hingga membuat Intan merasa sangat disayang dan dicintai. “Aku mau tanya sesuatu sama kamu malam ini Tan, dan ini penting” Tatapan Intan yang semula melihat kearah samping karena memalingkan wajah dari Alaric saat mendengar jawabannya kembali berbalik dan menatap kearah sosok yang sedang menatap kearahnya juga, Intan langsung menundukkan kepalanya. Dia sadar jika apa yang baru saja dilakukannya adalah sebuah dosa, dan dia juga sadar saat matanya bertatapan dengan mata Alaric jantungnya berdebar kencang tanda jika rasa cinta itu memang sudah benar – benar ada dan tumbuh didalam hatinya, dan semakin hari rasa cinta itu semakin membesar. “Kejutan apa yang bisa membuat perempuan merasa bahagia ?” Mendapat pertanyaan itu tiba – tiba perasaan Intan berdebar, kepalanya yang semula tertunduk perlahan kembali terangkat dan matanya menemukan mata Alaric yang ternyata masih menatap kearahnya, hatinya jadi bertanya – tanya untuk siapa Alaric akan membuat kejutan, apakah untuk dirinya, tiba – tiba sebuah keyakinan hadir didalam dirinya. “Perempuan itu menyukai kelembutan, jika kamu ingin membuat seorang perempuan bahagia, cukup berikan dia sebuah kejutan kecil yang membuat dia merasa sangat disayang dan dicinta” “Makan malam special romantis ?” “Ya mungkin itu juga bisa Mas” “Apakah kamu juga akan menyukai makan malam special romantis ?” Tatapan mata Intan yang sempat tertunduk kembali mendongak, matanya menatap kearah Alaric saat dia merasa jika apa yang baru saja diadengar tidak salah, kenapa Alaric menanyakan apakah dia menyukainya, kayakinan Intan semakin bertambah, matanya yang masih menatap kearah Alaric berusaha menelisik sebuah kebenaran jika apa yang baru saja dia dengar tidak salah. “Ya aku juga menyukainya” “Nanti pasti akan ada seseorang itu Tan, seseorang yang akan memberikanmu cinta, seseorang yang akan memperlakukan mu dengan penuh kasih sayang, seseorang yang akan selalu membuatmu merasa bahagia dengan cara yang kamu inginkan, kamu hanya cukup menunggu karena aku yakin dia pasti akan segera datang” “Dan aku berharap orang itu adalah kamu Mas” Ada sebuah kebahagiaan yang membuncah dari dalam hati Intan saat dia mendengar perkataan Alaric, laki – laki itu berkata seakan dia tengah memberikan Intan isyarat untuk tetap menunggunya melakukan apa yang baru saja dia katakan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD