#R – Sebuah Harap

1622 Words
Harapan itu berhak dimiliki oleh siapapun, karena setiap orang memang berhak untuk berharap dan mengharapkan apapun didalam hidupnya, dengan sebuah harapan bisa memberikan sedikit semangat pada diri seseorang. Harapan bisa menumbuhkan setitik keinginan yang perlahan bisa tumbuh semakin besar saat kita mencoba untuk memperjuangkan harapan itu. Seperti halnya Intan, bagi gadis itu harapan dan semangat adalah sebuah modal ternbesar yang dia punya agar dia bisa bertahan, bahkan dengan sebuah harapan dan semangat dia bisa berada dititik karirnya sekarang. Menjadi seorang sekertaris pemilik perusahaan, sampai akhirnya harapan yang dia bangun hanya ingin bekerja tanpa sadar sudah memperkenalkannya pada sebuah harapan cinta. “Karena bahagia itu sederhana, cukup aku bisa hidup bahagia bersama dia yang aku cinta maka kehidupan ini akan terasa sempurna, hidup saling mengasih…” Intan langsung menutup buku harian yang sedang dia tulis untuk mengisi waktu senggang karena pekerjaannya hari ini cukup sedikit, kepalanya langsung menoleh kearah samping saat dia mendengar suara seseorang sedang membaca tulisan yang baru saja dia tulis di buku hariannya. “Maaf Pak, tapi pekerjaan saya sudah selesai, maka saya mencoba untuk mencari kesibukan dengan menulis dibuku harian saya, maafkan saya” ujar Intan dengan bahasa formalnya kepada Alaric. “Ya Intan saya maafkan, tapi saya harap lain kali kamu tidak mengulanginya lagi, karena jika sampai kamu saya lihat melakukan hal yang sama lagi, saya akan merampas buku harian kamu dan saya tidak akan mengembalikannya lagi” jawab Alaric dengan bahasa formal layaknya atasan yang sedang memarahi bawahannya. Medengar jawaban yang dikatakan Alaric, Intan langsung menolehkan kepalanya antara kaget dan juga bingung. Karena dia sendiri tidak bisa membayangkan, akan seperti apa jadinya dia saat Alaric benar – benar merampas buku harian yang berisi hampir semua tentannya. Saat itu, Alaric hampir saja tidak bisa menahan tawanya, melihat Intan yang terlihat kaget sekaligus bingung adalah hiburan istimewa yang bisa dia nikmati. “Oh iya, sudah masuk makan siang ayo, setelah itu kamu temani saya” “Baik pak” jawab Intan sambil mengangguk patuh lalu berjalan mengekor dibelakang Alaric. Mereka berjalan beriringan menuju lantai dasar, setiap pergerakan langkah kaki mereka tentu tidak luput dari penglihatan para karyawan dan karyawati yang sering kali bertanya – tanya kemana perginya bos dan sekertaris disetiap jam makan siang. Tapi bagi Alaric dan Intan tatapan itu sudah biasa mereka dapatkan, jadi mereka hanya akan diam dan bersikap formal sebagai profesionalitas pekerjaan dihadapan karyawan lainnya. “Udah ah Tan, udah sampe parkiran nih, gerah lama – lama aku ngomong kaya gitu sama kamu, lagian kamu tuh ada – ada aja, pakai harus ada perjajian bersikap formal segala” ujar Alaric sambil menghembuskan nafas kesal dengan tubuhnya yang dia sandarkan pada mobil. “Siap Pak bos” jawab Intan sambil menghormatkan tangannya. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya, Alaric hanya menghembuskan nafas. Sebetulnya dia tidak suka dengan perjanjian yang sudah Intan buat dan memaksa dirinya untuk setuju, karena menurut Alaric bersikap formal dengan Intan terasa sangat aneh. Karena Alaric pikir mereka bisa bekerja secera professional tanpa harus bergaya formal, cukup mereka bersikap layaknya atasan dan bawahan saat mereka didepan karyawan lain atau didepan patner bisnis mereka saja. Namun, bagi Intan jam kerja berarti gaya formal berjalan, kadang gaya formal itu sering kali Alaric gunakan untuk mengerjai Intan, karena dengan cara itu Alaric berharap Intan bisa mengubah keputusannya. *** “Jadi apa arti sebuah hubungan dan cinta menurut kamu Tan ?” “Bagiku sebuah hubungan dan cinta sebenarnya akan sangat sulit untuk didefinisikan karena apa ? setiap orang yang menjalin hubungan dan merasakan sebuah cinta akan berbeda cara menyikapinya, tapi jika berdasakan hubungan yang pernah aku lakukan, aku bisa menyimpulkan jika hubungan adalah sebuah keterikatan antara dua orang atau lebih, yang harus saling mengerti, memahami, dan menerima kekurangan dan kelebihan masing – masing, karena terciptanya sebuah hubungan memang untuk saling melengkapi” “Lalu cinta, emm menurutku cinta itu adalah sebuah perasaan abstrak yang dirasakan oleh seseorang, dimana dia dengan segala ketulusaanya mampu memandang seseorang dengan sempurna dari sisi kekurangannya, dan  mampu memandang dengan istimewa seseorang dari sisi kelebihannya” jawab Intan dengan matanya yang terlihat menerawang dengan sebuah senyuman yang tergambar diwajahnya, seakan dia sedang membayangkan sosok yang dia cintai. “Lalu siapa orang yang kamu pandang dengan sempurna dari sisi kekurangannya dan kamu pandang istimewa dari sisi kelebihannya itu Tan?” tanya Alaric sambil memandang wajah Intan. Mendengar pertanyaan Alaric, Intan langsung tersadar dari hayalannya, kepalanya langsung menoleh dan tanpa sengaja membuat tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata Alaric yang sedang memandangnya dengan tatapan yang sangat sulit untuk didefinisikan. “Aku lupa bilang sama kamu Mas, kadang saat kita mencintai dengan begitu besar dalam waktu bersamaan kita juga harus bisa melepaskannya dengan penuh keikhlasan, karena melihat cinta kita bahagia walaupun itu bukan bersama kita aku rasa itu adalah hal yang jauh lebih baik, bukankah mencintai tidak harus memiliki” tanya Intan dengan sebuah senyuman yang terlukis diakhir kaliamatnya. “Lalu bagaimana jika ternyata orang yang kamu cintai itu, mencintaimu juga ?” tanya Alaric dengan tatapan matanya yang belum lepas memandang Intan. Intan berdehem kemudian langsung mengalihkan tatapan matanya, jantungnya tiba – tiba berdetak kencang saat mendengar pertanyaan dari Alaric, Intan tahu dia tidak sepantasnya mencintai Alaric, karena konsekuensi yang harus dia terima adalah sebuah rasa sakit. Tapi hatinya sudah terlanjur memilih Alaric jadi dia hanya bisa menerima dan menjalaninya saja, meskipun cepat atau lambat dia akan mendapatkan rasa sakit itu. “Mas, bukankah kamu bilang jika aku harus menemanimu kesuatu tempat, kemana ?” tanya Intan berusaha mengalihkan pembicaraan. “Ah iya, hampir aja lupa, kalau sama gadis secantik kamu aku selalu lupa segalanya” jawab Alaric sambil menepuk dahinya dan langsung dihadiahi sebuah pukulan ringan dari Intan membuat Alaric terkekeh. Setelah itu Alaric langsung membayar makan siang mereka dan langsung berjalan beriringan keluar dari restoran tempat mereka menghabiskan waktu makan siang. Kaki mereka berjalan menjelajahi berbagai toko yang berada diarea terdekat restoran, sampai akhirnya Alaric masuk kedalam sebuah toko yang berhasil membuat Intan justru mematung beberapa saat di luar toko. “Tan ayo, kamu ngapain masih disitu ?” ajak Alaric saat dia melihat Intan masih berdiri mematung didepan toko. “Kamu ngapain ke toko perhiasan Mas ?” tanya Intan yang kini sudah menatap kearah Alaric. “Udah ayo cepetan kamu masuk !” ujar Alaric yang langsung membuat Intan seakaan terhipnotis, karena dia langsung melangkahkan kakinya masuk walaupun masih terlihat kebingungan.  Mereka berjalan beriringan, untuk sesaat Alaric sempat memilih – milih beberapa cincin, dan Intan hanya mengekor dibelakang sambil mengangguk – ngangguk setuju dengan segala ucapan yang Alaric katakan.  “Mbak bisakah saya melihat desain cincin terbaru untuk sebuah pertunangan ?” tanya Alaric pada seorang karyawan yang pada saat itu berjalan mendekat kearah mereka. Mendengar Alaric menanyakan cincin pertunangan membuat jantung Intan berpacu kencang dalam keadaan pikirannnya yang masih kebingungan, tidak tahu apa yang Alarc pikirkan, tapi tiba – tiba Intan merasa jika hatinya menemukan setitik rasa bahagia. Harapannya tumbuh semakin besar. Karena dia pikir jika Alaric akan segera memilihnya, menjadikan dia sebagai orang terpenting didalam hidupnya, “Kenapa bengong ?” tanya Alaric saat dia melihat Intan yang sejak tadi masih memilih diam dengan segala pemikiran yang membuatnya merasa bingung, bahagia sekaligus penasaran. “Ukuran jarinya Mas ?” “Ukurannya samakan dengan jari wanita disamping saya mbak” ujar Alaric yang berhasil membuat Intan menoleh secara reflek kearahnya dengan wajah yang terlihat kaget. “Mas kamu enggak salah, aku Intan” “Iya enggak kenapa memangnya ?” “Udah ah kamu mending diem aja, nurut sama aku buat hari ini aja, jangan bandel – bandel oke, jadi gadis baik dan manis untuk aku” ujar Alaric yang berhasil membuat pipi Risa seketika bersemu merah. Saat itu rasanya ingin sekali Intan berteriak, dia ingin meluapkan kebahagiaan yang sedang dia rasakan. Karena pada akhirnya orang yang dia cintai bisa berbalas mencintainya, tapi disini Intan lupa jika Alaric belum secara jelas dan pasti mengatakan bahwa dia memang sudah memilihnya. “Sekarang kamu adalah salah satu orang terpenting didalam hidupku Tan, jadi aku ingin kamu selalu ada didekatku, menjadi saksi nyata atas segala kisah dan takdir yang akan aku lalui didalam hidupku, tetaplah disini, didekatku dan  berjanjilah jika kamu tidak akan pergi meninggalkanku tanpa seizinku” ujar Alaric dengan sebuah senyuman yang mengembang diwajahnya, setiap ucapan yang keluar dari mulut Alaric terlihat begitu tulus. “Mas ini beberapa desain cincin terbaru yang kami miliki sesuai ukuran jari dari mbaknya” “Menurut kamu yang mana yang bagus Tan ?” Mendengar pertanyaan Alaric, Intan terdiam untuk beberapa saat, matanya terlihat menelisik beberapa desain cincin yang tersaji dihadapannya, sampai akhirnya jari telunjuk Intan menunjuk sebuah  cincin dengan desain simple dimana hanya ada satu permata yang menghiasi cincinnya. “Ayo kamu coba dulu” ujar Alaric, Intan hanya bisa menurut tanpa menolak sedikitpun. Saat itu Intan benar – benar merasa yakin jika orang yang akan segera Alaric ajak bertunangan adalah dirinya, Intan merasa tidak menemukan satu titik celah walaupun itu kecil dalam setiap tindankan Alaric. Maka dari itu, setiap intruksi yang diberikan oleh Alaric, Intan lebih memilih untuk menurut saja, karena perasaannya sudah cukup tidak karuan atas segala dugaan – dugaan yang sudah dia buat sendiri tanpa tahu kebenarannya. “Saya ambil yang itu mbak” ujar Alaric setelah melihat cincin yang dipilih Intan sudah terpakai dijari tangannya. Karyawan itu mengangguk, sementara Intan lebih memilih diam, berusaha meredam perasaannya yang sudah tidak karuan karena prasangka – prasangka yang sudah dia buat. Setelah cincin dibayar, Alaric langsung mengajak Intan untuk pulang tanpa kembali ke kantor lagi, selama perjalanan tidak ada yang memulai perbicaraan, Alaric sibuk dengan kemudi dan Intan sibuk dengan pikirannya yang sudah melanglang buana kemana – mana. “Nanti malam jangan lupa dandan yang cantik oke, aku tunggu di kafe yang biasa, inget pokoknya dandan yang cantik, aku udah kirim gaun untuk kamu pakai nanti malam oke” “Nanti malam adalah malam paling berarti dalam hidup aku, jadi aku mau kamu juga ikut merasa bahagia atas kebahagiaan yang akan segera aku dapatkan juga” Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Intan, karena lidahnya sudah terasa kelu lebih dulu, Intan hanya mampu menganggukan kepalanya untuk merespon setiap ucapan Alaric, karena pembicaraannya dengan Alaric, ajakan Alaric memberi cincin pertunangan berhasil membuat Intan tidak mampu untuk berkata apapun lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD