BAB 11 - Dipaksa melayani

1958 Words
Angela mengambil ponselnya. Dia sudah akan menelfon madam dan mengatakan apa yang david perintahkan. Tapi angela berhenti, dia kemudian berpikir lagi, dia sangat membenci wanita itu, olivia. David sangat menyukaianya. Walau sebatas di ranjang tapi angela tak terima. Permainannya juga bagus. Semua laki-laki yang pernah melakukan itu mengatakan hal yang sama. "Apa tidak usah mengatakannya kepada madam? Biar saja olivia dipakai orang, kalau terus dipakai orang lain kan david jadi tak akan suka padanya lagi." angela berargumentasi dengan dirinya sendiri. "Iya, tidak usah saja." angela kembali menyimpan ponselnya. Dia tak jadi menelfon. David sudah masuk ke ruang meeting di luar negri. Dia ada di singapur. Angela pun segera menyusul kedalam ruang meeting. Dia melaporkan hal yang seharunya dia laporkan. "Tuan, saya sudah menelfon madam dan sudah mengatakan seperti yang tuan mau untuk olivia." kata angela berbisik ditelinga david. "Kerja bagus." david hanya mengangguk puas pada angela. Dia selalu bisa diandalkan. Angela duduk disamping david. Mereka memulai meetingnya. Membuka presentasinya. * Olivia ada di tempat madam beberapa hari ini dan dalam jangka waktu dua hari yang sudah berlalu, dia sudah keliling mencari pekerjaan. Tapi tak ada yang membutuhkan pekerja baru. Dia sudah kembali ke restorannya, padahal disana belum ada orang yang menggantikannya. Bahkan tertulis jelas disana kalau sedang mencati pelayan. Ketika yang melamar kerja Olivia, manager restoran itu langsung menolaknya. Entah kenapa? Olivia masih belum tau. Olivia lagi-lagi harus kembali ke tempat madam. Berpura-pura kalau dia berangkat bekerja seperti biasa. Sampai hari istirahat yang diberikan oleh madam habis. Dan sudah ada orang yang memesannya. Dia menemui madam untuk.menego harganya. "Madam, kasih lah turun sedikit harganya. Udah buka segel kan?" kata laki-laki hidung belang itu kepada madam. Dia sudah bernegosiasi dengan sekertaris madam. Tante juga diminta untuk tidak menurunkan harga Olivia. Dia sangat mahal. Produk mahal satu-satunya yang ada di tempat dia. "Anda tau tidak. Yang membobol untuk pertama kalinya olivia itu bayar berapa?" tanya madam, mengebulkan rokok yang dia hisap. "Berapa memang?" "Lima ratus juta." kata madam yang membuat laki-laki itu melongo. "Seratus juta hanya bisa sentuh. Gak lebih." kata madam lagi, dengan tegas pada laki-laki didepannya. "Dua ratus bisa buat apa?" tanya laki-laki itu. "Lima ratus lebih dikit juga boleh. Lebih sepuluh juta lah minimal." "Buset! Lagi gak ada duit nih madam. Boleh lah kasih harga mering." "Gak bisa bos. Punyanya berapa deh, tapi cuma bisa nikmati tubuhnya. Gimana?" "Ya udah lah. Nanti kalau udah ada uangnya. Saya balik kesini buat masukin dia. Ini percobaan awal." Bukk ... Setumpuk uang laki-laki itu taruh diatas meja. Didepan madam. Jumlahnya ada seratus juta. Madam meminta sekertarisnya untuk mengurus. Tante harus menemui olivia dan memberitahu kalau dia punya pelanggan. "Besok ya. Datang lagi kemari. Satu jam aja. Jangan lama-lama. Mahal dia." Kata madam pada orang itu. Dia hanya memiliki beberapa penginapan dan sebuah perusahaan yang jauh dibawah David. Makannya tidak bisa membayar sebanyak yang David bayarkan. Laki-laki itu keluar dari ruangan madam dengan muka yang sedikit kesal. "Resek banget sih. Seratus juga cuma satu jam doang. Gak masuk lagi." Katanya mengoceh sendiri. Madam memanggil sekretarisnya dan memintanya untuk memberitahukan jadwal Olivia besok dengan laki-laki itu. Tante hanya mengangguk dan pergi ke kamar Olivia. Olivia masih mencoba menelfon David. Beberapa kali, tapi masih tak bisa. Olivia putus asa. Tok tok ... Sampai sebuah Ketukan pintu membuyarkan pikirannya. Hari ini terakhir dia libur. Entah ada pelanggan atau tidak besok. Olivia bergegas berdiri dari sisi ranjangnya yang sejak tadi dia duduki. Dia membukakan pintu. Ternyata itu Tante, sekertarisnya madam. "Silakan masuk Tante." Olivia mempersilakan Tante masuk. "Makasih sayang." Tante pun masuk untuk berbicara dengan Olivia. "Ada apa ya Tante? Apa saya dapat client?" Tanya Olivia was-was. "Iya. Yang kemarin tanya kamu. Sebenarnya kalau gak ada yang liat kamu, ya mungkin gak akan tadi. Tapi sepertinya madam juga tidak mau rugi. Besok siap-siap Ya. Di kamar ini." "Tante." Olivia menangis mendengarnya. Tante hanya bisa menepuk pundak Olivia dan memeluknya. "Olivia kira boleh sekali saja. Lagi pula Olivia juga sudah tidak terlalu butuh uang banyak. Olivia mau pergi dari dunia seperti ini tante." Olivia menangis dalam pelukan Tante. "Jangan sampai ini didengar madam. Kalau enggak, kamu bisa kena hukuman dari madam. Kamu yang tegar ya. Semoga kamu selalu dapat client yang baik." Tante yang awalnya juga pekerja, sudah banyak menemui banyak client, dari yang mulai hanya ingin tidur dengan dia, dll. Dari yang baik sampai yang kasar. Kadang kurang ajar karena mereka merasa membayar para pekerja wanita itu. Olivia tak punya pilihan lain. Setelah paginya pulang ke rumahnya sendiri. Dia datang kembali ke tempatnya madam. Tapi ditengah perjalanan dia menghentikan taxinya. Kalau dia bisa mengulur waktu, kalau dia tidak datang ke tempat madam, itu tak akan terjadi kan? "Pak, ke taman ya." Olivia tak tau harus kemana. Jadi dia memilih menjauh ke taman yang ada. Atau ke hotelnya David. Tapi dia tak memiliki akses masuk. Kartu hotel kamar David. "Pak, ke hotel deh." Mereka hampir sampai ke taman. Tapi ketika akan turun dan berhenti. Olivia mengubah tujuannya lagi. Ke hotelnya David. Olivia baru akan masuk. Tapi orang-orangnya madam, yang sebenarnya sejak Olivia keluar dari rumah sudah mengawasi Olivia. Mengikuti Olivia. Mereka ada tiga. Satu supir dan dua pengawal. Ketika Olivia akan masuk. Mereka menarik tubuh Olivia. Menahan Olivia masuk. "Anda mau kabur dari madam nona." Kata dia pengawal yang memegangi tubuh Olivia. "Enggak. Saya cuma-" "Mari ikut kami ke tempat madam nona. Madam sudah menunggu nona." Kata pengawal itu. Olivia berusaha keras untuk melepaskan diri dari kedua orang itu. Bahkan dia sampai menggigit kedua tangan orang itu. Tapi mereka sangat kuat, seperti tak ada rasa kesakitan karena gigitan Olivia. Mereka menarik Olivia masuk kedalam mobilnya. "Itu, kekasihnya tuan David bukan?" Salah satu pelayan disana, yang pernah melihat Olivia dua kali, langsung mengenalinya. "Siapa mereka? Sepertinya nona dalam bahaya." Dia melaporkannya kepada manager hotel. Mereka bahkan melihat cctv hotel agar lebih jelas. Benarkah kekasih David. "Kita harus telfon tuan David atau bagaimana pak?" Tanya pelayan laki-laki itu, usianya sama seperti Daniel. "Iya, coba kita telfon tuan David. Tuan David pasti akan senang kalau kita bisa menolong kekasihnya. Kita mungkin akan diberikan hadiah." Sang manager hotel langsung mencoba menelfon David. Tapi nomer David tidak aktif. David sedang meeting didalam. Ponselnya selalu dia matikan. Bahkan sejak datang ke singapur. Tak mau konsentrasinya pecah dan juga pekerjannya berantakan. Tak juga diangkat manager hotel David mencoba menelfon Angela. "Halo, nona angela." Kata manager hotel itu yang telfonnya diangkat oleh Angela. "Ada apa pak? Apa ada sesuatu yang sangat penting di hotel." "Iya non. Bisa saya berbicara dengan tuan David?" "Tentang hotel?" "Bukan non. Tapi saya ingin berbicara secara langsung dengan tuan David non. Saya akan menghubungi tuan David nanti lagi saja tolong sampaikan ada telfon dari saya." "Tuan David tidak punya banyak waktu jadi katakan saja kepada saya." "Tapi non." Angela mengancamnya manager hotel itu. Akhirnya manager hotel David pun bercerita padanya tentang Olivia yang dibawa paksa orang. Angela malah sangat senang mendengarnya. Dia puas. "Oh, nanti biar saya yang sampaikan kepada david ya pak. Nanti saya kirim orang untuk mengecek kekasih tuan David itu dan menolongnya kalau dia butuh pertolongan." "Baik non." Angela mengakhiri telfonnya. Dia tersenyum senang sekali mendengar keadaan Olivia. Lalu Angela kembali masuk kedalam ruang meeting. David melirik Angela seakan bertanya ada apa? Siapa yang telfon. Apakah penting? Tapi Angela menggeleng. Hanya mamanya yang telfon. "Hanya mama saya tuan. Mama telfon uangnya habis. Jadi saya transfer sebentar tadi. Maaf karena mengganggu meeting tuan." Kata Angela menjelaskannya kepada david. "Tidak apa-apa." David hanya mengangguk mengerti. Dia paling tidak bisa mendengar kata mama. David hampir bisa dibilang menyayangi semua mama di dunia. Kecuali mama tirinya. David dan Angela melanjutkan meeting. * Sementara di tempat Olivia. Dia ditarik paksa ke tempat madam. Ke ruangan madam oleh dua orang pengawal madam yang berbadan kekar. Plakk ... Satu tamparan keras melayang ke pipi anak buah madam. Madam menatap penuh amarah pada Olivia. Dia ingin sekali menamparnya. Tapi barang-barangnya tidak boleh cacat sedikit pun. Atau terdapat luka olehnya. Harganya akan berbeda nanti. Jadi madam melampiaskan kekesalannya pada salah satu bodyguard. "Keluar kalian berdua." Olivia yang merasa bersalah kepada salah satu bodyguard itu. Tapi Olivia tak bermaksud seperti itu. Dia pun takut dan menunduk dark hadapan madam. Madam mendekatinya. "Kamu berani mencoba kabur dari saya. Kamu gak inget keluarga kamu. Ohh ..." Madam ingat Olivia juga punya adik perempuan yang cantik. "Kamu mau adik perempuan kamu yang menggantikan kamu. Tidak apa-apa. Dia juga Cantik dan pasti belum buka segel juga. Pasti sangat mahal. Terlebih masih SMA ya. Tidak apa, saya suka adik kamu. Silakan kalau kamu mau pergi dari dunia saya." "Tidak madam jangan. Saya minta maaf. Ini sekali saja saya melakukan ini. Saya janji tidak akan lagi." "Baik. Sekarang siap-siap dan layani client kamu dengan baik." "Baik madam." Olivia masuk ke kamarnya. Dia mandi dan mengganti pakaiannya dengan yang seksi. Menggunakan parfum yang sangat wangi dan menggunakan lipstik merah meronanya. Orang itu sudah didepan pintu. Dia mengetuk pintu kamar Olivia. Olivia benci kepada dirinya sendiri, tapi mengingat Barbara. Dia tak akan membahayakan sang adik. Lebih baik dia yang seperti ini. Olivia mengusap air matanya. Dia membuka pintu dan mempersilakan clientnya masuk. Tak sabar menjelajahi tubuh Olivia. Dia langsung membuka bajunya. Membuka baju Olivia dan menciumi leher jenjang Olivia. Bibir dan juga pipinya. Menikmati semua milik Olivia. Sampai dia tak tahan ini memasukan miliknya ke milik Olivia. "Tuan. Madam bilang anda tak bisa sampai masuk karena anda membayar sedikit." Kata Olivia menahan tangan orang itu yang ingin membuka miliknya dan memasukan ke milik Olivia. Olivia menjauh darinya. Tapi client Olivia itu tak perduli. Dia sudah sangat tegang dan ingin masuk. Dia bahkan sampai mengejar Olivia. Olivia ketakutan dan kabur. Untungnya diluar kamarnya Banyan sekali penjaga. "Penjaga. Dia melakukan lebih dari yang seharusnya." Olivia berteriak dan meminta pertolongan penjaga itu. Mereka langsung menahan tubuh client Olivia agar tidak mendekatinya. "Ada apa?" Madam datang karena ada yang gaduh diluar. Madam melihat keadaan Olivia yang sudah cukup berantakan bajunya dll. Lalu Melirik clientnya. Madam mendekati clientnya dan memperingatkan dia. "Ingat anda bayar berapa tuan. Silakan kembali lagi kalau anda mau lebih dari Olivianya kami." Madam meminta anak buahnya untuk mengambilkan pakaian clientnya itu dan mengawal dia keluar. Madam selalu mengatakan pekerjaan apa yang harus wanita-wanita seperti Olivia lakukan. Kalau mereka membayar tinggi. Ya mereka mendapatkan sesuai bayarannya. Tapi kalau tidak, tak bisa lebih. Karena ini ada keributan. Kebetulan juga ada client yang sedang di ruangan madam keluar dan melihat Olivia. Tadinya dia menginginkan wanita yang biasa dia datangi. Tapi dia ingin yang baru. "Berapa buat masuk memangnya madam?" Tanya client itu, client yang lain kepada madam. "cantik, manis kelihatannya. Saya mau coba yang baru." Client itu menatap Olivia dengan celana pendek mini sepaha. Lalu atasan dalamannya. salah satu pengawal memberikan jasnya kepada Olivia. "Masuk sayang." Kata madam pada Olivia. Olivia pun masuk kembali ke kamarnya. "Mari kita bicarakan di ruangan saya." Sementara madam mengajak clientnya untuk membicarakan harga di ruangannya. Untuk Olivia. "Ok. Lima ratus juga. Lebih satu juta aja ya. Udah bisa masuk kan." Kata client itu bernegosiasi dengan madam. "Sialan. Pinter banget. Pelit banget lagi anda." "Iya kan pakai otak marketing lah madam. Biar gak rugi juga." "Ok. Tidak apa-apa. Untuk permulaan deal." Madan setuju. Kedua saling berjabat tangan. Madam sendiri yang datang menemui Olivia untuk mengatakan pekerjaan yang sudah dia taken dengan client itu untuk Olivia. Dia mengetuk pintu kamarnya dan membicarakannya didalam. "Besok siap ya. Sampai masuk. Nanti saya kasih lebih ke kamu. Kemarin kan saya kasih dua puluh. Nanti saya kasih dua lima deh." Kata madam pada Olivia. Uangnya Olivia suka. Tapi apa yang harus dia lakukan yang tak dia suka. Olivia menahan madam sebelum pergi. "Pakai pengaman kan madam?" Tanya Olivia pada madam. Madam menggeleng. "Hah!" Olivia kaget mendengarnya. Kalau dia nanti hamil gimana. Olivia kembali mencoba menelfon David. Berharap kalau kali ini dia bisa dihubungi. Olivia menangis membayangkan pekerjaannya besok.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD