8.Tidak Di Butuhkan Lagi

2655 Words
Ello POV. Harusnya aku tidak perlu sepanik ini saat Naya pingsan di depan mataku. Sudah sering juga, sampai aku tidak bisa menghitung dengan kedua jariku. Dari semenjak kecil, Naya sering pingsan kalo sedang konsen mengejar sesuatu. Hal positif sih, seperti yang aku ceritakan sebelumnya. Tapi tetap aja aku panik. Aku tidak bisa setenang bang Timmy, ada kakak kelasku dulu, dan anak teman orang tuaku juga. Teman sekelas kakakku juga sewaktu SMP dan SMA. Dia lelaki yang paling di segani di lingkungan pergaulanku dan teman temanku. Lelaki paling gentleman yang pernah aku kenal. Dia juga punya teman semasa kecil yang sangat dia kasihani dan dia jaga terus semenjak kecil karena tubuhnya ringkih atau gampang sakit. Sampai akhirnya bang Timmy jatuh cinta lalu dia pacari sampai saat ini. Gadis itu anak om Nino, bos papa Naya, salah satu gadis kembar, yang satunya lagi pacar dari sepupuku Biyan. Mungkin karena tidak sesering Kimmy kali ya, kebiasaan Naya pingsan, jadi aku tetap saja panik. Kimmy itu ya pacar bang Timmy tadi. Pasangan ideal, mesra, dan saling dukung satu sama lain, persis hubungan sepupuku Biyan dengan Maura yang saudara kembar Kimmy. Aku aja kadang iri melihat hubungan mereka yang kelihatan awet dan jarang terdengar ribut ribut besar. Padahal Maura dan Biyan LDR-an karena Biyan kuliah di Amrik dari semenjak lulus SMA. Tuhkan aku suka melantur kemana mana. Padahal aku harus mengurus Naya yang sekarang pingsan. Dengan hati hati sekali, aku menggendongnya ke sofa ruangan kerjaku di kantor papa. Yang aku periksa pertama kali tentu seperti bang Timmy, bagian kepalanya. Namanya orang pingsan, tidak mungkin memilih gimana cara dia jatuh. Tadi aja aku terlambat menanggapi tubuh Naya yang melorot di depanku, sampai kepalanya terbentur lantai ruangan kerjaku. Kepalanya tampak aman tidak benjol juga, lalu timbul masalah lain, karena Naya pakai rok span hari ini sebagai bawahan kemeja kerja yang dia pakai. Mau tidak mau, aku harus buka jas yang aku pakai untuk menyelimuti kakinya. Bukan aku lalu nafsu karena melihat penampakan area betis sampai pahanya yang mulus karena letak roknya jadi berantakan. Bukan itu, aku malah sibuk berpikir, gimana seandainya Naya pingsan di jalan lalu yang menolongnya malah memanfaatkan kesempatan untuk menjahati Naya. Ampun Nay….jadi perempuan kenapa sekeras ini sih?. Aku mau hubungi papaku, takut papa malah panik. Papaku tuh semenjak pernah melihat eyang uti pingsan karena serangan jantung mendadak, jadi gampang panik dan paranoid. Jadi hanya aku yang bisa menolong Naya. Harus sadar dulu Naya, sebelum aku bawa ke rumah sakit. Kalo aku gendong sekarang, papa akan tau juga, nanti ujungnya papa panik juga. Satu satu jalan, mencari minyak kayu putih atau parfum deh. Jadilah aku terpaksa membuka tas yang di bawa Naya. Perempuan pasti selalu bawa barang barang pribadinya di tas, bisa kosmetik, alat tulis, tissue, dan aku berharap Naya bawa minyak kayu putih, atau parfum tadi. Lelaki kan tidak mungkin bawa bawa parfum atau barang pribadinya. Berangkat kerja, ya berangkat kerja aja. Paling sekalipun membawa tas, ya tas laptop atau tabung untuk mambawa kertas gambar. Aku sih begitu. Ya Tuhan…mukanya Naya pucat banget, terus kedua tangannya dingin sekali. Lalu berkat sebotol kecil minyak kayu putih yang aku temukan di tasnya, aku oleskan juga sedikit di bagian hidungnya lalu bagian kedua telapak tangannya. Persis yang bang Timmy ajarkan dulu kalo kita menemukan orang pingsan. Tubuhnya harus di buat hangat, dan kalo memungkinkan bajunya harus di buat longgar, termasuk membuka kaitan BRA. Tapi mana mungkin aku lakukan itu, bang Timmy aja tidak berani melakukan itu pada Kimmy sekalipun setelah mereka pacaran. Bang Timmy paling berani mengoleskan perut Kimmy dengan minyak kayu putih banyak banyak supaya suhu tubuh Kimmy naik lagi. “Tante Karin bilang, orang pingsan itu karena aliran darah yang ada di tubuhnya gak lancar. Supaya lancar lagi, tubuh orang yang pingsan itu harus di hangatkan kembali dengan di balurkan minyak kayu putih, balsem vicks, dan gosok telapak tangan dan kakinya supaya hangat. Jadi tubuh bisa melakukan pembakaran lagi dan buat aliran darah lancar lagi, terutama aliran darah ke bagian otak. Itu kenapa orang yang susah makan, telat makan, gampang pingsan, karena tubuhnya tidak ada pembakaran yang buat aliran darah lancar ke seluruh tubuh. Lemas gitu” jelas bang Timmy waktu menolong Naya pingsan di sekolah. Sebelum itu paling siapa pun yang menolong Naya pingsan akan membawa ke UKS sekolah, dan tidak di berikan pertolongan pertama dulu. Gara gara bang Timmy yang membagi pengalaman dan ilmunya jadi semua tau soal ini. “El…” sadar juga akhirnya. “Alhamdulilah” seruku spontan karena Naya akhirnya membuka matanya. Dia tersenyum lemah menanggapi tatapan legaku karena dia akhirnya sadar dari pingsan. Moment seperti ini yang membuatku selalu sulit menolak permintaan tolong apa pun dari Naya padaku. “Gak makan udah berapa kali?” tanyaku sambil mengusap anak rambutnya yang beratakan di keningnya lalu memijat keningnya. Tentu dia diam tidak berani menjawabku. “Elo sih suka banget bikin gue panik Nay” keluhku kemudian. Dia meringis menatapku. “Maaf…” desisnya. Aku hanya bisa menghela nafas. “Makan!!, gue pesanin makanan kesukaan elo. Dan harus elo habisin, kalo elo tetap mau gue bantuin elo” kataku. Bagusnya dia mengangguk. Jadi aku bangkit dulu untuk mesankan salad dan spaghetti di sebuah restoran pizza ternama. Naya suka itu karena mamanya juga suka makanan itu. Dulu bekalnya seringan spaghetti atau pasta. Juga salad buah atau sayur buatan mamanya. “Tiduran dulu, jangan duduk dulu!!!” cegahku setelah pesan makanan lalu menemukan Naya berusaha bangun terduduk di sofa ruanganku. “Latihan presentasinya gimana?” jawabnya susah di larang dengan duduk bersandar di sofa. Malah mikir soal itu. Duduk aja masih lemas. “Gue pulang sih, dan gak mau makan kalo elo gak mau bantu gue latihan presentasi hari ini” ancamnya sekeras kepala ini. Aku lagi lagi menghela nafas. Yang bisa aku lakukan hanya berusaha meredam emosiku. Lagi lagi aku meniru cara bang Timmy menghadapi kekeras kepalaan Kimmy walaupun berbeda versi. Kimmy selalu keras kepala kalo urusan di suruh makan, kalo Naya ya ini, keras kepala kalo keinginannya belum di turuti. “Presentasi depan om Nino sama bokap gue besok El. Trus presentasi depan klien hari seninnya” katanya lagi karena aku hanya diam mengawasinya. “OKEY!!!” cetusku separuh kesal sebenarnya. “Gak ikhlas ya bantuin gue?” tuduhnya. Astaga….kalo gak ikhlas ngapain aku mau repot repot dan buat pekerjaanku terganggu. “Gue serius, asal elo makan yang udah gue pesenin. Terus abis itu tidur dulu sebentar balikin tenaga elo. Sambil gue kerjain kerjaan gue juga. Nanti setelah elo istirahat dan gue rapi sama urusan kerjaan gue, kan bisa latihan presentasinya” jawabku. Dia diam dulu menatapku. “Beneran?” tanyanya kemudian seperti memastikan. “Iya, beneran. Gue janji. Kapan sih gue janji sama elo, terus gue gak tepatin?” tanyaku. Wajahnya malah berubah cemberut. “Elo janji gak panggil panggil gue Naya Sayang Aku, tetap aja elo lakuin sampai sekarang” jawabnya. Aku tertawa bagian ini. “Eleh, itu mah gue janjinya bercanda. Soalnya kalo gue gak panggil elo begitu depan orang, nanti kalo elo di deketin laki b******n gimana?” jawabku. “Bukannya elo termasuk laki b******n ya?” protesnya. Aku tertawa lagi. Kalo udah bisa ngomel begini, artinya tidak terlalu parah kali ya?, jadi cukup istirahat sebentar setelah makan, kayanya bakalan seger lagi deh. “Iya udah gue emang laki b******n, tapi gue laki yang kasihan terus sama elo. Laki lain belum tentu kaya gue yang tahan dekat elo, apalagi elo jadi cewek jutek banget” jawabku supaya selesai perdebatan kami. Masih cemberut menatapku. “Itu sih elo mau aja dekat gue, kalo gue jutek banget” protesnya lagi jutek. Sudah tidak perlu aku layani bagian ini. “Udah ah, malah ngajak gue berantem. Ayo tiduran lagi sampai pesanan makan elo sampai. Pakai jas gue tuh buat tutupin kaki elo. Mau lo gue modusin?. Nanti MBA lo, gue pejantan tangguh soalnya” gurauku. “NAJONG!!!” jawabnya galak. Tertawa lagi aku, tapi lalu menghela nafas lega karena dia menurut tiduran lagi di sofa ruangan kerjaku. Cukuplah segitu juga untuk saat ini, dia jadi bisa istirahat. Untuk itu aku tinggal dia kerja, dan juga makan. Kalo aku awasi atau aku dekati, nanti malah ngajak aku ribut lagi. Lebih baik pura pura sibuk dengan pekerjaanku, walaupun diam diam tetap aku awasi gimana dia berusaha menghabiskan seporsi salad dan seporsi spaghetti yang aku belikan. “El gue nurut nih ya buat istirahat, awas aja kalo elo modusin gue pas tidur” katanya bersuara setelah selesai makan. Aku tertawa dong. “Eleh, bilang aja elo ngarep gue modusin” balasku. “NAJONG!!!” jawabya lalu mengambil posisi rebahan di sofa dan menyelimuti kakinya dengan jasku lagi. Aku diamkan sampai yakin dia sudah tertidur. Baru setelah yakin dia tidur, aku bangkit mendekat untuk memastikan makanan yang aku belikan dia makan. Lumayanlah, kalo saladnya habis dan speghettinya tinggal saparuh. Jadi aku kembali melanjutkan pekerjaanku setelah menyuruh OB membereskan bekas makan Naya. Di jam hampir habis waktu asar, baru dia bangun dan langsung ngamuk. “Gak bangunin gue sih El, keburu habis waktu asar” omelnya lalu tergesa menuju toilet di ruang kerjaku. Aku tertawa saja. Aku sebenarnya berniat membangunkannya saat masuk waktu asar, tapi kasihan karena dia baru tidur. Jadi aku sholat duluan sendiri dan niatnya akan aku bangunkan setelah pekerjaanku selesai. Eh ternyata aku terlalu konsen kerja jadi tidak ingat waktu. Bagusnya karena tipe yang disiplin ibadah, jadi seperti tau kapan harus bangun sekalipun sedang tidur pulas. “Gak usah cemberut kalo mau menghadap Ilahi, nanti sholat elo gak di terima” ledekku karena dia masih cemberut menatapku setelah selesai wudhu lalu bersiap sholat di ruanganku juga. Memang ada sejadah di ruanganku untuk aku sholat. Jadi dia pakai itu dan mukena yang dia bawa di tasnya. Aku respeck bagian ini. Mengingat Tuhan tentu hal paling utama, mau apa pun agamanya. Salah satu kewajiban utama umat beragama jugakan?. Lalu dia sholat dan aku biarkan sambil membereskan pekerjaanku. Aku sudah yakin dia akan menagih janjiku untuk latihan presentasi pastinya. “Ayo El, udah sore nih, nanti kejeda magrib, mau kapan latihannya, kan kita mesti pulang ke rumah” ajaknya sambil melipat mukena tanda dia sudah selesai sholat. “Yuk!!” jawabku setuju. Mamaku pun akan marah kalo aku tidak sampai rumah di jam makan malam. Setelah kakakku memutuskan berkarier sebagai model professional, dan tinggal di Amrik, Milan atau Paris, sesuai tempat di mana dia dapat pekerjaan, mama jadi selalu bawel soal jam pulang ke rumah di hari biasa. Sisa dua anaknya harus kumpul di rumah untuk makan malam, supaya mama tidak merasakan kehilangan kak Acha, kakakku. “Yakin nih ya elo gak pusing lagi?” tanyaku memastikan. “Gak, udah enakan gue” jawabnya sudah bersiap lagi. Aku menyerah kali ini. “Ayo mulai!!!” kataku kemudian. Mulailah Naya presentasi di depanku. Dan benar orang bilang, usaha memang tidak mungkin mengkhianati hasil. Naya mengusai sekali materi gambar rancangannya yang coba dia presentasikan. Sexy!!!, satu kata yang pantas untuk itu. Aku lupa deh siapa yang bilang, kalo cewek pintar itu sexy. Cara dia berbicara, gesture tubuhnya, kepercayaan dirinya, terlihat tetap lembut tapi tegas. Jadi sekalipun aku sering di kelilingi gadis gadis berpakaian minim, aku hanya tertarik menatap mereka sekilas. Penampakan d**a mereka di balik blues atau tanktop yang mereka pakai, seperti tidak menantang hasrat kelelakianku, termasuk penampakan paha mulus mereka di balik rok mini atau hotpants yang mereka pakai. Malah aku cenderung mau aku tutupi dengan apa kek takut mereka malah masuk angin. Biasa aja, seperti aku melihat foto foto perempuan berpakaian minim di medsos. Padahal jelas jelas, mereka ada di hadapanku. Gak ada tuh rasa ser seran yang membuat aku mendadak gelisah. Kalo keadaanya seperti itu, pasti sudah aku ajak ngamar salah satu dari mreka atau mereka semua. Aku sekedar cium pun tidak minat. Paling mereka yang berusaha mencium pipiku, memeluk tubuhku sampai menggesekkan tubuh mereka pada tubuhku. Eh jangan bilang aku impoten, aku lelaki normal. Anggap ini hanya soal selera. Orang boleh bilang aku b******n, tapi untuk sembarang icip icip tubuh gadis gadis itu, nanti dulu. Malah bisa jadi aku yang rugi. Pasti mereka pamer kalo bisa berhasil cium aku, apalagi sampai bisa tidur sama aku. Aku ajak pergi makan atau nonton aja, sudah pamer ke seantero jagad untuk pansos. Jadi rugi malahan aku. Tapi melihat Naya sekarang, aku mendadak gelisah sampai mesti bersandar di sofa yang aku duduki. Ujungnya aku seperti cukong yang sedang mengamati gadis atau perempuan yang mau dirinya boking. Jadi senyum senyum gak jelas gitu. “Gimana El, kok malah cengar cengir gak jelas gini sih?” jeda Naya dan buat aku gelagapan. “HAH!!, bagus kok” jawabku tergesa dan ini jujur. “Beneran?” tanyanya. Aku mengangguk. “Serius gue” jawabku sambil bangkit. “Elo ga tanya apa gitu?” tanyanya lagi. “Gak, cukup. Nanti elo tetap begini aja pas presentasi depan bokap elo sama om Nino. Siapin mental aja buat jawab pertanyaan mereka” jawabku. Harus buru buru aku antar pulang. Bahaya kalo aku mulai gelisah gak jelas gini. Bisa bisa aku sosot, mana mau magrib. “Okey” jawabnya seperti tidak rela. “Ayo pulang, gue antar. Tapi mampir masjid dulu ya buat sholat magrib” ajakku. “Okey, makasih ya El” jawabnya. Sudah tidak aku tunggu waktu lagi untuk mengantarnya pulang. Beneran deh anak perawan om Sagara bahaya sekali. Jutek terus padahal dan jaimnya gak ketulungan. Mana ada dia mau aku rangkul, apalagi dia yang rangkul lenganku. Jalan aja tidak mau beriringan tapi mengekor di belakangku, sampai aku mesti memperlambat langkahku sampai kami masuk mobil. Lalu sesuai rencana, kami sholat magrib dulu sebelum lanjut ke rumahnya. “Gak mampir El?” tanyanya setelah sampai rumahnya. “Tar juga gue sering ke rumah bokap elo kalo kita nikahan” gurauku. Kali ini dia tertawa. “Ngarep lo ya?” balasnya. Gantian aku tertawa. “Lebih ke pasrah sih sama Tuhan. Kali Tuhan mau berbaik hati dengan jadiin elo istri gue di masa depan. Yakan gue bantuin elo mulu” jawabku. “Emang gitu konsepnya?” protesnya tapi tertawa. Aku berdecak. “Sekarang elo kerja deh di tempat bokap elo, masa yang gaji bokap gue. Sekarang kalo yang gue bantuin elo terus, masa iya gue nanti nikahnya sama cewek lain” jawabku. Naya tertawa lagi. “Ngaco elo sih, gak gitu konsepnya” bantahnya. “Iya dah serah Neng Naya” jawabku. Lalu kami diam. “Jangan kangen gue ya El, karena kalo gue gak butuh bantuan elo, gue gak akan cari elo lagi” katanya. Aku menghela nafas kali ini. “Yang penting saat elo butuh bantuan, elo taukan siapa yang mesti elo cari?” jawabku. Kok jadi diam menatapku. Aku salah ngomong ya?. “Nay…” desisku menjeda diamnya. “Makasih El…” jawabnya. Bilang makasihnya aku bisa ngerti, kenapa setelah itu mencium pipiku?. Sampai aku mendadak bego karena itu. “Asalamualaikum Sarmijan” pamitnya begitu saja lalu keluar mobilku. “Walaikumsalam…” desisku sebelum terbahak sendiri. Di cium pipi dong sama Naya, dan rasa senangnya jadi berhari hari, sekalipun Naya tidak pernah lagi cari aku. Beberapa minggu kemudian dia cari aku, karena tendernya berhasil dia menangkan. Sampai dia juga mengundangku makan malam sebagai ucapan terima kasih. Tapi setelah makan malam itu, aku harus kehilangan Naya karena kesibukannya dan konsentrasinya pada proyek yang jadi tanggung jawabnya. Tidak ada lagi telponnya atau pesannya. Aku pun tidak berani mencarinya. Cukup untukku dengan tau dia baik baik saja. “Makasih ya El udah bantuin putri om. Sekarang sibuk sekali dia, dan gantian bantu Noah” lapor papanya saat kami bertemu tidak sengaja bersama papaku juga. Gak tau ya, ada perasaan tidak rela aja mengetahui Naya dengan Noah. Padahal aku tau dan kenal siapa Noah. Dia itu teman baik Naya selain Biyan sepupuku. Tapi aku tau, sejak dulu Noah suka Naya, dan Bella anak abang dari abang tante Risda yang istri om Mamat adik mamaku, juga suka sekali pada Noah. Jadi membingungkan situasinya, dan aku memilih tidak mau masuk di antara mereka bertiga. Sekalipun aku kangen sekali pada Naya, dan jahatnya aku jadi berharap dia kesusahan jadi akan mencariku lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD