Bab 6 - Day Two (Hari Kedua)

1532 Words
Aku tidak bisa tidur nyenyak semalam karena mendengar suara Jane berteriak dan menangis berulang kali. Semakin aku mencoba memejamkan mata, semakin sulit aku rasa karena memikirkan penderitaan yang dirasakan Jane. Saat waktu menunjukkan lewat tengah malam, aku mulai mengantuk dan merasa ada sesuatu terjadi. Sesuatu yang menunjukkan kepada hal lain di luar pemikiranku. Sesuatu yang akhirnya menyadarkan aku bagaimana semua kejadian ini terjadi. Saat terlelap, aku seakan bermimpi. Dalam mimpi aku bertemu kembali dengan Jane. Ah, ini sepertinya bukan mimpi. Aku sedang berjelajah ruang dan waktu dan bertemu roh Jane. Dia bersedih dan memohon kepadaku. “Lauren, jika hal ini harus terjadi padaku, biarlah terjadi. Mereka akan semakin menyiksaku jika kamu bersikukuh menolong. There is no escape,” lirih Jane dengan sedih menatapku. Terlihat buliran bening mengalir dari matanya. Seakan dia sangat tersiksa dengan keadaan saat ini. Aku mencoba mengusap air mata di pipi Jane. “Jane, kamu tidak boleh menyerah. Aku dan Bapa Michael dengan izin Tuhan akan membantumu sebisa mungkin. Jangan khawatir,” jawabku mencoba menenangkan Jane. Namun terlihat jelas ketakutan dan kerapuhan hati gadis itu dari pancaran wajahnya. “Tapi .... ini tidak akan berhasil. Mereka terlalu kuat. Sebenarnya, aku sudah mengundang salah satu dari mereka hingga akhirnya aku seperti ini ....” Jane tersungkur sambil memegang wajahnya dengan kedua tangannya. Penyesalan terlihat jelas dalam dirinya. Aku semakin tak tega melihat gadis itu dalam kesedihan dan rasa bersalah. Aku langsung mengelus perlahan pundak Jane. Mencoba memberi kekuatan dan semangat agar dia mampu melawan iblis yang mencoba menguasai tubuhnya. “Sabar, Jane ... jangan bersedih. Tuhan memiliki maksud tertentu bagi umat-Nya. Kamu harus percaya, Tuhan pasti punya jalan untuk menolongmu.” “Saat aku dinodai secara paksa oleh keempat teman kampusku, aku sudah menjerit dan meronta serta meminta tolong ... tetapi tak ada yang datang. Malam itu ... aku menangis dan mengutuk keempat lelaki kawanku itu. Bahkan, aku sudah membuat sumpah bagi yang bisa menolong aku untuk membalas dendam dan segala kesakitan ini ... aku akan bersedia memberi apa pun itu. Aku melakukan kesalahan terbesar membuat kesepakatan dengan makhluk kegelapan. Iblis menjawab seruanku dan memberi bantuan sesuai keinginan dagingku yaitu balas dendam. Pelaku pelecehan itu terbunuh satu per satu oleh makhluk yang disebut iblis. Namun masih ada seorang dari keempat orang itu yang masih bernafas. Maafkan aku, Lauren, hentikan saja untuk menolongku. Aku tidak mungkin tertolong. Sampaikan maafku kepada kedua orang tuaku dan Paman Lou,” jelas Jane padaku. Kesedihannya menusuk jantungku. Aku merasa penyesalan Jane yang sangat dalam dan ini membuatku sakit. Jane mengakui sudah bersekutu dengan iblis. Aku sangat sedih mendengar penjelasan Jane. Sebegitu sedihnya Jane dan terpuruk hingga dia memilih jalan sesat dengan meninggalkan Tuhan dan bersekutu dengan iblis. Aku tak kuasa mendengar hal itu. Namun aku akan tetap membantu sebisa mungkin. Aku yakin, Bapa Michael juga bersedia membantu sampai akhir. “Jane ... karena kamu sudah tahu apa yang menjadi kesalahanmu, minta ampun pada Tuhan. DIA adalah setia dan adil. Aku dan Bapa Michael akan membantu kamu. Percayalah, Tuhan akan memberi pertolongan. Minta ampun, bertobat, teruslah berdoa, dan jangan berhenti berharap.” Aku memberi nasehat pada Jane Cloude dalam mimpi. “Lauren ... Aku hamil.” Kalimat terakhir yang Jane ucapkan seakan menghujam jantungku. Aku memeluk tubuh gadis yang merasa rapuh tak berdaya itu. Tiba-tiba aku terbangun tepat pukul enam pagi. Aku langsung duduk dan berdoa. Apakah tadi itu mimpi? Atau kenyataan? Semoga nyata karena Jane membutuhkan pertolongan segera. Apa pun yang terjadi di masa lalu tidak bisa diulangi karena waktu terus bergulir. Kini aku dan Bapa Michael mempunyai kesempatan untuk membantu Jane dan calon bayinya keluar dari permasalahan ini. “Selamat pagi, Lauren sayang. Apakah tidurmu nyenyak?” tanya Daniel yang ternyata sudah bangun dari tadi. Suami yang selalu menemaniku ke mana pun aku pergi. “Maaf, aku baru bangun,” jawabku merasa tak enak. Hal ini sungguh melelahkan tidak seperti kasus EXORCISM lainnya. “Tak apa, Lauren. Ini sarapan roti bakar dan s**u. Kamu makan dulu. Kamu butuh energi banyak,” ucap Daniel yang membawa nampan berisi makanan untukku. Daniel merupakan suami yang sangat amat pengertian. Aku bersyukur bisa hidup bersamanya, meski aku memiliki banyak kekurangan. Buta sejak lahir dan hanya bisa melihat lewat mata batin membuat aktivitas harianku terganggu. Menjalani semua kisah kehidupan bersama lelaki yang selama ini melindungi diriku sungguh indah. Sejak kecil, Daniel selalu bersamaku dan menghiburku saat sedih. Aku tidak merasa kesepian karena ada Daniel di sisiku. “Thank you, Daniel. Aku mau mandi dahulu. Bagaimana keadaan Tuan dan Nyonya Cloude? Mereka tidak mempermasalahkan soal Jane, kan?” tanyaku kepada Daniel. Aku sangat khawatir jika orang tua Jane akan salah beranggapan tentang pengusiran iblis ini. “Tenang saja, Tuan dan Nyonya Cloude sudah mengerti dengan apa yang terjadi. Hanya saja, mereka sudah tahu jika Jane mengalami p*********n. Saat ini Tuan Cloude sedang ke kampus untuk mencari tahu apa yang sebenarnya menimpa Jane. Nyonya Cloude masih di ruang tamu bersama Paman Lou.” Daniel menjelaskan hal itu dan membuatku sedikit terkejut karena Tuan Cloude justru ke kampus. Saat ini, aku belum mengetahui rencana apa yang dibuat oleh para iblis yang mencengkeram jiwa Jane. Merasuki tubuh Jane hanya awal dari sebuah rencana panjang iblis. Aku yakin, mereka merencanakan hal lain di balik ini. “Kenapa kamu tidak mencegah Tuan Cloude saat hendak ke kampus tadi?” tanyaku yang terkejut. Aku takut Tuan Cloude akan bertindak buruk jika mengetahui putri semata wayangnya mengalami pelecehan dan salah satu pelakunya belum diketemukan. “Maaf, Lauren. Aku sudah mencegah tetapi beliau bersikeras untuk pergi. Orang tua mana yang akan diam mengetahui anaknya pernah dilecehkan?” Daniel terlihat bingung akan hal ini. Aku pun segera keluar dari kamar setelah mandi dan berganti pakaian. Bahkan sarapan pun rasanya aku tak sanggup. Hal ini membuat tubuhku menolak asupan makanan. Aku hanya minum segelas s**u hangat untuk menjaga tubuhmu tidak tumbang. “Paman Lou, Bapa Michael, dan Nyonya Cloude ... selamat pagi. Maaf aku baru keluar kamar.” Aku memulai pembicaraan dengan terburu-buru. “Selamat pagi, Lauren,” jawab mereka bersamaan. “Lauren, Ayah Jane sedang pergi ke kampus untuk mengusut pelecehan yang terjadi pada Jane. Siapa tahu ada titik terang setelah ini,” kata Paman Lou penuh harap. Justru hal ini membuatku khawatir. Apalagi Tuan Cloude pergi seorang diri. “Paman Lou, sebenarnya hal itu tak usah dilakukan karena keempat pelaku pelecehan itu sudah meninggal. Oh, bukan. Tepatnya ketiga dari empat pelaku tersebut sudah meninggal,” ujarku membuat semua terkejut. “Apa??” “Apa, Lauren?” “Maksud Lauren apa?” “Begini, tadi malam aku bertemu dengan Jane dan dia menceritakan semuanya. Jane kerasukan bukan karena pelecehan saja, tetapi Jane meminta pertolongan dan membuat kesepakatan dengan iblis itu. Bapa Michael, kita harus segera bertindak. Sepertinya bukan hanya Jane yang diincar.” Aku mencoba memperingatkan dan menjelaskan ke semuanya. “Lauren, keempat pelaku itu ... tiga orang sudah meninggal ... satu orang lagi, sebenarnya aku tahu dia di mana, tetapi pasti akan jadi masalah besar jika ....” Bapa Michael menatapku dengan tajam. Aku tahu, keluarga Jane, lebih tepatnya Tuan Cloude tidak akan tinggal diam dengan kejadian itu. Kemungkinan terburuk yang aku takutkan adalah Tuan Cloude akan membalas dendam. Hal buruk yang terjadi berulah hanya akan menambah keterpurukan pada keluarga Cloude. “Bapa Michael, aku tahu kemungkinan terburuknya. Semoga hal itu tidak terjadi. Nyonya Cloude, aku mohon ikhlaskan hal yang sudah terjadi. Sekarang kita sama-sama fokus untuk kesembuhan Jane. Daniel dan Paman Lou, aku dan Bapa Michael akan memulai lagi pukul sembilan pagi. Kalian di ruang tamu tolong membantu dengan berdoa bersama Nyonya Cloude. Kami mohon, jangan terkecoh dengan hal ini. Nyonya Cloude, jika suamimu sudah pulang, bujuklah dia untuk tenang terlebih dahulu.” Penjelasanku kepada mereka cukup membuat reaksi wajah mereka menjadi bingung. Aku berharap tidak akan ada dendam dari keluarga Jane karena iblis sangat suka dengan dendam yang tak berakhir. Aku mengkhawatirkan hal buruk lain yang mungkin akan terjadi jika ada pembalasan dendam. Pelaku kejahatan memang harus dihukum, tetapi bukan dengan main hakim sendiri. “I-iya, Lauren. Akan aku usahakan membujuk dan menenangkan suamiku. Kami percayakan Jane kepada kalian,” jawab Nyonya Cloude yang terlihat berharap banyak dengan pertolongan kami. “Baik. Kalau begitu, Lauren mari persiapan terlebih dahulu,” perintah Bapa Michael padaku. “Baik, Bapa,” sahutku. Aku dan Bapa Michael segera persiapan dan berdoa terlebih dahulu sebelum memulai EXORCISM (Pengusiran Iblis) hari kedua. Aku tahu, Bapa Michael menyembunyikan hal tentang orang keempat yang melecehkan Jane karena takut adanya hal tak terduga terjadi. “Bapa Michael, apakah Bapa tahu soal lelaki terakhir yang melecehkan Jane?” Aku mencoba bertanya tanpa diketahui yang lainnya. “Ya, aku tahu. Tapi aku tak bisa menceritakan di mana dia. Aku khawatir kalau Tuan Cloude akan menuntut dan melakukan hal buruk kepadanya. Apalagi mereka baru saja mengetahui hal ini, pasti mereka syok. Lauren, sekarang kita berdoa persiapan terlebih dahulu. Fokuskan hati dan pikiran. Kita akan menghadapi hari kedua.” Penjelasan dari Bapa Michael yang cukup masuk akal bagiku. Tepat saat Bapa Michael berhenti berucap, suara benda jatuh pun mengagetkan kami. Suara itu berasal dari kamar Jane. Aku segera meminta Bapa Michael berdoa persiapan sebelum kami ke kamar Jane. Hari ini akan menjadi hari yang panjang. Semoga Tuhan selalu melindungi kami semua dan membantu Jane Cloude keluar dari permasalahan ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD