Bermain dan menyandera

1269 Words
“Hah … pekerjaan hari ini sungguh tak ada habisnya. Kapan semua ini selesai, setiap hari selalu saja menggunung berkas-berkas yan harus ditandatangani,” gerutunya. Alexy menghela nafas, menatap gundukan berkas yang ada di atas mejanya. Alexy merasa bosan dengan segala macam yang ada di sekitarnya itu. Ingin rasanya berlibur dan tenang tanpa memikirkan pekerjaan, tapi rasanya pasti sangat sulit. Karena, memang pekerjaan tak bisa ditinggalkan begitu saja. Terkecuali, memang sudah diselesaikan dari jauh hari dan berniat liburan, maka harus melakukan banyak hal lebih keras dan giat dulu, baru santai. Ini semua adalah kesalah Darren, karena lelaki itu yang cukup malas, hingga ia yang harus menanggung semua ini. Kalau saja, Darren rajin mengerjakan semuanya, mungkin pekerjaan semua itu akan selesai tepat waktu, tapi ini justru sebaliknya. “Gila, kepalaku sampai sakit harus terus melihat tumpukan berkas seperti ini!” “Argh! Darren! Kamu benar-benar membuatku susah!” jeritnya menenggelamkan wajah di atas meja. Dua bodyguard yang sebelumnya berjaga di depan pintu, mendadak masuk ke dalam saat mendengar jeritan dari bosnya. “Nyonya, apa yang terjadi?” tanya salah satunya khawatir. Berdiri di depan wanita muda itu, wajah keduanya penuh menyelidik dan khawatir. “Nyonya, kau baik-baik saja?” tanya yang lainnya. Alexy masih tetap diam, menenggelamkan wajahnya tanpa bergerak sedikitpun. Ia masih merasa lelah di pundak dan hatinya. Memikirkan banyak hal dan masalah yang tak ada hentinya, rasanya lelah tapi ia harus tetap kuat agar bisa menyelesaikan semuanya satu persatu. “Nyonya,” panggil keduanya ragu. “Diam!” bentaknya mengangkat wajah, menatap nyalang pada kedua bodyguardnya yang langsung salah tingkah dan melangkah mundur. “Kenapa kalian terus bicara? Hah? Diam! Aku tak suka ditanya saat sedang tidak baik-baik, saja!” lanjutnya menatap mereka satu persatu dengan tajam. “Ma-maaf, Nyonya,” jawab keduanya menunduk. Mereka merasa sangat bersalah karena lancang membuat Nyonya besar marah. “Keluar!” teriaknya menunjuk ke arah pintu. “Jangan berani masuk, kalau aku tidak memanggil kalian! Paham!” lanjutnya penuh emosi. Keduanya hanya mengangguk dan berlalu pergi meninggalkan Alexy, membiarkan wanita itu dengan pikirannya sendiri tanpa ada niat untuk kembali masuk. Bahaya jika membuat ibu satu anak itu marah, orang lain yang jelas musuh saja bisa ditembak, apalagi mereka yang hanya seorang bodyguard. Akan lebih mudah untuk wanita itu menghancurkannya. Alexy kembali menekuni berkas-berkas yang sebenarnya membuat muak. Tapi, tak punya pilihan lain untuk menghalau, karena sudah menjadi tanggungjawabnya. Ia yang merasa lelah mempelajari semuanya bahkan merapihkan kembali, akhirnya memanggil kedua bodyguardnya. Meminta agar asisten Darren dipanggil untuk masuk ke ruangannya. Salah satu dari mereka mengangguk dan langsung melaksanakan tugas yang diberikan oleh bos mudanya. Bodyguard yang satu laginya, tetap berada di depan pintu ruangan untuk berjaga agar tak ada lagi penyusup yang masuk seperti kemarin. Mereka sudah diberikan pelajaran habis-habisan oleh bos, karena lengah menjaga Alexy sampai-sampai kedatangan penyusup secara tiba-tiba. Tok. Tok. “Masuk!” “Bu, maaf apa memanggil saya?” “Iya, sini!” titahnya agar asisten Darren itu mendekat. Wanita itu mendekat dan berdiri tepat di hadapan Alexy. Menundukkan kepalanya, karena merasa takut, jika dipanggil ke ruangan Bos Besar. “Duduk!” Wanita itu kembali mengangguk dan duduk di hadapan Alexy, terhalang oleh meja. Bosnya melepaskan semua yang dipegang, menyilangkan kedua tangan di atas meja, menatap wanita itu dengan tajam dan tak berkedip. Wanita muda yang berpakaian ketat itu masih menunduk takut, tak berani sedikitpun mengangkat wajahnya dan menatap wajah bos besar yang datar juga dingin. “Aku mau tanya padamu,” ucapnya mengawali obrolan di antara mereka berdua. “Silahkan, Nona. Saya akan menjawab sesuai yang apa yang diketahui,” jawabnya yakin namun takut. “Selama ini, sebenarnya apa sih yang dikerjakan oleh Darren? Aku sudah mengambil alih semua pekerjaan, tapi kenapa masih saja menumpuk ini berkas?” “Ma-maaf, tapi selama perusahaan Aleria Crop dihandle oleh Tuan Darren, memang tak pernah mengerjakan apapun, Bu,” pungkasnya hati-hati dan waspada. “Biasanya, kalau sudah menumpuk seperti ini, Pak Dimitri yang mengambil alih semua pekerjaan.” “Hah? Gila! Otak Darren benar-benar kacau!” pekiknya memaki adik kembarnya tanpa ada orangnya. “Ta-tapi, memang seperti itu yang sebenarnya terjadi, Nyonya,” lanjutnya takut. “Lalu, selama ini apa yang Darren lakukan?” “Ma-maaf, Tuan Darren memang datang ke kantor setiap hari, Nyonya. Tapi, hanya untuk bermesraan dengan seorang wanita, dan wanitanya berganti-ganti,” jawabnya takut. Brakkk. Alexy menggebrak meja penuh emosi, berkas yang ada di atas saja sampai ikut terkejut, apalagi wanita yang ada di hadapannya saat ini. “Sudah kuduga! Lelaki bodoh itu selalu saja bersikap semaunya! Bikin muak saja! Karena ulahnya, aku yang menjadi susah seperti ini! Kamu tahu itu, bukan?” “I-iya, Nyonya.” “Kau juga, kenapa tak memperingatkan? Kenapa tak memaksa lelaki bodoh itu untuk segera menyelesaikan tugasnya? Hah?” “Maaf, Nyonya. Saya tidak berani.” Wanita itu semakin menundukkan kepalanya, bos besar yang saat ini berada di balik meja kerja besar itu pun seperti orang lain. Semenjak hilang ingatan, sikapnya menjadi keras dan mengerikan. Semua orang yang ada di sekitarnya pasti akan merasakan takut dan menundukkan kepala, karena khawatir jika ada salah kata maka tak segan-segan bos besar itu mengintimidasi tanpa ampun. Seperti saat ini, asisten Darren yang sebelumnya tak pernah dimarahi pun merasa takut karena ditatap tajam dan seakan ingin membunuh. “Kalau memang tidak berani, seharusnya kau sampaikan semua perbuatan Darren pada Dimitri, setiap kali adikku yang satunya ini datang kunjungan. Kenapa kau justru diam saja? Hah?” “Maaf, Nyonya. Tapi, saya selalu menyampaikan apa yang terjadi di sini pada Tuan Dimitri, setiap kali ada kunjungan. Namun, tak ada solusi dari masalah yang satu itu. Beliau hanya mengatakan, segala sesuatu yang berkaitan dengan Tuan Darren, cukup hanya dirinya saja yang tahu.” “Oh, jadi rupanya mereka saling melindungi satu sama lainnya, secara tidak langsung. Bagus, ini namanya mereka sama-sama membuat kakaknya susah. Kalau begitu, kau yang aku hukum!” tunjuknya. “Ha? Kok jadi saya yang dihukum, Nyonya,” protesnya tak terima, mengangkat wajahnya dan menatap lekat Alexy yang juga tengah menatap dirinya. “Kau, berani menatapku seperti itu?” tanyanya datar. “Ma-maaf, Nyonya. Saya tidak bermaksud seperti itu, ta-tapi kenapa jadi saya yang dapat hukumannya,” jawabnya takut, sambil menundukkan kepala. Rasanya tak tahu harus bicara apalagi. Mau marah dan kesal, tapi tak bisa berbuat apa-apa, diam saja malah membuatnya susah. “Karena, kau salah satu orang yang ikut bertanggung jawab dengan semua berkas ini. Gila saja, aku harus menyelesaikan semuanya sendiri, sudah harus membaca, mempelajari, tanda tangan, ikut harus membereskan juga. Setidaknya, kau bantu aku meringankan pekerjaan ini, jangan diam saja. Lagi pula, kau tidak ada pekerjaan bukan di ruangan?” Wanita itu mengangguk pasrah. “Jadi, tetaplah di sini. Temani aku dan jangan lupa, bereskan semua berkas yang berantakan itu. Semuanya sudah aku baca, pelajari dan tanda tangan. Sebagai hukuman karena kau tak bisa mengarahkan Darren supaya menjadi pemimpin yang baik, maka bereskan semuanya itu, sekarang!” Mata wanita itu melotot sempurna, melihat tumpukan berkas yang masih berantakan. Menggaruk kepalanya yang tidak gatal, karena mendapatkan tugas yang cukup membuat pusing, karena ia harus mengurutkan semuanya dari awal lagi. Dan, pasti akan memakan waktu nantinya. Niat hati ingin bersantai karena tak ada tugas, tapi karena ulah bos sebelumnya membuat ia menjadi kesusahan seperti ini. “Kenapa diam? Kurang? Ini masih ada tenang saja.” “I-iya, Iya. Saya akan kerjakan.” “Iya sekarang, kamu harus mengerjakan semuanya sekarang.” “Baik, Bu.” “Ya sudah, sana! Kenapa kamu malah diam saja seperti itu? Cepat! Jangan buang waktu!” “Dua orang itu membuatku sakit kepala. Bermain wanita dan menyandara wanita. Anak kembar itu..” geram Alexy kepada adik kembarnya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD