Dimitri

1413 Words
Dimitri yang sebelumnya memang selalu memantau, masih tetap menunggu di kantor Alexy, memastikan kalau Leo tak lagi membuat onar di sana. Ia sudah melihat Dominic membawa Alexy pergi, menurutnya sudah aman karena memang yang menjadi faktor utamanya lelaki itu kembali adalah Alexy. Wanita yang sudah disakiti olehnya sedemikian rupa sampai harus terjadi banyak masalah setelahnya. Ketika mendapatkan kabar dari Dominic, ia pun pergi dari sana dan menuju apartemen milik pribadinya. Hatinya sedikit lega, karena perlahan sudah mulai bisa balas dendam pada lelaki b******k itu. Lelaki muda itu, tak pernah bisa terima, jika ada orang lain yang menyakiti keluarganya, apalagi Alexy. Aktivitas hari terasa sangat berat dan panjang, Dimitri keluar dari dalam mobil setelah menyambar tasnya. Ia berjalan menuju unit pribadinya, tanpa peduli dengan tatapan wanita-wanita yang baru sadari dilewati olehnya. Masuk ke dalam unit dan menghempaskan tubuhnya ke atas sofa panjang, memijat kepalanya yang terasa berdenyut karena banyak mikir. Apalagi, yang dipikirkan adalah masalah orang lain, bukan masalah diri sendiri. Sejak awal, dirinya yang sudah membantu Dominic untuk mengkondisikan Alexy. Masalah wanita itu seperti tak ada habisnya, satu masalah selesai maka akan datang yang lainnya, begitu saja terus. Dari mulai kecelakaan, baru juga nafas karena mengetahui wanita itu selamat, eh datang masalah baru bahwa dokter mendiagnosa hilang ingatan. Lalu sekarang, di saat semua sudah mulai berjalan sesuai dengan apa yang seharusnya, dalang dari semua kejadian yang menimpa Alexy justru datang kembali pada kehidupan wanita itu. Dimitri menyandarkan tubuhnya sambil merentangkan kedua tangan, menghembuskan nafas berkali-kali demi untuk mengontrol emosinya. Hatinya sedang tak karuan, tiba-tiba saja mendengar suara seorang wanita yang tak asing ditelinganya. “Kau sudah pulang?” tanya wanita cantik itu, tersenyum manis pada Dimitri yang menoleh dan menatapnya datar. Dimitri memandang lekat wanita cantik yang sudah disekap di apartemennya, kurang lebih tiga bulan lamanya, tanpa ekspresi, hanya tatapan datar. Entah sebenarnya, apa yang sedang dipikirkan oleh lelaki itu, wajahnya sama sekali tak ada menunjukkan ekspresi apapun. Wanita yang ditatap intens itu pun membuang muka, ia malu terus ditatap tajam seperti itu. Dimitri bangkit dan berjalan perlahan mendekati wanita itu, wanita yang berani muncul dihadapannya saat ia sedang gelap mata. Tapi, wanita itu juga tak bersalah karena memang tidak mengetahui kondisi lelaki muda itu saat ini. Saat Dimitri sudah hampir dekat, wanita itu perlahan melangkah mundur, ia benar-benar merasa ketakutan ketika lelaki itu terus mendekat dengan tatapan tajam. Sayang, tubuh wanita itu terpaksa berhenti karena di belakangnya ada dinding yang menjadi pembatas untuk tidak melanjutkan langkah. Sungguh, wanita itu benar-benar merasa takut jika berhadapan dengan Dimitri yang sedang dalam keadaan gelap mata, karena lelaki itu bisa melakukan apa saja. “Kau, semakin cantik, saja,” goda Dimitri tak memberikan sedikitpun celah di antara mereka. Tangannya terulur mengusap lembut pipi merah wanita itu. Wajahnya semakin mendekat, menghirup dalam-dalam aroma tubuh wanitanya. Dimitri memejamkan mata, membayangkan banyak hal yang bisa dihabiskan dengan wanita itu. Wanita cantik yang saat ini merasa terpojok pun tak bisa bergerak sama sekali. Ia hanya bisa pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh lelaki di depannya itu. “Kau, kenapa muncul di hadapanku saat semua keadaan tidak baik-baik saja,” geram Dimitri penuh penekanan. “Jadi, jangan salahkah aku, jika bertindak lebih. Karena kau, sudah menggodaku.” “Ta-tapi a-aku ti-tidak–” “Ssstt, diam!” bentaknya. “Aku tak suka jika kau banyak bicara, karena yang punya hak bicara di sini, hanya aku,” lanjutnya menatap tajam wanita cantik yang sudah pucat pasi itu. “Ah, aku selalu tergoda dengan aromamu, Sayang,” selorohnya masuk ke dalam ceruk leher wanita cantik itu. Kembali menghirup aromanya dalam-dalam, tak hanya itu saja, Dimitri juga mulai bermain liar. Ia mengecup dan memberikan tanda merah di sana, sebagai tanda kepemilikan bahwa hanya dirinya yang boleh memiliki wanita itu. Wanitanya sudah memejamkan mata, menikmati setiap kecupan dan sentuhan yang diberikan oleh lelaki itu. Terdengar suara tertahan, wanita itu rupanya menggigit bibir bawahnya, agar tak terdengar suara erangan merdu yang keluar dari bibirnya. Dimitri tersenyum sini, tahu betul saat ini kondisi wanita itu pasti sudah melayang karena ulahnya. Ya, memang seperti itu, wanitanya selalu tak kuasa menahan gejolak nafsu yang diberikan olehnya. “Ah,” erangan kecil mulai terdengar ketika Dimitri menggigit kecil bahu wanitanya yang sudah mulai terekspos dengan jelas. “Lagi, aku ingin mendengar suara erangan dan desahan yang lebih dahsyat dari ini,” titahnya penuh penekanan dan langsung melepaskan pakaian wanita itu dengan kasar. Tak peduli dengan teriakan yang keluar dari bibir wanita itu, Dimitri terus berbuat yang lebih gila. Melemparkan pakaian yang sebelumnya melekat pada tubuh wanita itu ke sembarang arah dan langsung melahap gundukan yang sejak tadi seakan memanggilnya untuk disentuh. Tangannya mulai aktif bergerilya ke segala arah, namun berhenti pada dua buah gundukan kenyal yang selalu membuatnya tergila-gila. Dimitri berhenti dan bermain di area tersebut, meremasnya perlahan dan lembut sambil menggigit kecil pada bagian yang paling menantang. Baru juga lidahnya bermain lembut, tetapi wanita itu sudah mendesah tak karuan. “Ah, Tuan ….” Dimitri yang sudah dikuasai oleh emosi sekaligus nafsu yang bercampur jadi satu, menggendong tubuh yang sudah tidak bisa menopang karena kakinya terasa lemas tak bertulang, menahan gejolak nafsu yang luar biasa. Masuk ke dalam kamar dan melemparkan tubuhnya ke atas ranjang, lalu menyerbu tanpa lagi memberikan kesempatan pada wanita itu walau hanya untuk bernafas sejenak. Dimitri kembali mengulang permainannya, ia mengecup bahkan mencumbu bibir ranum wanita itu dengan ganas dan liar. Benar-benar tak bisa bernafas karena memang lelaki itu tak sedikitpun memberikan kesempatan, sampai wanita itu berusaha untuk melepaskan diri. “Hah … hah … a-aku ti-tidak bi-bisa bernafas,” ucapnya terbatas sambil meraup oksigen sebanyak mungkin agar tak mati konyol karena kehilangan nafas saat di hajar habis-habisan di atas ranjang yang panas. “Ah, Tuan ….” Wanita itu kembali memekik ketika Dimitri menggigit puncak nafsu yang paling tinggi dari bagian inti tubuh. Semakin mendengar desahan dan erangan, maka Dimitri akan semakin menggila di atas ranjang. Ia menjilat seluruh permukaan tubuh wanita itu, tak sedikitpun memberikan celah. Tubuhnya menggeliat, tak kuasa menahan rasa geli bercampur dengan nikmat di seluruh tubuhnya. Tak disadari juga, liang surga dunianya sudah mulai basah karena ulah lelaki itu. Dimitri mengulang kegiatan yang sama, menjilat kembali seluruh permukaan tubuh wanitanya, dari leher hingga perut bawah. Wanita itu terus meracau tak karuan, mendesah dan mengerang karena lelaki itu berhasil membuatnya menyemburkan lahar panas berkali-kali walaupun hanya dengan cara mencumbu tanpa harus memasuki. Tapi, tidak afdol rasanya jika hanya wanita itu yang mendapatkan kepuasan, lelaki itu juga sudah jelas akan melakukan pelepasan dengan caranya. Semakin turun dan menyapu seluruh permukaan liang surga dengan lidahnya, memberikan kesan basah di sana. Tangan wanita itu menekan kuat-kuat agar lidah Dimitri tetap berada di dalam liang yang penuh kenikmatan. Tubuhnya kembali menggelinjang, tak kuasa lagi menahan gejolak yang sudah menjalar ke seluruh tubuh. Wanita itu semakin menekan kepala Dimitri, hingga laki-laki itu hampir saja kehabisan nafas karena ulahnya. Berusaha untuk tetap bernafas walaupun sudah tersengal-sengal, beberapa menit kemudia tubuh wanita itu sudah tak lagi menegang. Itu tandanya, ia sudah berhasil menuntaskan hasrat yang membara. Dimitri yang memang belum melakukan pelepasan, mengatur lebih dulu posisi kedua kaki wanita itu agar pedang saktinya bisa langsung masuk tanpa harus memainkan terlebih dahulu. Sebab, wanita itu juga sudah sangat basah karena nafsunya sendiri. “Kau suka? Sekarang, gantian aku yang harus mencari kepuasan,” celetuknya menatap sinis wajah wanitanya yang sudah tak jelas rautnya. Ia hanya pasrah diperlakukan apapun oleh Dimitri, yang penting mendapatkan kepuasan. Dimitri menggerakkan pinggulnya sesuai dengan irama dan ritmenya yang pelan sekali, lama-kelamaan gerakan maju mundur dan berputar semakin cepat dan membuat tubuh wanitanya itu terguncang hebat. Beberapa kali menghentakkan pedang saktinya agar lebih masuk ke dalam liang surga dunia itu, membuat wanita itu kembali mengerang tak karuan. “Ayo, lantangksn erangan dan desahanmu itu, jalang!” makinya. Sudah biasa dengan hal itu, maka wanita itu tak lagi merasakan sakit, ia justru mengikuti apa yang diinginkan oleh Dimitri. Wanita itu semakin mendesah dan mengerang penuh kenikmatan, setiap kali pedang sakti milik Dimitri yang lumayan besar dan tajam itu seakan-akan merobek-robek liang surga dunia miliknya. Mereka sama-sama meneguk dahaga sampai benar-benar mendapatkan kepuasan yang setara. Dimitri berteriak lantang saat dirinya akan menuju puncak kenikmatan, wanita itu pun tak kalah menjerit karena permainan lelakinya semakin tak karuan. Sampai pada akhirnya, mereka berdua mencapai puncak bersamaan dan menyemburkan lahar panas dari inti tubuh masing-masing. Tubuh lelaki itu terasa lemas dan tak sanggup lagi menopang, hingga menjatuhkan tubuhnya di atas wanita itu. “Liang surga dunia yang kau miliki, memang selalu membuatku tergila-gila dan menjadi gila, setiap waktu.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD