enam

1261 Words
Pada hari Senin pagi, Alexy datang ke perusahaan lebih cepat daripada biasanya setelah ditenangkan oleh calon suaminya, wanita itu akhirnya bisa kembali fokus pada pekerjaan. “Nyonya, Selamat pagi! Hari ini Anda memiliki jadwal pertemuan dengan rekan bisnis dari Prancis. Apakah Anda ingin menitipkan putra Anda pada salah satu karyawan, ataukah sebaiknya kita membawanya ke tempat pertemuan? Saya dengar kalau orang itu sangat tidak menyukai anak kecil? Dia kemungkinan akan sangat rewel jika dia melihat putra Anda ikut bersama kita. Saya bukannya ingin menekan putra Anda tapi rekan bisnis kali ini benar-benar sulit untuk ditangani." Alexy yang sedang berjalan sambil membawa putranya, menggenggam erat tangan kecilnya kuat-kuat. Dia lalu berkata kepada asisten pribadinya, “Aku paham apa yang kamu katakan. Aku tidak akan tersinggung. Tolong kamu urus putraku dengan baik. Aku yang kurang bagus dalam menangani orang yang akan kita temui kali ini. Siapkan saja beberapa hal yang disukainya agar dia tidak menjadi rewel dan mencariku. Tolong telepon rumah dan meminta pengasuh datang kemari. Jaga-jaga agar kalian tidak kewalahan kalau dia tidak bisa diam di tempat.” Asisten pribadi Alexy segera menggangguk cepat. Dia bergegas pamit dan mulai melakukan apa yang diperintahkan oleh bosnya. Sementara itu, Alexy segera meraih putranya dalam gendongan dan berjalan masuk ke dalam ruangan kerjanya. Dia meletakkan anak laki-laki tampan itu disofa panjang sambil menatapnya sejajar, “Sayang, hari ini Mommy lupa kalau harus menghadiri rapat penting dengan paman yang sangat galak. Supaya kamu tidak bertemu paman galak itu, maka sekarang hanya bisa di sini ya? Setelah Mommy bertemu dengan paman galak itu untuk membahas pekerjaan, Mommy janji akan mengajak anak tampan Mommy ini untuk makan es krim bersama-sama." Putra Alexy mengangguk cepat dengan senyum sangat lebar, dia berkata kepada ibunya, “Mommy tidak akan berbohong kepadaku, kan? " "Tentu saja Mommy tidak akan berbohong. Siapa yang mengajarimu hal itu? Mommy pasti akan menepati semua perkataan Mommy." Mereka lalu mulai bermain sebentar sebelum akhirnya berpisah untuk menyelesaikan masalah perusahaan. Putranya akhirnya dijemput oleh pengasuh dari rumah mereka, dan diajak untuk berjalan-jalan di sekitar perusahaan agar suasana hatinya sedikit lebih baik. Bagaimanapun, ibu dan anak itu sangat dekat sehingga terlalu lama berpisah maka akan membuatnya rewel. Alexy sangat memahami hal itu. Maka dari itu dia berharap bisa segera menyelesaikan pertemuan bisnis lebih cepat daripada yang dia sudah prediksikan. “Senang berjumpa dengan Anda, tuan Robinson. Saya harap kerja sama kita dengan perusahaan Anda bisa berjalan dengan sukses,” kata Alexy seraya menjulurkan tangannya kepada pria bertampang Prancis dan Amerika di depannya. Lawan bicara Alexy bisa dikatakan tidak terlalu tua, juga tidak terlalu muda. Di dalam benaknya, dia bertanya-tanya, kenapa pria yang memiliki paras yang cukup tampan itu tidak begitu menyukai anak kecil? Mungkin karena dia memiliki hal yang buruk di masa lalu, atau mungkin dia memang tidak suka anak kecil saja. Pria yang dipanggil Robinson itu segera tersenyum lebar dengan mata berbinar terang, membalasnya antusias. “Tentu saja. Sebelum membahas masalah bisnis, kenapa kita tidak saling mengenal terlebih dahulu? Tidak ada salahnya bukan kalau kita lebih akrab sebelum membahas proyek senilai jutaan dollar?" Jika mau jujur, Alexy tidak terlalu senang dengan pria di depannya. Tapi, katanya dia adalah pria yang cukup kompeten dalam bidangnya dan banyak pebisnis yang puas dengan kerjasamanya selama ini. Jika dia berhasil memenangkan kerjasama dengannya, maka Alexy bisa memberikan pernyataan tidak langsung di hadapan publik kalau dia juga adalah pewaris keluarganya yang bisa diandalkan. Tidak peduli meskipun dia adalah wanita sekalipun. Pertemuan itu berlangsung sangat seru dan tidak menyangka melebihi batas yang dia perkirakan. *** Leonard tersenyum gembira melihat anak laki-laki yang sedang menikmati makanan di depannya. “Apakah kamu sangat menyukai spaghettinya?" Anak kecil itu mengangguk dengan wajah belepotan saus spaghetti. Dia berkata tidak jelas sambil mengunyah makanannya, “Papa, ini sangat enak! Ini lebih enak daripada buatan di rumah! Aku tidak mengerti, kenapa Mommy tidak mengizinkan aku makan seperti ini di luar?" Leo terkekeh mendengar perkataan putranya yang tidak jelas, tapi cukup bisa dimengerti. “Apakah dia sungguh kejam tidak membiarkanmu memakan makanan seperti ini di luar? Kenapa? Apakah kamu memiliki alergi tertentu?" Dia berpikir, kalau anak kecil itu memiliki alergi, maka dia besar kemungkinan bukanlah putranya. Leo tidak memiliki alergi serius terhadap makanan sejauh ini. Begitu juga Alexy. Selain itu, wajah anak kecil di depannya ini benar-benar sangat mirip dengan dirinya. Di dalam hatinya, dia bertanya-tanya, kenapa Alexy sampai amnesia dan keluarganya tidak mencari siapa ayah kandungnya kalau bukan dia pemberi bening itu? Salah satu alasannya pasti adalah mereka tidak mau berurusan dengan ayah kandung dari anak laki-laki itu. Dia tidak mirip dengan Kai, dan sangat jelas merupakan versi mini darinya. Dia juga bisa melakukan tes DNA setelah berhasil mengambil beberapa helai rambutnya. Alexy pasti tidak akan bisa mengelak sekalipun dia tidak mengingatnya. Dengan pemikiran seperti itu, walaupun calon suaminya memberinya peringatan, Leo berpikir dia masih memiliki hak yang kuat untuk mendekati wanita dan putranya. Tanpa tes pun, dia yakin kalau anak kecil yang sedang makan di depannya adalah darah dagingnya sendiri. Di saat Leo sedang bercanda ria dengan anak kecil tersebut, Alexy yang baru saja selesai melakukan pertemuan bisnis dan menyadari putranya sudah berpisah dari pengasuhnya, akhirnya panik mencari putranya yang katanya berada di sebuah salah satu restoran cepat saji yang ada di dekat perusahaan mereka. “Apa yang kamu lakukan kepada putraku?!” teriak Alexy geram, muncul tiba-tiba di restoran itu dengan wajah menahan amarah, mata melotot ke arah pria yang sedang sibuk menceritakan sebuah kisah dongeng kepada anak kecil yang sedang mengunyah kentang goreng. Leonard yang mendapat bentakan tiba-tiba dan tidak terduga itu, menaikkan pandangan dan mencoba menenangkan diri. Dia tersenyum dan berkata lemah lembut kepada wanita yang datang bagaikan angin topan itu, “Alexy, duduklah sebentar. Tidak baik marah-marah seperti itu. Aku juga tidak akan melukai putra kita. Aku hanya merindukanmu, dan mendapati kita telah memiliki anak bersama-sama. Bukankah wajar kalau aku melakukan pendekatan dengan putraku sendiri? " Wajah dingin Alexy tampak sangat mengerikan dengan perpaduan kecantikannya yang memesona. Dia mendongak menatapnya remeh, dengan tubuh tegap yang penuh aura intimidasi, Dia berkata sedingin wajahnya, “Tuan aneh! Aku tidak tahu apa yang kamu inginkan dariku, tapi jelas saja aku tidak akan membiarkan hal ini berlalu begitu saja. Kamu pikir bisa menipuku dengan berkata manis seperti itu? Aku tidak bodoh!" Walaupun Alexy yang sekarang terlihat sangat dewasa dan begitu pintar, tapi Leo sebenarnya jauh lebih pintar daripada wanita eksekutif tersebut. Pria tampan dan dewasa itu tersenyum lembut sambil berkata pelan dengan suara menenangkan, “Aku tidak tahu kamu mengalami apa sampai melupakanku, Alexy. Tapi aku tidak ada maksud jahat kepadamu. Anak laki-laki milikmu itu, aku yakin kalau dia juga adalah darah dagingku sendiri. Jika kamu berpikir aku merencanakan sesuatu untuk menipumu karena merasa tidak mengenalku, maka kita bisa melakukan tes DNA dan membuktikan kalau aku memiliki hubungan denganmu. Aku tidak tahu apa yang dikatakan oleh calon suamimu ataupun orang-orang di sekitarmu tentang diriku, tapi aku bukanlah sembarang pria yang muncul di depanmu dan menginginkan keuntungan semata. Alexy, aku adalah pria yang sangat mencintaimu." Mendengar penjelasan Leonard, wanita eksekutif berwajah dingin yang berdiri di depannya seketika memasang wajah tidak sedap dipandang. Dia semakin dingin dan tampak begitu berjarak. “Tuan aneh, Aku tidak mau tahu apa yang kamu inginkan dariku. Aku hanya ingin kamu berhenti untuk melakukan apa pun yang kamu ingin lakukan dengan putraku. Menjauhlah dari kehidupanku. Aku tidak peduli. Apakah kamu adalah Ayah kandungnya atau bukan. Aku tidak akan membiarkan pria asing yang muncul tiba-tiba di depanku seketika saja mengklaim putraku dan ingin melakukan tes paternitas. Apa hakmu untuk melakukan hal itu? Sebaiknya dengarkan peringatanku baik-baik sebelum aku mengirimkan surat gugatan kepadamu dan melawanku di pengadilan!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD