lima

1084 Words
Seiring dia semakin teringat wajah dingin dan sikap yang berbeda dari wanita pujaannya, Leo tidak bisa mengelak kalau kepribadiannya jauh berbeda. Apakah 4 tahun berlalu mampu mengubah pribadi seseorang sampai seesktrem itu? Leo berpikir itu tidak mungkin. Apa alasan kuat sampai dia berubah demikian? Satu-satunya alasan masuk akal yang bisa dia terima adalah Alexy mengalami amnesia dan kini anak laki-laki di sisinya besar kemungkinan adalah anaknya. *** “Sayang? Kenapa? Apa kamu masih memikirkan perkataan Kai?” tanya Dominic prihatin, meraih bahu sang istri yang sedang berdiri di depan taman bunga di ruang santai keesokan harinya. Wanita itu menghela napas berat. “Suamiku, Leonard muncul kembali. Bagaimana aku bisa tenang? Dia berkata merindukan putri kita. Apakah menurutmu kali ini dia akan mempermainkan keluarga kita lagi? Aku takut dia akan membuat Lexy terluka lebih dalam. Kalau kehadirannya membuatnya goyah, apa yang harus kita lakukan?” Dominic memeluknya erat, berkata serius dengan nada menenangkan. “Jangan cemas. Alexy sekarang tidak sama dengan wanita yang kita kenal dulu. Aku sudah bilang. Dia yang sekarang sudah tumbuh menjadi wanita yang tangguh dan kuat. Dia sudah berani mengambil alih Aleria Corp. Kamu pikir pria seperti itu bisa mengguncangkan pendiriannya? Lihatlah selama 4 tahun ini bagaimana dia berubah? Bukankah itu jaminan bahwa dia bisa melawan apa pun halangan dan rintangan yang dia hadapi?” Jean berbalik dan menatapnya cemas. “Tapi, cucu kita...? Dominic, aku terus kepikiran soal itu....” Dominic menggelengkan kepalanya cepat, tatapannya serius dan lebih dalam. “Jangan pikirkan hal itu. Dia tidak punya hak sama sekali. Selama tidak ada yang tahu, maka dia tidak bisa berbuat apa pun.” “Oh! Omong kosong! Bagaimana kalau sampai dia membuat masalah dengan Lexy? Kasihan anak kecil itu! Dia tidak bersalah! Kalau dia berusaha melawan kita, bagaimana? Dominic, kamu harus melakukan sesuatu!” Dominic memeluknya lagi, berkata lebih pelan. “Tenang, Sayang. Dia tidak akan berani muncul lagi di hadapan putri kita. Aku pasti akan melakukan sesuatu. Kai juga adalah pria yang sudah lebih bisa diandalkan saat ini. Dia pasti tidak akan membiarkan calon istrinya direbut dan dipermainkan oleh pria jahat seperti Leonard.” Jean mengeluh dalam hati. Jika saja dulunya Leonard bukanlah dari musuh keluarganya, mereka pasti bisa menerimanya dengan tangan terbuka. Tapi, masalah sudah sangat rumit, bagaimana bisa memberinya toleransi? Pria jahat yang sudah menyakiti putrinya, jika muncul kembali, bukankah pasti ada niat buruk di hatinya? Jean mencemaskan hal ini, tapi Dominic akhirnya bisa menenangkannya lagi setelah 3 jam lewat. Malam segera datang bagaikan kedipan mata ketika dua orang ini sibuk mengalihkan pikiran mereka. Kecemasan Jean selama seminggu ini membuatnya merasa berat badannya turun beberapa kilo. Akhirnya membuat Dominic mulai serius memperhatikannya. “Nenek!” teriak anak laki-laki yang datang berlari mendekat ke arahnya. “Oh, cucuku sayang! Dari mana saja? Apa yang kalian lakukan malam-malam begini di luar sana?” tanyanya sambil menggendongnya gemas. Alexy datang belakangan sambil berbicara dengan seorang pengasuh wanita yang membawa belanjaan mereka. “Tolong taruh saja di kamarnya. Nanti biar aku yang akan mengatur.” “Baik, Nyonya!” Ketika pengasuh wanita itu berlalu, Alexy memijat keningnya lelah. Dominic yang duduk di sofa terlihat menyesap kopinya sambil menatap sang anak. “Kamu pasti lelah, bukan? Masalah perusahaan seharusnya sudah beres. Kenapa kamu masih saja memaksakan diri lembur seperti ini? Lihat putramu yang harus ikut pulang malam denganmu.” “Dad, diamlah. Kenapa cerewet sekali?” balasnya lelah, menjatuhkan tubuhnya ke sofa tunggal dengan helaan napas berat. Mata diputar malas. Apa yang dikatakan oleh ayahnya memang benar. Masalah perusahaan sudah berjalan normal. Tapi, kedatangan pria bernama Leonard minggu lalu membuatnya takut luar biasa. Dia yang melirik putranya, seolah-olah ingin menculiknya, memisahkannya darinya. Dia tidak bisa tenang selama bekerja, makanya selama ini mengajaknya ke kantor agar bisa mengawasinya dari dekat. Jean melirik suaminya dengan sorot mata tertentu. Kode agar tidak menekan putri mereka lebih jauh. Dominic tentu mengerti, makanya dia langsung diam. “Sayang, pergilah membersihkan diri dan segera tidur. Putramu biar aku yang mengurusnya. Kamu pasti sangat lelah mengerjakan masalah perusahaan sendirian. Aku juga sudah sangat rindu dengan cucuku. Dia sudah jadi bos kecil saja yang selalu datang ke kantor. Benar-benar kejam,” kata Jean dengan nada pura-pura marah dan cemberut. Alexy tertawa kecil melihat ibunya yang memeluk putranya penuh cinta. Dia senang dengan keluarganya yang sekarang. Walaupun memiliki anak sebelum menikah, Alexy masih tetap bahagia. Bahkan, sebentar lagi kesempurnaan kebahagiaan mereka akan semakin baik dengan kehadiran Sky Bennet. Tiba-tiba saja, Leonard muncul di benaknya tanpa diminta. Wajah Alexy langsung berubah gelap dan dingin. Dia benci dengan pria dari mimpi buruknya itu. Apakah dia adalah iblis yang keluar dari neraka? Apa yang dia inginkan darinya? Bagaimana bisa dia muncul tiba-tiba di depannya? Mulutnya sungguh penuh omong kosong! Alexy berharap pria itu selamanya tidak akan muncul lagi dan benar adanya. Mungkin karena sudah dimarahi dan diberi sikap dingin, dia bisa pergi tanpa memiliki harapan untuk mempermainkannya. Berani sekali dia berkata kalau putranya adalah anaknya? Pria gila tidak tahu malu! “Hei, Sayang? Apa kamu masih kepikiran soal pria aneh di kantormu dulu? Jangan masukkan ke dalam hati. Dia bukan ayah dari anakmu. Banyak orang yang mirip di dunia ini. Dia hanya ingin mengambil keuntungan dari Aleria Corp. Percayalah, Sayang. Kamu tidak akan meragukan ucapanku, kan? Apa mungkin pria seperti itu ayah dari putramu? Tidak masuk akal! Aku adalah ayah dari anakmu. Kamu hanya perlu mengingat hal ini baik-baik mulai sekarang,” kata Kai melalui sambungan telepon setelah tahu Alexy mengalami gangguan tidur sejak kemunculan Leonard. Alexy diam sebentar di seberang sana, lalu dia berkata pelan. “Terima kasih, Kai. Kamu memang yang terbaik.” Kai tersipu malu dengan wajah tenangnya yang bijak. “Tentu saja, Sayang. Apa pun untukmu.” Alexy tersenyum tipis, lalu mulai berbicara banyak hal, termasuk mengenai pernikahan mereka yang katanya harus dipercepat agar tidak terganggu oleh kemunculan orang gila bernama Leonard. Sayangnya, walaupun sudah dibujuk dan dihibur oleh Kai, Alexy kembali bermimpi mengenai pria itu yang membuatnya ketakutan dan mengalami gangguan kecemasan hebat. Di tengah malam, dia terbangun untuk kesekian kalinya seperti pada malam-malam sebelumnya. Dia turun perlahan mengambil air karena air di dalam teko di atas nakas sudah habis. Duduk sendirian di meja tengah dapur, Alexy memijat keningnya lelah. Bayang-bayang pria di dalam mimpinya itu sungguh membuat hatinya resah. Perkataan Kai tidaklah cukup untuk memenangkan hatinya yang sudah bagaikan ombak. Dia pikir, setelah berkunjung ke psikiater, maka bisa mengurangi beban hidupnya. Tapi, kenapa malah seperti ini? Kenapa hidupnya yang setengah mati diperjuangkan ke titik ini, akhirnya kacau oleh kehadiran pria yang sudah mirip kutukan di alam mimpinya itu?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD