empat

1068 Words
Alexy menatap Leo dengan dingin dan tajam. Pertanyaannya yang terakhir membuat Alexy kesal tidak tahu kenapa. "Tuan, sepertinya Anda terlalu banyak membual." Alexy melangkah maju untuk mendekat ke arah Leonard hingga mereka akhirnya saling bertatapan untuk beberapa detik. "Apa kita saling mengenal?" tanya Alexy dengan wajah tanpa ekspresi. Leonard tidak bisa menjawab apa pun. Terlalu bingung dan menahan rasa sakit di dalam dadanya atas pertanyaan Alexy kepadanya. 'Apa semudah itu Alexy melupakan semua kenangan kami bersama?' batin Leonard. Alexy tidak menunggu jawaban dari Leonard, dia pun pergi meninggalkan Leo yang masih terdiam karena sikap berbeda Alexy. Alexy yang dulu pernah semangat dan penuh dengan tingkah kebar-barannya. Tapi, sekarang wajah wanita itu berubah mengeras, tidak ada ekspresi nakal seperti dulu. Sikapnya dingin seolah tidak ada yang boleh mengusiknya. Apa benar Alexy telah berubah dalam waktu yang singkat? "Lama tidak berjumpa, Penipu!" Kai menyentuh bahu Leonard, menyapanya dengan ucapan yang membuat pria itu marah. Leonard memandang tidak suka Kai dan menyingkirkan tangannya dari bahunya. Tanpa mengatakan apa pun, Leo pergi meninggalkan Kai. Tapi baru beberapa langkah, suara Kai membuat langkah kaki Leonard berhenti. "Jangan mengusik kami." Kai mendekati Leonard. Mereka saling menatap dengan nyalang. "Seperti yang sudah kamu lihat, aku dan Alexy akan segera menikah. Tolong demi harga dirimu sendiri, menjauhlah sejauh mungkin dari kami. Kamu tidak diterima di sini. Paham?” *** Beberapa saat kemudian, Kai mendatangi Dominic di kediaman pribadinya. Kedua pria itu berbincang di ruang kerja dan menimbulkan ketegangan. “Dia datang.” Dua kata dari mulut Kai membuat Dominic merinding. Wajah tua tampannya seketika menegang hebat. “Pria sialan itu?” Kai mengangguk dengan raut wajah sama tegangnya. “Perketat keamanan untuk Alexy dan percepat pernikahan kalian. Jangan biarkan dia sampai merusak rencana kita. Dia adalah racun untuk Alexy. Mendekatkan keduanya hanya akan membawa bencana baginya." Jean yang mendengar pembicaraa suaminya secara tidak sengaja seketika terhenyak di dekat pintu. ‘Dia? Dia datang? Pria mengerikan itu?’ batin Jean dengan kecemasan kuat di hatinya. Keringat dingin langsung mengalir deras menuruni punggungnya. Bayang-bayang masa lalu segera menghantuinya kembali, membuatnya merasa lemas dan hampir jatuh. Tubuhnya bersandar di dinding, satu tangan menutupi mulut. Terus mendengar percakapan kedua pria di dalam ruangan. Usai pamit, Kai tidak sengaja bertemu mata dengan calon ibu mertuanya. “Mom? Kamu tidak apa-apa? Wajahmu sepertinya pucat?” Pria itu dengan sangat sopan dan baik hati mendekatinya untuk memeriksa wajahnya. “Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Apa kamu mau makan malam di sini?” tanyanya dengan kecemasana disembunyikan dengan baik. Kai melihat jam tangannya sebentar, lalu berkata dengan hati sedih. “Maaf, Mom. Masih ada yang harus aku kerjakan sekarang. Mungkin besok aku bisa datang untuk makan malam.” “Baiklah. Kalau begitu pergilah. Aku juga ingin menemui ayah Alexy.” Kai pamit dengan senyum lembut setelah memastikan dia baik-baik saja. Lalu, dengan langkah berat dan hati deg-degan, dia melihat suaminya tengah menelepon seseorang di depan jendela tinggi. “Benar. Aku ingin keamanan perusahaan diperketat. Jangan sampai membiarkan orang tak dikenal masuk begitu saja. Tidak masalah jika rekan bisnis menjadi tidak nyaman. Katakan saja itu demi keamanan Alexy yang akan segera menikah dalam waktu dekat.” Ketika Dominic berbalik setelah menutup telepon, dia terkejut melihat sang istri sudah berdiri dengan tatapan sedih. “Aku sudah mendengarnya. Apa yang harus kita lakukan? Dia tidak akan mengincar Alexy, kan? Aku tidak akan pernah setuju jika dia ingin kembali bersama-sama. Dia hanya membuat putri kita terluka! Dia sangat jahat dan buruk! Dia sama saja dengan anggota keluarga Yamazaki lainnya!” ujar Jean dengan setengah menggeram, terdengar terisak penuh kesedihan di raut wajahnya yang mulai runtuh dan tidak berdaya. Dominic segera memeluknya erat untuk menenangkannya. “Tentu saja. Kita tidak akan membiarkan putri kita disakiti olehnya lagi. Pria itu tidak setulus Kai. Dia hanyalah sampah dan anjing keluarga Yamazaki. Tidak bisa memberikan kebahagiaan apa pun kepada putri kita.” “Tapi, Dominic, Kai bilang kalau dia melihat anak Alexy.” Dominic melihatnya yang mendongak cemas dengan ketakutan di kedua sorot matanya. “Tenanglah. Kamu harus yakin bahwa kebaikan akan menang. Dia dan Alexy bagaikan air dan api. Putri kita juga tidak mengingatnya sama sekali. Dengan kepribadiannya itu, akan sulit untuk mendekatinya.” Jean merasakan banyak kegelisahan luar biasa di hatinya. Tapi, sang suami berhasil membujuknya sampai dia merasa sedikit tenang. Bagaimanapun, pria dari keluarga buruk seperti itu tidak boleh bersanding dengan Alexy. Tidak peduli alasannya apa, mereka tidak akan pernah bisa memberikan restu sama sekali. *** Leonard merasa terpuruk setelah mengalami semua kejadian yang menimpanya hari ini. Dia tidak percaya kalau Alexy sudah melupakannya. Mau dia pura-pura tidak mengenalinnya atau tidak, bukankah setidaknya dia memiliki hal yang tertanam dalam dirinya jauh di alam bawa sadarnya? Karena kejadian yang cukup traumatis di hatinya tersebut, selama seminggu Leonard sudah mirip dengan pria yang depresi. Dia hanya bisa melamun di rumah sewa sementaranya seorang diri. Beberapa kali dia bahkan tidak bisa fokus mengerjakan sesuatu sampai dia harus membuat masakannya hangus begitu saja. “Pagi ini, menurut kabar terbaru, pemimpin Aleria Corp dan calon suaminya dikabarkan akan melakukan makan malam romantis bersama beberapa petinggi dari negara tetangga. Mereka ternyata cukup dekat dengan keluarga Dominic yang menjadi pertanda angin segar bagi dunia investasi dan kerja sama bisnis di negara kita.” Dari layar TV, suara pembawa berita terdengar mengisi ruang tamu rumah sewa Leonard. Pria itu tampak berbaring di sofa panjang dengan beberapa kaleng minuman berserakan di sekitarnya. Tatapannya melamun dan tampak putus asa. Dia melirik pelan ke layar TV dan membuat sorot matanya semakin sedih dan muram. ‘Lexy... kenapa kamu begitu kejam? Apakah kamu terluka sangat dalam karena perbuatanku? Maaf... aku tidak bermaksud menyakitimu... aku terpaksa melakukannya. Tapi, percayalah, cintaku kepadamu sungguh tulus...’ batinnya dengan tak berdaya. Walaupun dia berkata begitu, tetap saja isi hatinya tidak akan didengar oleh sang wanita. Kemarahan dan kecemburuan Leo perlahan memuncak seiring munculnya wajah Sky Bennet di TV. “Kai sialan! Kamu bukan apa-apa meski kamu sudah dikenal sebagai calon suami Lexy! Aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan wanitaku!” Wajah Leo mengeras, sorot matanya gelap dan semakin dalam sehingga dia seperti malaikat kematian yang tidak akan memberi ampun sama sekali. Detik berikutnya, dia kembali sedih dengan mata terpejam lelah. Bibirnya bergumam, nyaris berbisik, “Lexy... aku sangat merindukanmu...” Pria ini mengingat kembali raut wajah wanita itu tampak tidak suka dengan ucapannya. Apalagi kehadirannya. Kenapa dia sampai tidak mengingat dirinya? Apakah dia pernah kecelakaan, lalu kepalanya terbentur? Ataukah hanya pura-pura saja karena dia benci dengan perbuatannya dulu?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD