Valdi tampak bingung harus bagaimana meredam kemarahan Nanette, ini sama sekali diluar kebiasaan Nanette yang tak pernah marah dan selalu tenang di seumur kehidupan pernikahan mereka. Nanette sekalipun tak pernah menaikan suaranya saat berbicara kepada Valdi. Tapi sekarang ini, dia bahkan ber aku, kamu dengan diriku. Valdi sungguh-sunguh, sangat binggung dan tidak tahu harus berbuat atau berkata apa untuk menenangkan Nanette yang saat ini tampak sangat emosi.
Otak Valdi, terasa makin kosong saat ini. Semakin Valdi memikirkan, apa yang harus dia katakan kepada Nanette, semakin kepalanya sakit dan berdenyut-denyut. Valdi tanpa sadar mengambil handphonenya dari kantong celananya untuk melaporkan kepada Lucas tentang kondisinya saat ini.
Nanette yang melihat Valdi mengambil handphonenya dari kantong celananya , semakin marah. Valdi bukannya menenangkan dirinya yang lagi emosi tingkat tinggi, tapi malah meraih handphonenya. Pasti Valdi merasakan getaran dari handphone yang berada di kantong celananya. Pasti perempuan itu mengirim pesan kepada Valdi, yang bahkan tidak bisa Valdi abaikan di kala Nanette istrinya sedang marah. Valdi lebih mementingkan perempuan itu sekarang, dibandingkan dengan dirinya. Nanette bukan lagi wanita terpenting untuk Valdi sekarang ini. Hati Nanette , sakit sekali. Air matanya semakin turun mengalir di pipinya. Dan melihat Valdi yang sekarang sibuk menekan-nekan tuts di handphonenya mengetik pesan. Nanette merasa hatinya mau meledak. Dia tak bisa lagi berpikir jernih. Langsung di rebutnya handphone Valdi dari tangan Valdi, tanpa memperdulikan jeritan Valdi yang berteriak
“ Jangan dibaca , Ma….! ” Valdi langsung mencoba kembali merebut handphonenya.
Nanette sigap memundurkan langkahnya dan segera membaca isi pesan Valdi yang tertuju kepada Lucas.
Luc..Nanette marah besar. Aku tidak tahu apa kesalahanku. Nanette bilang aku keseringan lihat handphoneku. Jadi , aku nggak bisa lagi , sering-sering melapor keadaan lupaku kepadamu. Aku nggak mau Nanette curiga dan marah. Biarlah penyakitku memburuk, biarlah aku sakit, biarlah kita tidak usah buat grafik tentang keadaan lupaku, aku tidak tahan melihat Nanette menangis begitu sedih….
Tubuh Nanette langsung menegang, wajahnya berubah memucat. Valdi yang duduk di kursi, langsung berdiri dan berjalan menuju Nanette dan langsung memeluknya erat.
“ Maafkan aku. Maafkan aku..” Hanya kata-kata itu yang berulang kali keluar dari mulutnya.
Nanette tubuhnya tetap membeku dan membiarkan Valdi memeluknya tapi tangannya tetap menscroll membaca pesan Valdi ke Lucas. Pada tanggal mereka ke Penang. Ada pesan dari Lucas yang berisi grafik pertama, kalau saat di rumah Valdo dan Nanette menelepon Valdi. Valdi lupa kalau Nanete dan dirinya telah menikah. Lalu saat mereka makan di restoran di mall minggu lalu ,Valdi lupa nama dan arah ke restoran tersebut sampai harus tanya satpam. Hati Nanette teriris semakin perih dan dia menangis tersedu-sedu sambil berkata dan memukul punggung Valdi dengan tangan lemahnya
“ Aku jahat.. Aku istri yang sangat jahat. Maafkan aku. Aku tidak tahu, papa sakit. Maafkan aku. Maafkan aku.” Kata Nanette berulang sampai suaranya tersekat di lehernya.
Sekarang suami istri itu saling memeluk dan menangis tersedu-sedu. Menumpahkan segala kesedihan dan kesalahpahaman dalam diri mereka . Valdi membelai-belai punggung Nanette. Air matanya juga jatuh membasahi bahu Nanette. Nanette membenamkan kepalanya di dadanya Valdi dan menangis begitu perih sampai bahunya berguncang-guncang.
Valdi membimbing Nanette untuk duduk kembali di kursi. Valdi memandang wajah Nanette dengan penyesalan yang terpancar di matanya. Nanette juga airmatanya terus mengalir tanpa henti.
“ Jangan nangis, Ma.. Jangan nangis.Hati papa sakit melihat mama menangis.” Kata Valdi lirih dengan suara bergetar juga menahan tangis.
“Mengapa, papa tidak cerita kepada mama? Mengapa papa diam saja, membiarkan mama menuduh papa telah berselingkuh? Padahal papa sedang sakit. Mengapa papa memendam sendiri semuanya? Kita ini suami istri ,Pa. Kita harus berbagi segala suka dan duka.” Kata Nanette pelan dan mengenggam tangan Valdi erat.
“ Papa hanya tidak ingin mama bersedih. Papa ingin mengusahakan segala upaya dulu dengan bantuan Lucas agar keadaan papa tidak semakin memburuk, dan papa bisa bertahan lebih lama sehingga mama tidak perlu menghadapi segala kesedihan dan kesusahan. Papa tidak ingin mama menderita. ” Kata Valdi pelan.
“ Jangan lagi dibahas tentang tidak mau membuat mama sedih , sekarang mama sudah terlanjur tahu. Mari kita hadapi bersama. Coba papa jelaskan dengan rinci diagnosa Lucas tentang penyakit papa. Mama sebagai istri merasa sangat berdosa, bila tidak tahu apa-apa dan malah menuduh papa yang tidak-tidak. Mama merasa berdosa , Pa.” Kata Nanette penuh penyesalan, tapi logikanya tetap jalan, dia tidak ingin lagi mengulang kesalahannya, sekarang saatnya memperbaiki dan mendengar penjelasan Valdi tentang penyakitnya agar dapat mereka hadapi bersama-sama.
Valdi tampak menghela nafas panjang. Lalu memeluk tubuh Nanette untuk mendapatkan kekuatan agar dia bisa menceritakan semuanya kepada wanita yang begitu dia cintai dan begitu mencintai dirinya. Wanita yang mungkin akan segera dia lupakan kalau keadaan penyakitnya semakin parah.
“ Kalau papa tidak bisa cerita, gimana kalau mama telepon Lucas dan menanyakan kepadanya?” Kata Nanette dengan lembut dan membelai sayang rambut lebat Valdi, suami tersayangnya. Lelaki yang menjadi ayah dari anaknya. Lelaki yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama dan lelaki yang begitu dia cintai dengan segenap jiwa raganya.
“ Papa terdiagnosa Atrofi otak. Mama tahu kan nama penyakit yang tidak bisa disembuhkan itu? Nah untuk lebih jelasnya kapan papa terdiagnosa dan kejadian-kejadiannya. Mama boleh lihat chat papa dengan Lucas. Lucas sudah menyusun suatu grafik khusus untuk papa supaya dia tahu, tingkatan penyakit papa, apakah memburuk dengan cepat atau tidak. Papa sudah berusaha menuruti semua nasehat Lucas, untuk rajin olahraga, makan makanan sehat, tidur yang cukup dan tidak stress. Sebulan ini papa baik-baik saja. Hanya ada lupa beberapa hal tapi tidak terlalu signifikan. Papa ke Penang untuk second opinion, ketemu dengan seorang professor neurologi asal Iran yang menurut Lucas sangat pintar. Diagnosa beliau sama dengan Lucas, kalau memang penyusutan otak yang menjadi penyakit papa. Papa udah bisa menerimanya kok, Ma. Upaya papa dan Lucas adalah agar penyakit papa itu tidak memburuk dengan cepat. Jadi Lucas berinisisatif membuat suatu grafik tentang keadaan diri papa. Kalau ada yang papa lupakan, atau ada kejadian-kejadian yang tidak biasanya terjadi pada diri papa, harus segera papa laporkan kepada Lucas. Makanya papa selalu pegang handphone sebulan ini. Juga papa harus sering-sering fotoin dengan handphone papa, tempat papa parkir mobil, atau nama restoran dan tempat-tempat yang papa kunjungi agar papa bisa bertanya kalau tiba-tiba lupa arah.” Kata Valdi menerangkan.
Nanette semakin tersedu-sedu
“ Ssttt…Jangan nangis lagi dong. Katanya mau menghadapi semua ini, bersama-sama papa. Papa lega, mama tahu sekarang. Karena mama bisa bantu papa. Papa akan memberitahu PIN kantor papa dan juga Pin ATM papa, bila kalau papa lupa, papa bisa minta tolong mama. Selama ini papa binggung, harus percayakan kepada siapa. Orang lab belum ada yang tahu tentang penyakit papa ini.” Kata Valdi dengan suara lebih tenang sekarang.
“Apakah tidak berbahaya, Pa. Kalau papa masih tetap kerja?” Tanya Nanette khawatir.
“ Sementara ini, papa belum lupa tentang pekerjaan-pekerjaan papa, untuk semua penelitian , papa masih bisa melakukannya. Dan sekarang ini , papa sudah banyak melimpahkan penelitian kepada peneliti muda lainnya, papa tinggal lihat laporan hasil akhir dan tanda tangan. Nanti, kalau keadaan papa semakin memburuk, papa akan segera resign. Papa juga tidak ingin,nama baik Lab Sigma di bawah kepemimpinan papa hilang tak berbekas, kalau ada penelitian yang salah yang diakibatkan oleh penyakit papa”. Kata Valdi menenangkan Nanette.
Nanette menganggukan kepalanya lalu berkata pelan.
“ Kita harus ikutin semua anjuran dari Lucas. Papa yang penting jangan stress. Jangan terlalu diforsir otaknya dan maafkan mama ya, yang pasti membuat papa stress sebulan ini, dengan selalu mencurigai papa dan marah-marah tak jelas. Mama takut kehilangan papa. Mama takut papa tidak lagi mencintai mama, sehingga mama berprilaku seperti anak SMA yang cemburu buta. Mama akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu papa. Kita akan hadapi ini berdua. Eh bertiga deh bersama Lucas. ”
“ Berempat bersama Valdo. ” Potong Valdi tersenyum.
“ Iya, berempat bersama Valdo. Mari kita hadapi bersama-sama. Mama yakin dengan bantuan Lucas dan Valdo , kita akan bisa menghadapinya. ” Kata Nanette tenang sekali.
Valdi jadi sangat bersyukur telah mengungkapkan semuanya kepada Nanette. Dia takjub dengan ketenangan Nanette. Selama ini kekhawatirannya akan membuat Nanette terpuruk bila mengetahui penyakitnya , tidak terbukti sama sekali. Nanette bisa menghadapinya dengan tenang bahkan bisa menghiburnya.
“ Rahasiakan dulu dari papa dan mamaku ya, Ma” Pinta Valdo.
“ Iya, kita rahasiakan dulu dari semua orang. Hanya kita berempat yang tahu. Aku juga tidak akan bercerita kepada mama dan papaku. Aku akan berdoa keadaan papa akan baik-baik saja sampai Viona besar nanti.”
“ Yuk.. kita tidur, Pa. Uda malam. Papa tidak boleh bergadang”. Kata Nanette sambil berdiri. Nanette langsung masuk ke kamar mandi. Valdi berpikir, Nanette pasti sedang menggosok gigi dan mencuci wajahnya untuk bersiap-siap tidur. Tapi ternyata di sudut kamar mandi, dengan menyalakan showernya. Nanette terduduk lemas dan menangis sejadi-jadinya. Airmatanya dia tumpahkan semuanya, bersama pancuran air yang mengalir deras dari keran shower agar Valdi tidak mendengar tangisannya dan hanya bisa mendengar suara kencang pancuran air. Hatinya teriris perih bagai disembelih. Dari tadi dia bertahan untuk tidak mengeluarkan air mata, apalagi setelah mendengar Valdi tidak boleh stress. Sekarang semua ketakutan dan kesedihannya , Nanette luapkan di kamar mandi ini. Nanette belum sanggup harus kehilangan Valdi. Nanette belum sanggup harus hidup tanpa diri Valdi di sampingnya. Viona juga masih membutuhkan kasih sayang ayahnya. Viona pasti akan sangat kehilangan sosok Valdi yang begitu penyayang. Seorang ayah yang bisa mengajak Viona main rumah-rumahan dan boneka-bonekaan di hari liburnya. Yang bisa menyanyi lagu nina bobok untuk menidurkan Viona. Apa yang harus aku lakukan, kalau Valdi melupakan kami? Kapan dia akan melupakan kami? Besok, Lusa, Minggu depan atau bulan depan ? Aku takut sekali. Apa yang harus aku lakukan??
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
“ Ma.. Mama. mandi? Kok tumben mandi malam-malam?” Jerit Valdi dari luar pintu kamar mandi.
Nanette menghela nafas panjang . Nanette segera menyelesaikan mandinya karena dia sudah terlanjur basah kuyup. Lalu menuju wastafel untuk menggosok gigi. Matanya tampak sembab. Nanette memutuskan untuk memakai masker kertas di wajahnya agar Valdi tidak curiga. Lalu dia segera keluar dari kamar mandi dan melihat Valdi telah tidur di tempat tidur sambil memandang langit-langit kamar. Nanette berbaring di sisi Valdi dan membelai pipinya. Valdi membalikkan kepalanya dan melihat istrinya yang sedang memakai masker dan rambutnya tampak basah
“ Kenapa keramas? Emang kita habis bermesraan tadi? Papa kok lupa? Ada ya, Ma?” Tanyanya binggung. Aduh sudah begitu parahkah dia, sampai baru melepas hasrat aja dia lupa?
Nanette menggeleng-gelengkan kepalanya.
“ Nggak pa, kita tidak melakukannya. Mama rambutnya lepek banget , jadi keramas aja tadi karena mau maskeran juga, jadi sekalian aja.” Kata Nanette sambil menenggelamkan kepalanya dalam pelukan Valdi.
Valdi membelai-belai rambut Nanette dengan lembut.
“ Kita hari ini saling memeluk saja ya Ma, Maaf papa lagi tidak mood memberikan mama nafkah bathin. ” Kata Valdi . Saat ini , Valdi memang lagi tidak kepingin. Dia seperti laki-laki yang tidak berhasrat. Biasanya dia tidak pernah seperti ini, kalau sudah Sabtu, Minggu, Valdi pasti akan meminta jatahnya untuk bermesraan dengan Nanette. Tapi sudah sebulan ini , dia tidak kepingin. MInggu lalu, mereka juga tidak melakukannya karena Nanette lagi marah. Dan minggu ini , Valdi juga lagi tidak ingin melakukannya. Semoga Nanette memahami.
“ Jangan khawatir Pa, Mama lagi dapet. Jadi juga tidak bisa bermesraan dengan papa. Papa jangan merasa bersalah gitu dong. Emang mama nuntut untuk selalu dapat jatah tiap minggu? Kan papa yang biasanya nagih. ” Kata Nanette mencoba bercanda.
Dalam hati , Nanette sedih, karena biasanya Valdi tak pernah lupa jadwal menstruasi Nanette. Dia pasti akan memijat-mijat pinggang Nanette untuk meredakan nyeri pinggangnya dan selalu akan pesan ke Bik Sum untuk membuatkan Nanette jamu Kunyit asem. Tapi kali ini dia lupa. Nanette harus mulai membiasakan diri dan tidak banyak menuntut apa yang selalu Valdi lakukan untuknya. Nanette tahu, Valdi pasti lebih sedih dibandingkan dengan siapapun. Tapi dia berusaha tegar agar orang-orang yang disayanginya tidak semakin terpuruk. Kini saatnya aku harus lebih kuat daripada Valdi agar aku bisa mendukung Valdi dan memberinya kekuatan untuk menghadapi segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi.
Penyakit ini memang tidak bisa disembuhkan. Tapi Nanette yakin, dia dan Valdi akan bisa menghadapinya bersama-sama. Cinta mereka yang kuat akan bisa membuat Valdi bertahan dan Valdi tak akan melupakan Nanette dan Viona dalam sekejab mata. Pasti Nanette dan Viona yang akan menjadi orang terakhir yang dilupakan Valdi. Nanette bertekad akan membuat Valdi tidak pernah melupakannya. Itu akan menjadi tujuan Nanette sekarang. Nanette semakin memeluk erat Valdi dan Valdi membalas pelukan Nanette dan mencium kening Nanette mesra dan berkata lembut
“ Terimakasih, Ma untuk semua cintamu . Terimakasih selalu mendukung aku. Aku mencintaimu.”
“Maafkan aku , Pa. Maafkan aku yang menuduhmu berselingkuh. Aku berjanji tidak akan lagi berprilaku seperti itu. Maafkan aku.” Kata Nanette perlahan.
“ Papa juga minta maaf karena telah merahasiakan kebenaran kepada mama. Papa yang salah sehingga membuat mama curiga. Papa yang banyak melakukan kesalahan kepada mama. Maafkan papa.” Kata Valdi dengan sedih.
“ Uda, Pa. Kita saling memaafkan. Tetap semangat ya, Pa. Jangan pikirkan hal yang berat. Biar mama aja yang mikir sekarang. Kalau ada kejadian lupa, selain Lucas, papa ingat kasih tahu mama juga ya. Kita pasti akan berhasil melewatinya. Kita pasti bisa, Pa. Aku cinta sekali pada papa” Kata Nanette menaikkan kepalanya dan mengecup bibir Valdi dengan lembut.
Valdi memejamkan matanya menikmati ciuman itu dan merekapun saling memeluk, mencoba untuk tidur, tapi sebenarnya hati kedua suami istri itu sangat galau dan sedih. Mereka berharap semoga prahara ini akan bisa mereka berdua hadapi dengan kekuatan cinta tulus dan tak berbatas mereka.Tapi mungkinkah? Sampai kapan Valdi akan bertahan? Sampai kapan Valdi tidak akan melupakan mereka???