7

1550 Words
Ona sudah kembali ke rumahnya, riuh yang tadi ia rasakan saat bersama dengan teman-temannya sekarang berubah menjadi sepi yang tak bertepi. Apalagi Nathan juga kali ini tidak akan pulang, ia akan menginap di kosnya. Jadilah Ona akan tinggal sendiri di rumah, ya meskipun ada bibi dan beberapa asisten rumah tangga yang lainnya tapi tetap saja dunia Ona sepi. Ini masih sore dan Ona sudah kesepian, ia pun memiliki rencana untuk makan malam di luar nanti malam. Ia tidak akan mengatakan kepada Nathan karena jika ia bilang pasti Nathan tidak akan mengijinkan dirinya untuk pergi. Ona juga tidak ingin membebani Oreo malam ini, ia tahu mungkin saja Oreo lelah karena tadi saat disekolah Oreo juga sempat marah kepada dirinya. Biarkanlah Ona tenggelam dalam rasa sepinya malam ini, ia akan sendiri lagi. Sepertinya sendiri sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Ona. Kehidupan yang malang, makanya Ona ingin merubahnya dengan memperjuangkan Oreo. Entah kenapa Ona yakin bahwa Oreo mampu membuat dirinya bahagia. Namun itu pun jika Oreo merasakan hal sama. "Mbak Ona, mau makan apa untuk nanti malam?" tanya Bibi tersebut. "Ona ga makan di rumah ya Bi. Ona ada janji makan sama temen di luar." ujar Ona dan bibi pun mengangguk. Sepertinya Bibi tidak curiga kepada dirinya karena jika bibi curiga, bibi pasti akan menanyakan apakah Ona sudah ijin kepada Nathan atau belum. Namun kali ini bibi tidak menanyakan hal itu. Syukur deh bibi ga curiga sama Ona. Sekarang tinggal Ona mikrin deh mau makan dimana nanti. Batin Ona yang sudah mencari-cari restoran mana. Namun memikrkan ia yang nanti akan makan sendiri, lagi-lagi Ona merasa sedih. Padahal ia sangat benci sendiri tapi ia harus makan jika tidak ingin sakit, ia serba salah memang. Namun ya begini adanya dirinya itu. "Oreo mau ga ya Ona aja.... Ah ga, Ona please jangan bebani Oreo buat hari ini aja please. Okay Ona mikirin lagi mana kira-kira tempat makan yang enak." ujar Ona memikirkan lagi dan ia bertemu akhirnya dengan salah satu tempat makan saat ia mencari di internet. Sebenarnya bukan tempat makan saja, tapi itu adalah sebuah bar. Dari dulu Ona ingin pergi kesana karena kata reviewer makannya memang enak-enak. Catat, ia ingin pergi kesana bukan karena ingin minum-minum tapi Ona ingin makan makanan yang enak. Ona pun memutuskan untuk pergi ke sana nanti. Tak apa, tak ada yang akan tahu tentang itu. Ia yakin bahwa teman-temannya tak ada yang punya pikiran ingin pergi kesana juga. Jadinya ia akan aman nanti. Ona pun kini mandi dan setelah mandi ia memilih baju yang akan ia gunakan. Setelah sudah, kini Ona pergi dari rumahnya itu dengan menggunakan mobilnya. Biasanya memang ia selalu disetiri oleh sopirnya atau temannya. Namun sekarang Ona sedang sendiri. Lagi pula jika ia berangkat bersama dengan sopirnya akan gawat karena sopirnya pasti akan laporan pada Nathan. Ia tak mau Nathan tahu. "Maafin Ona ya A Nathan, tapi tenang aja Ona janji kalo Ona ga akan minum kok." ujar Ona yang sekarang sudah berada di dalam mobilnya sendiri. Ona sebelumnya belum pernah pergi ke tempat yang akan ia tuju ini. Namun ia tahu dimana tempatnya, ia pun sedang menuju kesana sembari berkutat dengan kemacetan jalan raya di malam hari. Sebenarnya sampai sekarang pun Ona masih takut, ia masih bimbang apakah ia harus Makan disana atau tidak. Semuanya benar-benar btidak bisa ia putuskan cepat. Namun pada akhirnya Ona memutuskan untuk pergi ke bar itu, hitung-hitung juga bisa jadi pengalaman untuknya. Ona pun sekarang sudah berada di parkiran bar. Perutnya benar-benar sudah sakit dan juga panas hari ini. "Bodo deh, Ona pokoknya mau makan." ujar Ona kepada dirinya sendiri. Namun sebelum masuk ke dalam, Ona sekarang ini merapihkan dirinya sendiri agar tidak terlihat kucel karena dirinya nanti akan masuk sendirian juga. Ona sudah selesai dan kini ia sudah masuk ke dalam, tampak terdapat dua bagian yang menyatu di dalam. Bagian samping kanan adalah bagian dance floor meskipun ada beberapa table. Sementara bagian kiri full table tapi bisa untuk melihat orang-orang yang sedang dance. Ona memilih bagian kiri tentunya karena ia juga sendiri, ia takut jika dibagikan kanan ia akan diganggu. Ia sedang memesan makanan dan minuman, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak minum. Jadinya sekarang ia pun tidak membeli minuman beralkohol. Ona hanya membeli nasi goreng, steik dan lemon tea. Sekarang ini ia sedang menunggu makanan mereka datang sembari melihat sekitar. Ia juga sekarang melihat ke handphonenya, lebih tepatnya i********:. Banyak yang update di i********: kali ini, ia pun melihat story-story orang-orang hingga akhirnya makanan mereka datang. Ona pun sekarang makan sendirian disana, ia sudah mengeluarkan instagramnya dan menyimpan handphonenya. Saat Ona sedang makan, tiba-tiba handphonenya berdering. Ona melihat handphonenya, ternyata yang menelfon dirinya adalah Nathan. "Aduh mati nih Ona kalo A Nathan tahu Ona disini. Mana musiknya ga bisa di hentikan lagi. Duh, Ona gimana dong." ujar Ona mulai berpikir lagi. Akhirnya Ona membiarkan dering itu berhenti dengan sendirinya, tapi sepertinya Nathan tak menyerah karena sekarang ini Nathan sudah menelfonnya lagi. Ona benar-benar bingung hingga pada akhirnya Ona memilih untuk mengirimkan pesan saja kepada Nathan. Ia membuka room chat dengan Nathan sembari masih memikirkan apa alasan yang tepatnya. "Duh Ona tulis aja ga bisa terima telfon karena speakernya rusak aja deh. Semoga A Nathan percaya sama Ona tersebut. Ia pun mengirimkan pesan itu pada Nathan. Untung saja Nathan langsung percaya kepadanya. Jadinya Nathan tidak banyak bertanya kali kepada dirinya. Ia sudah bebas sekarang. Ia pun melanjutkan makannya kembali, ternyata benar makanan disini enak. Sementara itu, Oreo dan teman-temannya sedang mengendarai mobil menuju ke bar yang sering mereka datangi. Oreo yang mengajak Putra dan Zaki ke bar karena Oreo sepertinya butuh minum. Ia pusing memikirkan hatinya. Ia pusing ketika ia hanya bisa diam saja pada orang yang ia cinta. "Re, Lo pusing mikirin Ona?" tanya Putra tapi Oreo masih diam saja. "Jelas bukan lah Ra. Lo kayak ga tahu dia aja, mana pernah dia mikirin Ona. Yang ada di pikirannya sekarang itu, sahabatnya Ona." jawab Zaki. "Re, Lo masih nyimpen rasa buat Acha? Come on Re, why? Lo ga mikirin gimana nanti kalo Ona tahu ternyata orang yang dia cintai malah mencintai sahabatnya sendiri. Lo kan tahu Acha itu sahabat number one punyanya Ona. Ona pasti bakalan sedih banget." ujar Putra kali ini membuat Oreo menatap. "Gua ga pernah ya minta dia buat suka sama gua. Gua ga pernah minta dia buat bertahan sama gua. Lagi pula harusnya dia tahu kalo gua ga suka sama dia. Dianya aja yang terlalu terobsesi sama gua." ujar Oreo tersebut. "Re, ga ada yang tau dimana hati bakalan berlabuh. Lo ga pernah minta tapi sikap Lo ke Ona bikin dia jadi berpikiran kalo dia spesial." ujar Putra lagi. "Gua rasa Lo tahu kan Put kenapa gua selama in kayak gitu sama Ona? Gua udah terlanjur janji sama Bang Nathan. Itu aja, tapi asal Lo tahu kalo dari dulu sampai sekarang hati gua ga berubah. Yang gua suka itu cuma Acha, ga ada yang lainnya. Lo bener, hati ga ada yang tahu dimana dia akan berlabuh." ujar Oreo yang mana sekarang sudah sampai di parkiran bar. Ia pun masuk. "Put, calm dikit. Oreo lagi ga baik-baik aja." ujar Zaki kepada Putra. "Ona lebih parah, Ona ga pernah baik-baik aja karena dia mencintai orang yang salah selama ini." ujar Putra. Mereka pun menyudahi pembicaraan itu dan langsung masuk menyusul Oreo. Kini mereka sudah berada di dalam. Mereka pun langsung pergi ke dance floor dan duduk di salah satu table. Tentu karena mereka ingin minum, mereka mebeli minum dan makanan juga. Setelahnya mereka menunggu sembari menatap sekitar yang sangat ramai. Sementara itu, Ona sudah selesai makan dan sekarang ini dirinya tengah meminum lemon teanya. Ia menatap ke sekitar juga, banyak sekali ternyata orang-orang yang memadati Bar and Caffe ini. Untung saja diantara mereka tidak ada teman Ona. Namun Ona baru melihat yang ada di sekitarnya. Ia belum melihat lagi yang ada di dance floor. Mungkin nanti ia kan melihat. "Ohh ternyata kayak gini ya yang namanya Club Malam. Ya meskipun ini ga sepenuhnya Club Malam sih." ujar Ona sendirian. Ona melihat i********:. Sebenarnya sedari tadi ia ada disini, sudah terdapat beberapa mata yang menatap ke arah Ona dengan pandangan tertarik. Namun mereka tidak mendekati Ona karena takutnya Ona bersama dengan cowoknya, tapi setelah dilihat sepertinya Ona sendirian karena Ona bahkan sudah menghabiskan makannya. Jadinya semuanya berpikir sekarang untuk mendekati perempuan yang masih belum mereka ketahui namanya. Mereka penasaran dengan Ona karena gaya Ona yang terlihat lucu, sangat berbeda dengan cewek lainnya. "Siapa nih yang mau deketin? Keliatan polos gitu woy anaknya. Jangan di rusak ya Lo pada. Kasihan." ujar Zahra yang mana ia bersama dengan cowok-cowok yang sedari tadi menatap ke arah Ona. Mereka pun saling tatap. "Ga akan lah, Lo kan tahu kita kayak apa Ra. Siapa nih yang mau maju? Kalo ga ada gua nih ya yang maju." ujar Loane kepada teman-temannya itu. "Gua yang bakalan maju." ujar Kala membuat semuanya menatap kaget. "La, are you serious?" tanya Zahra yang juga kaget karena Kala bahkan tidak pernah terlihat dengan dengan cewek. Ia selalu menolak cewek mana pun yang akan mendekatinya. Namun ini malah berbeda, Kala menawarkan diri untuk mendekati cewek itu. Tentu mereka langsung berpikir bahwa Kala menyukai cewek itu. Mereka sangat senang jika memang itu benar adanya. "Okay deh kalo gitu sok atuh dekati." ujar Barka kepada Kala. Kala tampak mengangguk dan ia berjalan menuju ke table milik Ona itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD