Rasakan Saja

1237 Words
Dalam keremangan ruangan yang hanya diterangi cahaya rembulan yang menembus melalui jendela terbuka, mata awas Ye Xuan mendapati sosok pemuda di lantai. Anak sang paman, Yongki.   Pemuda itu masih mengaduh kesakitan karena pergelangan tangannya dipelintir, ditambah tubuh besarnya dibanting. "Hei! Hei! Apa-apaan kau ini, Fei?!" pekik Yong, anak lelaki paman.   Ye Xuan menambahkan satu kaki yang ia tindihkan ke atas perut Yong, mengakibatkan jeritan pria muda itu kian menjadi.   Yong sungguh tak menyangka bahwa ia akan mendapatkan perlakuan demikian dari Fei.   "Kau sendiri yang memintanya!" geram Ye Xuan memakai suara Fei. Tatapannya berkilat tajam di bawah berkas cahaya rembulan.   "Ada apa ini?!" Pintu sudah dibuka oleh Bibi Ru dan paman karena suara keributan itu.   Mata Bibi Ru segera membola nyaris lepas dari kelopaknya melihat putra kesayangan ada di lantai dan dikuasai Fei.   Ketika Bibi Ru akan mendekat untuk mendorong Fei, ia malah mendapat tatapan tajam Fei. Sekejap, Bibi Ru urung maju, terpaku mendapatkan pandangan sengit dari keponakannya.   Namun, kemudian ia tersadar dan tetap maju. Ketika ia mendorong Fei, tubuh gadis itu bagaikan batu karang, kokoh tak bergeming. Itu sungguh membuat Bibi Ru keheranan bagaimana bisa tubuh keponakannya bisa seteguh itu berdiri? Bukankah biasanya Fei lembek dan pasrah jika didorong si bibi?   Nyatanya, kini Bibi Ru bagai sedang mendorong karang. Atau dia yang saat ini terlalu lemah? Tapi dia tadi sudah makan malam! Tak mungkin kekurangan tenaga.   Maka, Bibi Ru pun kembali mencoba mendorong tubuh Fei, berharap bisa menjatuhkan keponakannya seperti biasa. Sayangnya, itu hanya angan-angannya. "Kau..!" Ia melotot ke Fei.   Akhirnya Ye Xuan sendiri yang menyingkirkan satu kakinya dari perut Yong karena ia sendiri muak mendengar jeritan manja Yong yang kesakitan, lalu ia minggir dua langkah menjauh dari Bibi Ru.   "Apa... apa yang kau lakukan, Fei?" tanya Paman Sandi tak mampu bergerak, hanya bisa mendelik takjub. Dalam sekejap, keponakannya yang manis berubah menjadi singa garang mengalahkan anaknya.   Ye Xuan tak menjawab, dan memilih menatap paman dan bibinya tajam lalu beralih ke Yong yang mulai bangkit dibantu ibunya.   "Mama... dia... dia jahat sekali!" adu Yong layaknya anak manja.   "Apa yang dia lakukan padamu, sayang?" Bibi Ru mengelus-elus d**a dan perut anaknya.   Menyadari orang tuanya pasti akan membelanya, Yong kian menjadi, bertingkah seolah tulang rusuknya patah semua, mengaduh berlebihan. "Dia memelintir tanganku. Lihat, ini sakit sekali. Lalu dia juga membantingku dan kemudian menginjak-injak perutku sampai rasanya lambungku perih sekali! Besok ini harus diperiksakan ke Rumah Sakit!"   Ruwina melotot galak, tak terima putra kesayangan diperlakukan demikian oleh keponakan yang dia anggap sampah di rumah ini. "Kau!" Ia menunjuk ke arah Fei penuh emosi.   "Fei! Kau kejam sekali!" tambah Paman San.   Ye Xuan memandangi mereka bertiga. "Aku? Kejam? Kenapa kalian tidak bertanya pada anak kalian sendiri kenapa dia berada di kamarku di waktu begini?"   Seketika Yong kelu, menunduk bingung. Ia takut-takut memandang kedua orang tuanya yang menatap menyelidik ke arahnya. "Aku... aku..." Ia sibuk memeras otak mencari dalih.   "Kau ini!" Bibi Ru menepuki keras lengan anaknya saking gemas dan menahan kesal.   "Aduh! Aduh! Mama! Aku tidak bersalah! Aku tidak bersalah!" Yong berkilah.   "Sudah Mama bilang agar kau jauh-jauh dari sampah ini! Belum cukup kah kau membuat Mama pusing ketika harus menggugurkan janin Fei akibat ulahmu?" Bibi Ru terus memukuli anaknya meski tidak keras. Mana sanggup dia menyakiti anaknya?   Sungguh cinta kasih ibu memang sebesar gunung. Meski anaknya sebej*t apapun, di mata sang ibu anaknya tetaplah suci, yang terbaik dan terhebat, apapun yang terjadi.   Ternyata Ruwina tetap menutup matanya atas kejadian memalukan yaitu kehamilan Fei setelah berulang kali diperkosa Yong. Bagi Ruwina, itu salah Fei yang tak bisa menjaga diri dan martabatnya. Ia menganggap Fei yang genit menggoda anaknya di belakang dia.   "Tidak! Aku... dia.. dia yang mengundangku ke sini!" Yong malah melemparkan kesalahan ke Fei dengan lantang, lalu merasa puas seketika setelah yakin pasti alasan itu akan ditelan mentah-mentah oleh ibunya.   Sesuai dugaan, Bibi Ru memang mempercayai semua ucapan anaknya tercinta. Hanya ayahnya yang mencebikkan bibir tak percaya. Itu karena kedua pria itu sudah terbiasa melakukan tindakan amoral pada Fei.   Fei memang pernah hamil gara-gara kelakuan b***t sepupunya, namun Sandi melemparkan kesalahan pada sang putra meski dia juga ikut andil melecehkan Fei untuk menyelamatkan mukanya di depan sang istri.   Dan Ruwina mempercayainya. Mereka memaksa Fei menggugurkan janin yang sudah berumur 2 bulan lebih.   Teringat bagaimana itu adalah salah satu momen terburuk dalam hidup Fei, ketika detik-detik jiwanya serasa berkeping dan tak bisa utuh kembali.   Kejadian itu belum ada setengah tahun berlalu. Dikarenakan tekanan batin terlalu kuat dirasakan Fei, makanya dia nekat ingin mengakhiri hidupnya saja. Namun, siapa sangka ketika dia sekarat, justru ada jiwa lain yang masuk ke tubuhnya menggantikan dia?   Kini, Ye Xuan seakan membalaskan rasa sakit Fei pada Yong. Meski Fei di ruang jiwa sempat ketakutan dan ingin hentikan aksi Ye Xuan, namun akhirnya dia hanya terdiam saja.   Ye Xuan belum mengendurkan tatapan tajamnya ke tiga orang di depannya. "Anggaplah memang itu seperti yang dikatakan anakmu," Ia menunjuk ke Yong yang terkejut akan keberanian keponakannya yang biasanya lemah, lalu lanjut berucap, "Maka aku sengaja mengundangnya kemari untuk menghajarnya. Lalu kenapa jika memang begitu?" Sorot matanya menampakkan tantangan.   Ye Xuan sudah tak tahan lagi pada keluarga gila ini. Setidaknya dia sudah siap berkonfrontasi langsung jika memang diperlukan. Rasanya membunuh ketiga manusia di depannya ini takkan menambah dosanya, dan justru bukankah ini bisa mengurangi keburukan dunia?   "Kau! Dasar perempuan sund*l! Jal*ng!" serapah Ruwina tak terima dan mengayunkan tangan ke muka Feira.   Namun, belum sempat tangan itu setengah jalan, sudah ditangkap oleh Ye Xuan dan dihentak sehingga tubuh Bibi Ru terdorong ke belakang.   "Fei! Kurang ajar sekali kau!" Paman San maju untuk memberi pelajaran ke Fei, tapi malah dengan sekali dorongan ringan dari Ye Xuan, lelaki paruh baya itu terdorong kuat ke belakang hingga menghempas ke tembok. Untung saja tidak sampai merubuhkan tembok.   Ye Xuan menatap telapak tangannya dan bergumam agak keras, "Beruntung sekali kau bahwa kekuatanku belum pulih sepenuhnya, atau kau akan terkapar dan takkan bisa bangun lagi."   Bibi Ru sudah akan menyerang, tapi urung ketika melihat wajah gahar keponakannya bagai singa siap menerkam.   "Kau ingin merasakan seperti suamimu juga?" tanya Ye Xuan dengan pandangan sengit.   Bibi Ru menggeleng ketakutan. Meski begitu, ia masih sempat berujar, "Kau... dasar perempuan tak tahu diuntung! Sudah untung kau ditampung di sini, kau ini anjing yang berani menggigit tangan tuan yang memberimu makan dan tempat tinggal, heh?"   "Pergi dari kamarku. Aku tak ingin melihat kalian semua," usir Ye Xuan tegas sambil kibaskan tangannya, dan langsung sadar bahwa dia tidak lagi memakai pakaian lengan panjang ala jamannya dulu.   Setelah ketiga orang itu keluar dari kamarnya, Ye Xuan segera memasang Array formasi untuk mengunci kamar agar tak ada siapapun bisa masuk.   Hanya Array tingkat rendah saja karena ia yakin ketiganya takkan bisa menerobos atau menghancurkan Array buatannya kecuali mereka ahli Array tingkat 2.   Bakat Ye Xuan memang tak hanya di bidang alkemia dan beladiri saja. Dia juga menguasai teknik-teknik formasi dan prasasti, meski bakat terbesarnya tetaplah sebagai alkemis. Dia sudah mencapai peringkat Master di bidang alkemia.   Hanya satu bidang saja yang dia belum pernah sentuh, yaitu bidang pembuatan senjata. Dia tidak terlalu tertarik pada penempaan senjata, meski itu di dunianya dulu adalah salah satu 'bidang basah' alias cepat membuat kaya seorang ahli selain alkemis dan ahli prasasti.   Bidang keahlian di dunianya dulu yang mudah mendapatkan kekayaan memang adalah bidang alkemia, penempaan senjata, dan ahli prasasti, karena ahli-ahli di bidang itu masih tergolong jarang di jamannya, sehingga begitu bakat seseorang muncul di tiga bidang tadi, maka bisa dipastikan masa depannya akan cerah dan makmur.   Kini, Ye Xuan merasa aman dengan adanya Array. Ia tak mau repot-repot lagi diganggu selama lelap.   Kemudian, Ye Xuan meneruskan tidur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD