Ketiga remaja SMA itu pun naik ke dalam mobil milik Han. Lan memaksa agar Ye Xuan duduk di depan bersama Han. Ye Xuan sama sekali tidak keberatan.
Sementara mereka meninggalkan orang-orang berandalan teman Yong di trotoar tanpa menggubris nasib mereka, tiga remaja sudah duduk nyaman di mobil.
"Memangnya kalian hendak pergi ke mana?" tanya Han tanpa melirik siapapun karena sedang fokus ke jalanan yang agak padat dikarenakan ini musim liburan anak sekolah. Hanya anak-anak kelas 3 yang bersekolah, karena sedang ujian.
"Kamu sendiri mau ke mana Han? Kok bisa bertemu ma kami?" Lan balik tanya sambil condongkan tubuhnya ke depan, nyaris memasuki area jok depan.
"Aku... aku tadi rencananya ingin nonton bioskop saja, sih, daripada suntuk di rumah." Han melirik Ye Xuan sebentar. Padahal yang mengajak bicara adalah Lan.
"Oh, akan ke bioskop." Lan manggut-manggut paham. Kalau kami sih baru saja dari bioskop dan rencananya ingin ke kafe dekat bioskop. Ada referensi kafe yang asik?" Lan menoleh ke Han yang fokus mengemudi.
"Kafe?" ulang Han.
Lan mengangguk sambil menatap Han, menunggu jawaban dari salah satu idola SMA mereka. Bagaimana tidak jadi idola jika selain tampan dan berperawakan jangkung, Han juga jago dance modern ala hip hop atau free dance, dia juga pintar bermain skateboard, dan bisa bernyanyi rap pula. Selain itu dia pun tampak keren bila memakai seragam balap motor GP dia di arena sambil meliuk-liukkan motor besarnya.
"Kafe, yah?" Han terdiam sebentar nampak sedang berpikir akan daftar-daftar kafe yang dia ketahui. "Mau mencoba kafe milik kakakku?"
"KYAAA! MAU SEKALI!!!" Lan menjerit dengan wajah amat sangat sumringah. Jika ini sebuah anime, pasti wajah Lan berisi tebaran bunga, hati, dan bintang-bintang. "Akhirnya kamu menawarkan juga hal itu!"
Han sampai-sampai menoleh sebentar ke Lan yang masih condongkan tubuh ke arah depan sambil dua tangan gadis itu merangkul kursi yang diduduki Ye Xuan.
Karena Ye Xuan tidak paham apapun, maka dia memilih diam dan mendengarkan saja sembari merekam ini dan itu dalam memorinya.
"Gembira sekali, Lan?" Han terkekeh, tidak menyangka respon Lan begitu hype begitu ditawari ke kafe sang kakak.
Han memang memiliki seorang kakak lelaki yang berusia 26 tahun. Namanya Gustian, yang biasa dipanggil Tian. Sang kakak memang mempunyai kafe sejak 3 tahun silam, hasil dari dia menabung sejak remaja (katanya).
"Hi hi hi!" Lan terkikik penuh arti. "Dia idolaku..."
Han dan Ye Xuan berbarengan menoleh ke Lan yang kepalanya muncul di sebelah kursi mereka. Lan membalas kekagetan mereka dengan cengiran tanpa dosa sama sekali.
Meski Han adalah idola di sekolah mereka, namun nyatanya Lan tidak tertarik dan justru lebih mengidolakan kakak Han, Tian. Alasan kenapa Lan lebih mengidolakan kakak Tian, "Karena kalo Han itu ketampanan seekor itik, nah... Kak Tian itu ketampanan seekor angsa..."
Semoga Han tidak mengetahui dirinya disejajarkan dengan itik. Bebek?!
Ye Xuan yang tak paham hanya angkat kedua alis sambil mengulum bibir dengan sikap seolah berkata "terserah lah!".
Jika Lan ditanya kapan dia mengenal sang kakak dari Han, dia akan menjawab mengenai nostalgia masa SMA kelas 1, di saat pengambilan rapor, dia bagai bertemu dewa matahari karena saking menyilaukannya. Dan itu adalah Tian yang datang ke sekolah untuk mengambil rapor Han menggantikan mamanya yang berhalangan hadir.
Sejak itu, Lan adalah fans dari Tian, dan berharap agar penerimaan rapor mendatang, selalu Tian yang datang ke sekolahnya. Walaupun dia musti menelan pil kecewa. Ohh, pil yang ini bukan buatan Ye Xuan. Dia bisa bersumpah untuk itu. Percayalah!
Tak lama, mobil berhenti di depan sebuah kafe yang parkirannya sudah mulai dipadati jejeran motor berbagai merek dan bentuk. Mobil hanya ada beberapa saja.
Kafe milik Tian tergolong rame sehari-harinya. Entah karena makanannya enak, atau murah sesuai kantong remaja, atau karena pemiliknya. Mungkin juga gabungan ketiganya.
Lan turun dari mobil dengan sikap tidak sabar dan senyum cemerlang terus dia pasang sampai terlihat deretan giginya. Ye Xuan mengikuti Lan sementara Han membimbing mereka masuk ke kafe.
Papan nama terpasang di atas pintu masuk bertuliskan: Kafe Mantaph, seolah-olah sebagai penyambut siapapun yang datang. Apalagi disekitar papan diberi hiasan lampu warna warni sungguh meriah bagai suasana tahun baru.
Begitu mereka sudah menginjak area dalam kafe, ada lelaki yang duduk di meja dekat kasir menatap ketiganya dan berkata, "Wah... tumben sekali adek manisku datang bawa teman-teman cantiknya."
Lan nyaris lupa bernapas jika tidak disenggol Ye Xuan. Di sana sudah ada Tian yang duduk jumawa penuh pesona maut yang berbahaya bagi pernapasan dan jantung para gadis-gadis. Tapi tenang saja. Sudah ada Ye Xuan di sini, tak perlu khawatir terjadi serangan jantung atau sesak napas sekalipun.
"Ka-Kak Tian!" seru Lan tertahan bagai tikus terjepit lemari, mencicit mengenaskan. Ia segera mempraktekkan gerakan pernapasan yoga, exhale inhale dengan tepat dan benar, yang dia pelajari di kursus yang sengaja dia ambil untuk menanggulangi kejadian seperti ini: bertemu si dewa matahari (menurut Lan).
"Halo." Tian membalas cicitan Lan dengan wajah santai seolah dia sudah terbiasa mendengar cicitan di sekitarnya. Itu masih dibumbui dengan senyum sekilas yang mengakibatkan Lan merah padam dan berpegangan pada lengan Ye Xuan.
Ye Xuan malah bingung kenapa reaksi Lan mirip orang akan pingsan akibat terlalu lama berjemur di bawah matahari. Ya benar, Lan memang nyaris pingsan, karena dia langsung berhadapan dengan dewa matahari! (menurut Lan).
"Ohh Kak, stop it." Han menyudahi acara fangirlingan tak jelas dari Lan. Ia pun segera mengantar dua gadis remaja ke sebuah meja.
Lan sebenarnya tidak rela dipisahkan dengan sang dewa pujaannya. Kalau dia bisa mengutuk, ingin sekali Lan menusuk-nusuk boneka voodoo berbentuk Han. Memangnya ada?
Tian hanya mendengus geli dan membiarkan sang adik dan kedua teman gadisnya berlalu dari hadapan dia untuk memilih meja yang masih kosong.
Meski begitu, mata Tian terus mengikuti mereka bertiga, hingga akhirnya harus terputus karena panggilan salah satu pegawainya yang menanyakan sesuatu.
Di tempat duduk yang sudah dipilihkan Han, mereka mulai melihat buku menu yang disodorkan pegawai kafe yang memakai seragam dari anime Attack on Titans.
Konsep dasar kafe milik Tian ini memang kafe cosplay. Setiap hari para pegawai akan memakai baju cosplay dari berbagai anime dan komik terkenal berbagai negara.
Mungkin ini yang membuat Kafe Mantaph milik Tian populer di antara para remaja. Selain makanannya enak, pemiliknya tampan keterlaluan, para pramusaji juga berdandan ala cosplayer.
Tian sengaja memilih pramusaji kafe yang memenuhi kriteria level tinggi. Tidak heran para pengunjung senang berfoto dengan para pramusaji yang terlihat cantik dan tampan dalam balutan baju cosplay yang tidak tanggung-tanggung.
Semua properti cosplay itu Tian sendiri yang menyediakan dibantu beberapa teman yang mencarikan dan ada pula penata rias khusus bagi yang belum sanggup berdandan sendiri.
Alhasil, semua pramusaji Kafe Mantaph, baik itu yang perempuan atau lelaki, benar-benar seperti para cosplayer profesional yang sering muncul di berbagai acara dan festival animanga.