Akhyar terperangah mendengar kata-kata dari mulut Ola barusan. Dia toleh Ola dengan tatapan tak percaya bercampur sedih. "Jadi kamu tidak tau sama sekali siapa yang telah menabrak suamimu?" Ola menghela napas berat. Dia menggeleng. Ola tampak berusaha tidak menangis. Giginya dia rapatkan kuat-kuat. "Turut menyesal, Ola," ucap Akhyar penuh rasa simpati. Tangannya terlihat bergerak seakan ingin merangkul Ola. "Kamu sangat mencintainya," desah Akhyar kemudian. Dia urungkan keinginannya merangkul, karena dia tahu Ola pasti tidak menyukainya. "Iya. Aku bahkan sering memimpikannya. Wajahnya sama sekali tidak berubah. Selalu kasih aku senyum semangat. Dia sehat dan bersih." Kali ini Ola tidak bisa membendung air matanya lagi. "Dia nggak pernah berkata apa-apa. Dia diam saja. Tapi setiap ka