We're Still Twins

1158 Words
*** Aku menjauh, kamu mendekat. Aku mengharap, kamu kecewakan. Mau kamu apa? *** Atha mulai sibuk dengan tugasnya sebagai pengurus OSIS SMA Permata. Walaupun masih besok acara lomba-lombanya, ia harus mempersiapkan segala hal. Mulai dari tempat, acara, waktu, dan jadwal. "Tha, lo sama Cakra jadi panitia perlengkapan ya?" tanya Kevin. Atha mengangguk. Jadi panitia perlengkapan itu menyenangkan, walaupun tugasnya paling berat, tapi ia bisa bekerja tanpa menjadi sorotan teman-temannya. "Nanti kalo kurang panitia lombanya baru lo turun tangan. Tapi dengan catatan tugas lo harus udah selesai," jelas Kevin. "Gue perlengkapan Vin? Aelah, gue kan pengin ngurusin—" Ucapan Cakra terhenti saat Kevin menyenggol lengannya, lalu berbisik pada Cakra. "Lo harusnya berterima kasih karena gue barengin sama si Atha." "Iya juga ya, wah keren lo," balas Cakra berbisik. "Ehm!" deham Merry. Wajahnya sudah tertekuk. Kevin nyengir, sekretarisnya itu hawanya selalu emosian. "Oke, besok upacara pembukaan, sekaligus lomba futsal putri semoga lancar! SMA PERMATA...!" "SPEKTAKULER!" "Rapat selesai, silakan kembali ke kelas masing-masing. Siapkan diri kalian buat class meeting kali ini, karena akan sangat menguras tenaga. Tetap semangat! Selamat siang," ucap Kevin. "Siang." Sebenarnya Kevin tidak terlalu suka dengan sapaan seperti 'selamat pagi' atau apapun, tapi Kevin menghargai anggotanya yang beragama non islam. "Tha, sini bentar!" panggil Kevin. "Ya, kenapa Vin?" tanya Atha. "Nanti di pertunjukan seni, perwakilan OSIS lo mau kan, nyanyi?" tanya Kevin penuh harap. Atha melotot. Dirinya memang sedikit suka bernyanyi tapi ia tak berani sampai naik ke panggung. "Nggak, nggak! Nggak mau gue! Yang lain aja, Vin," tolak Atha tanpa pikir panjang. "Ayolah Tha, suara lo bagus kok," bujuk Kevin. Atha menggeleng keras. "Nggak mau pokoknya." "Sama gue ya, Tha? Duet," tawar seseorang yang baru masuk ke ruang OSIS. Atha dan Kevin menoleh. Mendapati Atlan yang berjalan mendekati mereka berdua. "Nah iya tuh, Tha. Ayolah, anak OSIS lain pada nggak bisa nyanyi." "Nggak mau!" tolak Atha. "Catat aja Vin, gue sama Atha. Perwakilan kelas 11 IPS 3 sama perwakilan OSIS. Judul lagunya nyusul." "Jangan, Vin!" teriak Atha. Kevin bingung menuruti yang mana. "Vin," geram Atlan. "Sori, Tha. Tapi ini waktunya lo nunjukin ke orang-orang kalo lo punya bakat," ucap Kevin sambil mencatat nama Atha dan Atlan ke buku khusus. Atha menatap sebal Atlan yang sedang menyeringai penuh kemenangan. Hanya satu yang ada dipikiran Atha. Kalau Kay melihatnya duet dengan Atlan bagaimana? Lalu, Atha juga akan kerja bersama dengan Cakra nanti. Atha akan menjelaskan pada Kay nanti. "Lo berdua pergi sana, mau gue kunci ruang OSIS," usir Kevin. "Ketua OSIS sialan lo, main usir aja," gurau Atlan. Atlan pergi dari ruang OSIS sembari menggandeng Atha. "Lan," panggil Atha. "Hm?" "Itu ... tangan lo," ucap Atha tak enak. Banyak mata yang melihatnya. "Oh, sori." Atlan melepaskan tangannya. "Mau nyanyi lagu apa?" tanya Atlan. "Terserah lo. Lo bisa nyanyi kan?" "Enggak hehe," kata Atlan nyengir. Atha melongo. "Kenapa tadi minta duet?" "Pengin aja. Ntar gue main gitar, lo yang nyanyi. Ya gitu juga duet kan?" ujar Atlan tanpa dosa. "Ish Atlan! Nggak mau ah, bilang Kevin sana, gue nggak mau!" tolak Atha. "Nggak bisa dong! Udah ditulis juga." Atha menghela napas pasrah. "Gimana kalo kita tetep duet tapi lo cuma bagian ngerapp nya aja?" Atlan manggut-manggut saja. "Boleh boleh, lagu apa emang? Sayang?" usul Atlan. "Jangan lagu dangdut juga! Gue nggak bisa," elak Atha. "Apa dong?" Atha nampak berpikir. "'Kau Adalah', lagunya Isyana sama Rayi Putra. Kan ada ngerapp nya tuh!" "Gue tau lagu itu tapi nggak hafal." "Hafalin dong." Atlan mencebik. "Iya deh." "Ya udah gue ke kelas," kata Atha. "Iya. Hati-hati. Salam buat Kay ya?" Atha terdiam. Lalu mengangguk. Ia berbelok, menuju kelasnya. Lagi-lagi Atha dibuat berpikir dengan sikap Atlan. Ia tidak mau kegeeran, tapi sikap Atlan padanya membuat Atha sedikit berharap. Sedikit oke? *** Atlan Udah kabarin Kevin judul lagunya? Belum. Udah gue tebak. Tenang aja, gue udah kasih tau Kevin kok. Oh syukur deh. Lo nggak nanya gue lagi ngapain? Lagi ngapain? Lagi ngehafalin lirik lagunya. Ternyata lagu romantis. Lo sengaja ngasih kode ke gue ya, Tha? Ngaku aja udah? Nggak ih, kan nyari yang ada rappnya. Ah masa? Emotnya ngeselin. Haha yaudah gue lanjut dulu. Lo juga latihan ya. Iya. Oke, dah. Atha juga baru menyadari hal itu. Lagu yang ia usulkan bertema romantis. Ish, kenapa otaknya menyebutkan lagu itu sih? Atha jadi bingung hendak menjelaskan bagaimana pada Kay nantinya. "Asiknya yang lagi chat sama gebetan sahabatnya sendiri." Atha menahan napas saat mendengar sindiran Agra. Kenapa Agra jadi banyak nyinyir seperti ini? "Nyinyir mulu, kayak cewek," balas Atha sok ketus. Agra tersenyum miring. Atha sedang berpura-pura ketus padanya ternyata. "Uluh, uluh, udah berani bacot ya kembaran gue. Ada kemajuan." Agra bertepuk tangan. "Gra, mau lo apa sih? Saat gue perhatian ke lo, lo cuek ke gue. Giliran gue mau cuek ke lo, lo kayak gini," ucap Atha gundah. Agra diam. Ia pun menyadari hal itu. Tak bisa ia bantah kalau ia memang merasa kehilangan perhatian Atha. "Gra, sekali aja lo coba buat maafin gue. Coba kembali ke Agra yang dulu," lirih Atha. "Nggak bisa," jawab Agra lemah. "Kenapa? Tolong lupain kejadian dulu. Itu kecelakaan. Gue nggak seng—" "Gampang ngomongnya, Tha! Gue yang susah buat ngejalaninnya. Mending lo diem. Lo nggak ngerasain apa yang gue rasa," tukas Agra. "Apa lo kira selama ini gue juga nggak kayak lo? Gue juga bisa ngerasain apa yang lo rasain. Mungkin lo sakitnya di d**a karena suasana hati gue yang sedih. Tapi gue? Gue sakit di badan gue kalo lo luka." "Dan apa lo percaya? Selama ini, punggung gue juga sering nyeri. Nggak kayak lo yang cuma berbekas aja kan? Kemaren waktu lo ikut tawuran sama Thunderbolt, gue juga sakit, tapi gue nggak ngeluh, Gra. Gue ngerasa itu wajar, karena kita emang kembar. Jadi, kalo misal lo bilang kalo gue nggak ngerasain apa-apa, lo salah besar, Gra." Agra tersentak dengan kebenaran ini. Kenapa akhir-akhir ini banyak kebenaran yang terungkap? Banyak rahasia yang terbongkar. Ia baru tahu akan hal ini. Sama seperti saat Atha tahu bahwa dirinya merasakan perasaan sedih dalam diri Atha. "Tapi Agra...." panggil Atha dengan suara lembut. Membuat Agra menoleh. "Sesakit apapun itu, lo tetep kembaran gue. Sampai kapan pun. Dan gue nggak pernah dan nggak akan pernah menyesal punya kembaran seperti lo." Mendengar Atha berucap sepelan dan selembut itu ... menatap mata Atha yang meneduhkan itu ... melihat senyum Atha yang tulus itu.... Membuat hatinya bergetar. Ucapan Atha seperti menyindir dirinya, namun ia tak marah. Ia justru kesal pada dirinya sendiri. Agra menunduk. Bisa-bisanya dia mengatakan bahwa ia menyesal mempunyai kembaran seperti Atha dulu. Padahal, seharusnya ia merasa beruntung. Atha begitu perhatian dan juga pengertian. Ia tidak banyak mengeluh dan menuntut seperti kebanyakan gadis di luaran sana. "Udah malem, mending lo balik ke kamar lo," kata Atha pelan. Agra menatap Atha yang memalingkan wajahnya. Betapa ia merindukan pelukan dari Atha. "Tha...," panggil Agra. "Kenapa?" tanya Atha. Agra ingin mengatakan keinginannya, namun ia urungkan. Gengsi. "Nggak jadi. Gue keluar dulu." Bersamaan dengan pintu yang tertutup, matanya terpejam. Atha menarik napas dalam. Lelah. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD