Pertemuan Setelah Kejadian di Bar

1368 Words
Keesokan harinya, terdengar dering ponsel milik salah satu diantara sepasang manusia yang telah melewati malam panas semalaman. Suara itu berhasil membangunkan sang wanita yang langsung mengambil ponsel itu dan menempelkannya ke telinga tanpa berniat membuka matanya. “Selamat pagi bu Cle, apakah kelas pagi ini dibatalkan yah bu? Kami sudah menunggu ibu 15 menit,” terdengar suara perempuan dari seberang telpon. Dia adalah salah satu mahasiswi Clea. Clea yang mendengar ucapan itu, langsung membelalakan matanya. Wanita itu melupakan jadwal mengajarnya hari ini, “Kamu dari kelas B ya? Untuk sementara kelas hari ini diganti hari lain ya,” balas Clea sambil mengedarkan matanya. Ada kebingungan di mata Clea ketika mendapati kamarnya tidak seperti kamar pribadinya di rumah. “Baik bu,” balasan dari seberang menjadi penutup panggilan Clea dengan mahasiswinya itu. Setelah melempar ponselnya sembarangan ke tempat tidur, Clea berniat turun dari ranjang tetapi rasa sakit di bagian bawah tubuhnya membuat wanita itu merintih kesakitan. Kemudian dia menoleh ke arah pria yang sedang tidur di sebelahnya memunggungi Clea. “Sialan, apa yang sudah ku perbuat semalam?” gumam Clea ketika melihat baju-baju berserakan di bawah tempat tidur. Wanita itu terlihat memijat pelipisnya untuk mengurangi rasa pusing akibat alkohol, sekaligus berusaha mengingat apa yang sudah terjadi semalam. Semakin keras dia mengingat, semakin dia tidak bisa mengingatnya dan malah berujung pusing. Akhirnya Clea memilih memungut bajunya dan mulai memakainya, bersiap untuk meninggalkan kamar itu. Tanpa ingin tahu lebih jelas wajah pria yang berhasil mendapatkan kesuciannya, Clea buru-buru pergi untuk mengejar jadwal mengajar berikutnya. Beberapa menit setelah kepergian Clea, Argya mulai tersadar dari tidurnya. Tenaganya terkuras habis karena membantu menuntaskan gairah wanita semalam. Obat yang diminumkan wanita itu sangat kuat, sehingga membuat Argya kewalahan. Hal itu membuat tidur Argya sangat nyenyak karena kelelahan. Bahkan ketika suara ponsel berhasil membangunkan Clea, Argya tidak terganggu sama sekali. Argya membalikkan badannya yang awalnya memunggungi bagian tengah ranjang, kini beralih memandang ke arah sisi tubuhnya yang seharusnya ada wanita itu, kini tidak ada keberadaanya. Argya mengubah posisinya menjadi setengah duduk sambil mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar tetapi tidak mendapati tanda-tanda keberadaan wanita itu, bahkan baju yang dikenakan wanita itu sudah tiada lagi di bawah ranjang. Dering ponsel Argya mengalihkan perhatian laki-laki itu dari fokusnya. Dia langsung mengambil ponselnya dan menaruhnya di dekat telinganya setelah menekan tombol dial pada layarnya. “Argya, kamu niat menyelesaikan skripsi atau tidak? Kalau sudah tidak ingin melanjutkannya, mending mengundurkan diri dari sekarang, daripada nunggu di dropout. Itu bisa mempengaruhi akreditas jurusan.” Baru saja Argya terbangun dari tidurnya, sudah mendapat telpon dari dosen pembimbingnya. Ucapan kejam dan tajam dari dosen pembimbing membuat Argya tersadar sepenuhnya dari kantuknya yang masih tersisa. “Baik pak. Nanti saya ke kampus untuk menemui bapak,” Argya berucap dengan sopan agar tidak menyakiti dosen itu dan membuat dosennya menyuruh Argya ganti dosen pembimbing. “Segera yah, mumpung bapak masih di kampus.” “Baik pak,” ucap Argya agar dosennya tidak terus melanjutkan omelannya. Setelah ucapan Argya, dosen pembimbingnya menutup panggilan mereka. Argya segera beranjak dari ranjang dan memungut baju-bajunya, dia harus segera ke kampus hari ini untuk melanjutkan bimbingan skripsinya yang sudah mangkrak sejak 2 tahun yang lalu. Setiap hari Argya sudah menerima teroran dari dosen pembimbingnya untuk segera menyelesaikan skripsinya, tetapi Argya terlalu sibuk berkerja sehingga melupakan skripsinya. Tidak butuh waktu lama bagi Argya untuk bersiap diri, dia langsung berangkat ke kampusnya untuk menemui dosen pembimbingnya. Tak lupa dia mengambil tasnya yang berisi laptop di loker ruang ganti bartender sebelum berangkat ke kampus. Sesampainya di kampus, Argya langsung memasuki ruang jurusan tempat para dosen berkumpul. Lelaki itu menghampiri dosen pembimbingnya yang sudah menatap tidak senang ke arah Argya. Argya menampilkan senyum sedikit dipaksakan berharap emosi dosen pembimbingnya sedikit reda. “Kamu kurang setahun lagi, bisa di DO kalau tidak selesai,” baru saja Argya duduk di kursi depan meja dosennya, sudah mendapatkan perkataan kejam dari dosennya. “Maaf pak,” ucap Argya sambil menunjukkan raut merasa bersalah, lalu dia mengeluarkan laptopnya untuk memulai bimbingan skripsinya. Bimbingan skripsi Argya berlangsung hanya 15 menit, kemudian dosen pembimbingnya berkata, “Masih banyak yang salah. Sudahlah kamu langsung daftar ujian proposal saja biar cepat selesai,” dosen pembimbing Argya merasa putus asa dengan garapan Argya sehingga menyarankan Argya untuk segera daftar ujian proposal. “Baik pak,” setelah berkata seperti itu, Argya berpamitan kepada dosen pembimbingnya untuk menemui operator jurusan yang bertugas mengurusi jadwal ujian para mahasiswa. Setelah berdiskusi sengit dengan operator, akhirnya Argya mendapatkan dosen penguji. Operator memberikan selembar berita acara yang akan diisi dosen penguji ketika ujian proposal nanti. Argya mengucapkan terima kasih dan pergi untuk kembali bekerja sebagai bartender. Sepanjang perjalanan menuju parkiran, Argya menatap ke lembar berita acara yang dipegangnya. Tertulis disana nama dua dosen penguji sekaligus dosen pembimbingnya. Argya yang sudah hafal dengan nama dosen-dosen di jurusannya merasa heran ketika mendapati nama baru pada kolom dosen penguji. Salah satu dosen pengujinya bernama Clea Rahmona Sapphire, Argya merasa tidak mengenal dosen itu. Apalagi selama 2 tahun ini Argya tidak pernah sekalipun menginjakkan kaki ke kampus, jadi tidak heran jika terdapat dosen baru yang tidak dikenalnya. “Semoga dosen ini nggak menyulitkan gue,” gumam Argya setelah berusaha memikirkan karakter dosen penguji yang tidak dikenalnya itu. Seminggu kemudian saat ujian proposal Argya berlangsung... Saat ini Argya sedang terpaku di tempat duduknya ketika melihat salah satu dosen pengujinya tidak asing di matanya. Dosen penguji itu ternyata adalah wanita yang waktu itu hampir diperkosa oleh pria di bar dan malah Argya yang memperkosanya. Ralat, bukan Argya tapi wanita itu yang memaksa Argya melakukannya. “Bisa kita mulai sekarang?” tanya dosen pembimbing Argya yang menjadi moderator. Karena Argya termasuk mahasiswa akhir yang sebentar lagi bisa saja di dropout dari kampus, sehingga ujian proposalnya hanya dihadiri kedua dosen penguji dan dosen pembimbing tanpa audiens. Ujian proposal dimulai dari Argya mempresentasikan skripsinya. Lelaki itu sesekali mencuri pandang ke arah Clea yang sedang fokus mengoreksi print out skripsi Argya yang ada di tangannya sambil sesekali membubuhkan coretan disana. Setelah presentasi, tibalah pada pertanyaan dan kritik serta saran dari dosen penguji untuk Argya. Dimulai dari dosen penguji pertama yang memang sudah senior daripada Clea yang menjadi dosen penguji kedua. Dosen penguji pertama memberikan pertanyaan yang langsung dijawab Argya dengan lancar sehingga tidak ada kritikan atau saran yang berarti untuk skripsinya, hanya beberapa teori yang harus di ubah dan tatanan kalimat yang masih berantakan. Ketika tiba waktunya Clea memberikan pertanyaan, Argya langsung memandang lekat ke arah wanita itu tanpa berkedip. “Apa yang alasan kamu menggunakan teori ini?” tanya Clea setelah melihat teori Argya yang sedikit rancu. Argya hanya tersenyum lalu menjawab, “Nggak tahu, bu.” “Terus bagaimana kamu akan melanjutkan bab berikutnya, kalau dari teori saja kamu tidak paham,” cecar Clea sambil membelalakkan matanya ke arah Argya sebagai tanda bahwa dia kesal. “Nanti saya revisi bu,” dengan entengnya Argya menjawab demikian sambil melempar senyum ke arah Clea. “Segera revisi. Kamu itu sudah hampir habis masa studinya, masih dengan gampangnya menjawab nggak tahu saat ujian.” “Biar ibu kasih tahu saya,” Argya merasa raut wajah kesal Clea sangat lucu baginya sehingga terus memancing amarah wanita itu. Padahal saat menjawab pertanyaan dosen penguji pertama, dia bisa menjawab dengan lancar. “Makanya kalau pas kuliah jangan kebanyakan tidur.” Setelah Clea mengutarakan semua kekesalannya akibat Argya yang menggarap skripsinya asal-asalan akhirnya dosen pembimbing menyudahi ujian proposal skripsi Argya. Satu persatu dosen pembimbing dan dosen penguji keluar dari ruangan ujian meninggalkan Argya. Namun, saat giliran Clea untuk keluar, Argya langsung mencekal tangannya. “Bu, bolehkah saya meminta bantuan ibu untuk membimbing saya?” tanya Argya sambil menampilkan senyum manisnya berharap Clea terpesona. “Tidak. Saya ini dosen penguji bukan pembimbing. Permisi,” Clea melepas lembut pergelangan tangannya dari cekalan Argya lalu berjalan pergi meninggalkan pria itu yang masih tersenyum senang melihat punggung Clea yang mulai menghilang dari pandangannya. “Kukira tidak akan bertemu kamu lagi, ternyata takdir berkata lain. Kamu malah datang sebagai dosen penguji ku,” gumam Argya sambil membereskan laptop dan beberapa print out yang sengaja ditinggal dosen. Lelaki itu masih belum percaya kalau bisa bertemu wanita yang disukainya di bar waktu itu. Sepertinya hari-hari Argya dalam mengerjakan tugas akhirnya akan dipenuhi kebahagiaan karena akan bertemu dengan Clea setiap dia pergi ke kampus.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD