Sangat puas Aa, aku mencintai Aa"
"Heeh!?" Raka menoleh ke arah Tari. Mata mereka bertemu, bibir Raka membentuk senyuman samar. Tari berharap Raka membalas ungkapan cintanya dengan ucapan 'aku juga mencintaimu Tari'.
"Kamu memang lebih pintar dari aku Tari, pelajaran cintamu sudah pada bab berani mengungkapkan, tinggal bab akhir yaitu pembuktian cinta" jawaban yang keluar dari mulut Raka sungguh membuat hati Tari kesal.
Tari berusaha bangun dari atas ranjang yang sudah roboh kepala ranjang, dan salah satu sisinya.
Ia duduk di atas perut Raka, dan mencubiti d**a Raka tanpa ampun.
"Aduuh Tari sakiit! Huuuh kenapa marah, aku kan sudah memujimu lebih pintar dari aku" Raka bergerak-gerak karena Tari terus mencubitinya.
Gerakan Raka membuat sisi ranjang yang masih bertahan akhirnya ambruk juga.
"Aku maunya jawaban, bukan pujian!" Seru Tari sengit.
"Jawaban, kamu bertanya apa Tari? Kamu cuma bilang 'sangat puas Aa, aku mencintai Aa', mana pertanyaannya?"
"Aarrgghhh dasar oon..lemot...tai cicak...aku marah sama Aa, akan aku hisap habis darah Aa" Tari menancapkan bibirnya di leher Raka.
"Tari..Tari...ya Allah...masa keringat belum kering sudah mau syuting lagi...ya ampun Tari..pelan-pelan..itu belum keras mana bisa masuk...aduuh ini judulnya aku diperkosa di atas ranjang ambruk...bla...blaa.." puluhan protes meluncur dari mulut Raka, karena Tari yang kembali menggodanya.
Tari tidak menghiraukan protes Raka, kali ini ia yang menciptkan tornado susulan.
Tubuhnya duduk tegak di atas tubuh Raka. Kedua tangannya menekan perut Raka kuat.
Suara air hujan yang tercurah dari langit membasahi bumi, dan suara gemerisik dedaunan yang tertiup angin, seperti menjadi musik yang mengiringi gerakan Tari yang lambat tapi penuh tekanan.
"Aa...aku ingin meledak!" Mulut Tari menggeram, tubuhnya menegang, kemudian lunglai dan jatuh di atas d**a Raka.
"Hhhh kamu yang mulai, kamu yang jatuh duluan, bangun Tari, tidak enak tiduran seperti ini" Raka menepuk p****t Tari pelan.
"Iiih tunggu aku selesai dulu"
"Selesai apanya"
"Menikmati sisa...sisa...aaah..biarkan aku diam dulu sebentar bisakan"
Raka mengalah, ia membiarkan Tari mengatur napasnya.
"Aa"
"Hmmm"
"Aa belum jatuh cinta sama aku ya?" Tanya Tari yang tidak bisa menahan penasarannya akan perasaan Raka kepadanya.
Raka terdiam tidak menyahut. Ia menarik napas panjang, baru membuka suaranya.
"Cinta itu mungkin sudah tumbuh Tari, hanya saja perlu waktu untuk menyadari dan meyakinkan hati kalau itu adalah cinta, aku tidak akan mengatakan cinta hanya karena kamu meminta aku mengatakannya, aku akan mengatatakan mencintaimu langsung dari lubuk hatiku, saat ini aku akui sudah menyayangimu, tapi untuk cinta berikan hatiku waktu sedikit lagi untuk mempelajarinya, kamu maukan memahami ucapanku?" Raka memeluk tubuh Tari dengan erat, dikecupnya puncak kepala Tari lembut.
"Ya Aa, aku akan belajar memahami Aa"
"Ehmm yang sudah tamat belajar cinta sekarang lanjut kepelajaran baru, ilmu memahami" Raka mencubit p****t Tari pelan.
"Enghh Aa mulai genit"
"Genit? Apa definisi dari genit Tari?"
"Aa sudah mulai bisa menggoda"
"Aku menggoda siapa?"
"Menggoda akulah!"
"Tapi aku tidak pernah duluan telanjang di depanmu"
"Iiih..bukan menggoda itu, Aa mencubit aku itu namanya Aa menggoda aku"
"Aku tidak bermaksud menggodamu, sungguh!"
"Argghhh...dasar..."
"Oon...lemot..tai cicak" Raka menyambar ucapan Tari. Wajah Tari cemberut.
"Eeh kok tai cicak?"
"Itu waktu kita ketemu di pesawat, Aa persis tai cicak, pakai celana hitam, kemeja putih!"
"Oooh...eeh berarti waktu itu kamu sudah memperhatikan aku ya Tari, jangan-jangan sudah dari sana pelajaran cintamu dimulai, makanya kamu tamat..."
"Iiih...tidaaakk..sudah aah, aku mau mandi" Tari ingin berdiri dari duduknya di atas perut Raka.
"Tunggu dulu" Raka menahan tubuh Tari dengan memegang pinggul Tari.
"Ada apa?"
"Kamu sudah meledak, akukan belum" ucap Raka tanpa ekspresi seperti biasanya.
"Heeh!" Tari mengangkat kedua alisnya, lalu pecahlah tawanya.
'Aaahhh...virus plampil sudah menular dengan cepat hahahaha' Tari bersorak gembira di dalam hatinya.
"Sudah selesai belum tertawanya"
"Iya sudah, mau syuting di sini, atau di mana?"
"Pindah ke kamarku saja, tidak enak begini"
"Up to you lah say, digoyang tornado sampai okay, seharian juga gua lawan say" sahut Tari sembari terkikik geli.
---
Tari tengah membuat sarapan untuk mereka berdua.
Nasi putih.
Telur dadar.
Tumis kacang panjang.
Sedang Raka mempersiapkan diri untuk berangkat ke sawahnya.
"Tari"
"Ya A"
"Hari ini aku mau ke kebun, mengambil pisang dan Ubi kayu"
"Aku ikut, akukan belum pernah ke kebun Aa"
"Di kebun banyak nyamuknya Tari, aku cuma ingin mengambil pisang sama ubi, ada pesanan keripik untuk acara kawinan anaknya Pak Hamdi"
"Keripiknya Aa bikin sendiri?"
"Iya, kamu tinggal saja ya, aku harus bawa keranjang yang digantung di belakang motorku, untuk membawa pisang dan ubinya"
"Tapi aku ingin ikut Aa"
"Ikutnya nanti saja, kita ke kebun spesial buat syuting film India nanti di sana" sahut Raka dengan ekspresi dan nada suaranya yang datar saja. Tapi ucapan Raka cukup untuk membuat tawa Tari membahana.
"Hmmm syuting film India diantara pohong pisang dan ubi! Hahaha...inovasi baru tuh, kalau Karan Johar tahu, pasti bakal minta Shahruk khan dan Kajol syuting di kebun Aa hahaha"
"Hhhh syuting kita kan tidak perlu produser dan sutradara Tari, kamu tinggal saja ya, aku nanti juga akan sempatkan untuk membersihkan pondok di kebun"
"Ooh di kebun ada pondoknya juga ya Aa, dindingnya separuh juga seperti di sawah tidak?"
"Tidak, pondoknya seperti rumah kita ini, hanya jauh lebih kecil"
"Ooh..ini sarapannya Aa"
"Baunya enak nih, tapi rasanya masih diragukan kelezatannya"
"Iiih..kalau tidak enak, bilang saja enak biar aku senang"
"Kalau tidak mau dikritik bagaimana kamu tahu salahnya di mana Tari, masa rasanya asin aku bilang enak"
"Hhh..susah punya suami terlalu jujur, eeh Aa orang perumahan itu ada datang menemui Aa lagi tidak?"
"Ada beberapa pengembang yang datang menemuiku di sawah, mereka berlomba menaikan penawaran mereka"
"Lalu"
"Aku tetap tidak akan menjualnya Tari"
"Aku dukung apapun keputusan Aa"
"Terimakasih, hal yang paling menyenangkan adalah saat seseorang yang kita sayangi selalu ada untuk kita, mendukung apapun keputusan kita, memberikan supportnya agar kita tetap bersemangat, aku menyayangimu Tari, tulus dari dasar hatiku" Raka menggenggam jemari Tari yang ada di atas meja dengan lembut.
'Andai ekspresinya singkron dengan ucapannya, mungkin aku akan mencair dan membasahi kaki Raka' batin Tari.
"Aku harap mereka tidak melakukan hal buruk kepada Aa untuk mencapai tujuan mereka"
"Aamiin, itu juga harapanku, ehmm kali ini sudah cukup enak masakanmu, tinggal menumya yang harus lebih bervariasi, jangan telur dadar sama tumisan terus, bisa bisulan kalau makan telur ayam tiap hari"
"Hhh mujinya pasti dibarengi kritikan"
"Pujian untuk menambah semangat, kritikan untuk memicu diri agar bisa lebih baik lagi"
"Iya aku tahu Aa ku tercinta"
"Uhuukk..." Raka tersedak makanannya.
Tari menyodorkan bibir gelas berisi air putih ke bibir Raka.
Raka meneguk minumannya, lalu lanjut dengan mengulum lembut bibir yang disodorkan Tari kepadanya.
'Terlalu sayang untuk dielakan, biarlah urusan ke sawah dan ke kebun bisa diabaikan sesaat, bercocok tanam di lahan istri juga mendatangkan manfaat' batin Raka saat godaan Tari yang luar biasa sudah menyerang pertahanannya.
***BERSAMBUNG***