TJCPP 13

1052 Words
Keputusan Tuan Durlan memang tidak mungkin diputuskan dalam satu waktu saja. Untungnya Nyonya Loreleia justru membiarkan Leia pergi begitu saja. Jadi saat ini Alvaerelle tengah menunggu pelayan pribadinya akan turun ke bawah. Dia yakin jika Leia tidak mungkin bermaksud buruk. Bahkan dia satu-satunya yang paling pemberani di antara para pelayan. Harus Alvaerelle akui, Leia juga sangat cerdas bagi seorang pelayan. Sesuai ucapannya, Leia turun lebih cepat dari sebelumnya. Sepertinya dia sangat lama di atas karena harus berpisah dengan para pelayan lainnya. Tidak lupa keluarganya sendiri yang juga merupakan pelayan di Keluarga Zinsastra. Meski begitu, bukan berarti Alvaerelle tidak dapat melepaskan pandangan dari Leia. Siapa tahu ini adalah rencana licik dari salah satu Keluarga Zinsastra. Intinya dia harus berwaspada. Suara kereta kuda yang melaju ke rumah ini pun dapat mereka dengar. Baik Leia maupun Alvaerelle pun segera membawa bawaannya ke depan. Keluarga Zinsastra tidak berniat untuk mengantar mereka. Padahal tidak jauh. Mereka itu benar-benar hanya ingin mengambil keuntungan dari Alvaerelle saja. Seharusnya dia tahu. Di dalam perjalanan menuju ke Kerajaan, Alvaerelle lebih banyak merenung. Dia melihat ke arah luar. Mencari celah sekecil mungkin untuk melarikan diri. Jika Leia tidak ikut, mungkin dia bisa kabur begitu saja. Sayangnya, dia tidak ingin melibatkan Leia dalam masalahnya lebih lanjut lagi. “Nona Alvaerelle, lebih baik aku tutup saja jendelanya. Terlalu banyak angin akan mempeburuk kondisi Anda,” ucap Leia seraya menutup jendela. Menghalangi sinar mentari atau angin besar masuk ke dalam. Ngomong-ngomong soal nama, dia cukup muak dengan panggilan orang lain. “Leia, bisakah kamu lebih santai? Lalu, tolong panggillah aku dengan Alvaerelle di saat kita berdua saja,” balas Alvaerelle agak tidak senang. “Lagi pula, aku tidak mengerti kenapa kamu segitunya terlihat mau ikut denganku. Padahal keluargamu bersama Keluarga Zinsastra. Pandangan Leia lebih sendu. Matanya menyoroti ke bawah pijakan. Entahlah apa yang sebenarnya dipikirkan oleh gadis dengan rambut kuning seperti emas itu pikirkan. Mata hijau yang biasanya memperlihatkan ketenangan, kini tidak. Ada sesuatu yang salah pada Leia dan dia tidak tahu apakah itu. Alvaerelle masih bisa merakan angin berdesir, membelai pipinya pelan. Suasana yang begitu kelam ini ingin dia akhiri. Namun, entah kenapa keinginannya untuk mengetahui apa yang sedang Leia pikirkan justru lebih kuat. Dia tidak ingin memaksa tetapi, pikirannya berkata lain. Leia terlalu mencurigakan untuk dirinya lepas begitu saja. “Memang benar seluruh keluargaku mengabdi pada Keluarga Zinsastra. Ayah dan ibuku selalu banting tulang demiku. Sejujrunya aku sempat bersekolah di akademi sebelum pada akhirnya Keluarga Zinsastra menyeretku kembali ke rumah mereka. Nona Gaylia sama sekali tidak menginginkan pembantunya lebih pintar,” ucap Leia dengan begitu sendu. “Pantas kamu terlihat berbeda dengan pelayan lainnya, Leia. Sejak pertama bangun, aku melihatmu sangat berbeda level daripada yang lain. Cara kamu bicara seperti orang yang berpendidikan. Aku cukup menganggumimu. Lalu, alasanmu mengikutiku apa?” balas Alvaerelle bersemangat. Dia tidak menyangka jika Leia pun memiliki nasib buruk. Keluarga Zinsastra benar-benar makhluk yang sangat senang membunuh cita-cita orang lain ya. Leia pun bersandar pada penyangga. Tatapannya tetap terlihat sangat lelah dan entah kenapa Alvaerelle jadi lebih berempati. Sepertinya dia pun tidak akan bisa pergi dari kereta kuda dan melarikan dari tanggung jawabnya. Leia terlihat seperti orang yang sedang memperjuangkan haknya. Jika Alvaerelle memilih kabur, mungkin Keluarga Zinsastra tidak akan segan membunuh Leia dan keluarganya. “Demi keluar dari kekangan, aku berusaha untuk melakukan yang terbaik. Dengan keluar dari rumah terkutuk itu, aku rasa banyak pelajaran yang dapat diambil. Sejujurnya aku pun merasa Nona Alvaerelle jauh berbeda. Nona sebelumnya tidak pernah banyak bicara pada orang asing sepertiku. Belum lagi Nona menyebutkan nama orang lain,” ucap Leia pelan. Sepertinya tahu kalau pembicaraan mereka ini bersifat sangat rahasia. Bahkan orang yang membawa kuda pun tidak boleh mengetahuinya. “Ah itu.” Leia menelan ludanya. “Ini juga sebenarnya adalah alasan kenapa aku tidak ingin kamu memanggilku dengan terlalu formal. Aku bukanlah Alvaerelle Zinsastra yang kalian kenal. “Kadang aku merasa khawatir karena akibat terjatuh dari ketinggian, Nona jadi sering melantur pada hal-hal yang tidak masuk akal. Terutama saat ini. Nona membuatku selalu merasa ada yang aneh, tetapi tidak dapat dikenali dengan baik,” ucap Leia dengan menatapnya penuh curiga. “Memang tidak mungkin rasanya untuk membuatmu langsung percaya begitu saja, Leia. Aku ini dulunya manusia. Bukan seorang elf atau apalah itu. Namaku adalah Alvaerelle dan tidak  pernah sedikit pun aku mendengar sihir. Itu jika para pesulap termasuk di dalamnya. “Menyebutkan namaku sebagai Alvaerelle rasanya jadi seperti mengambil paksa sesuatu. Aku tidak menyukainya. Kumohon, sebutlah aku mulai dengan sekarang dengan Alvaerelle,” balas Alvaerelle bersungguh-sungguh, sampai refleks tangannya menggenggam tangan mungil Leia. Elf dengan mata hijau menangkan itu kembali tersenyum. “Aku rasa itu juga namamu di masa lampau, Nona. Berhubung Nona dulu adalah seorang b***k, pasti sebelumnya Anda memiliki nama lain. Alvaerelle Alvaerelle. Kemungkinan itu nama Anda yang sebenarnya.” “Alvaerelle Alvaerelle?” ucap Alvaerelle pelan. “Aku tidak pernah mendengar nama keluarga Alvaerelle ataupun Alvaerelle di tempat ini. Namun, mungkin di suatu tempat lainnya pasti ada. Nona tidak perlu khawatir lagi. Jika Nona ingin menentang Keluarga Zinsastra, maka aku akan mendukung Nona sepenuhnya,” balas Leia yang lalu membalas pegangan Alvaerelle. “Jadi kalau begitu maukah kamu menyebut namaku dengan santai, Leia? Panggil aku Alvaerelle. Dengan begitu ini akan terlihat baik-baik saja,” jelas Alvaerelle. Leia mengangguk. “Nona Alvaerelle, aku Leia Cailu akan mendukung Nona sepenuh hati. Aku juga akan sangat senang jika setelah menikah, Anda dapat menghentikan kekacauan yang telah Keluarga Zinsastra lakukan!” Alvaerelle tersenyum, dia tidak menyangka jika orang yang diakuinya memang tepat. Leia bukanlah mata-mata. Mereka punya tujuan yang sama. Meski begitu, diarinya agak tersentak dengan kalimat terakhir. Apa dia mampu untuk menikah? Pria yang dijadikan suaminya saja tidak mencintainya. Tiba-tiba tubuh Alvaerelle terdorong begitu saja. Untungnya Leia mampu menahan. Lalu kereta kuda ini pun berhenti. Tidak mungkin mereka sudah sampai. Mendengar penjelasan Leia, seharusnya mereka paling cepat sampai pun besok. Lalu apa yang terjadi? Keinisiatifan Alvaerelle pun muncul. Dia mencoba untuk membuka tirai yang menutupi jendela. Namun, sebelum itu suara teriakan Leia membuatnya refleks menoleh. Seseorang dengan muka yang ditutupi setengah berada di ambang pintu. Membawa pedang agak melengkung seperti perompak. Tidak terdengar suara dari luar. Entah kenapa perasaaan Alvaerelle tidak nyaman. Jangan-jangan mereka memang para perompak. Jika dia salah bertindak, maka semuanya akan sangat buruk. - - - - - - - - - - - - - - -
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD