TJCPP 12

1091 Words
“Nona, apa Anda yakin akan bisa bertahan di dalam perjalanan ke kediaman pangeran? Kudengar, dengan kuda saja memerlukan waktu dua hari penuh dari tempat ini. Belum lagi, kondisi Nona Alvaerelle belum tentu stabil. Jadi bagaimana jika Anda meminta waktu lebih?” bisik Leia pelan. Alvaerelle menggelengkan kepalanya. “Tenang saja. Aku yakin semua akan baik-baik saja.” - - - - - - - - - - - - - - - Itulah yang Alvaerelle pikirkan sebelumnya. Semua akan baik-baik saja. Sebenarnya siapa yang sedang dia bohongi? Tidak lain dan tidak bukan adalah dirinya sendiri. Sejujurnya dia tidak pernah mendapatkan kekuatan untuk menolak atau bahkan membangkang. Hidupnya terlalu normal dan harus menahan diri agar tidak mendapatkan masalah apa pun. Niatnya untuk membangkang di kehidupan baru pun hampir serupa. Ya, hampir. Andai dia langsung menyetujui tanpa syarat apa pun, maka itulah yang pantas untuk disebut sebagai menurut. Bahkan seorang Avaerelle saja memiliki keberaniaan untuk melawan ketika dirinya sudah sangat terdesak. Melakukan hal sama adalah tindakan terbodoh. Alvaerelle tidak dapat melakukan itu karena dia ingin bertahan hidup. Satu-satunya yang akan dia lakukan adalah melarikan diri di tengah perjalanan. Meski sedikit celah yang terlihat, dia harus tetap berwaspada. Tingkah laku penduduk di sini agak unik. Para pelayan sejak pagi buta sudah membangunkannya. Menendang punggung hanya untuk mengencangkan korset yang sama sekali tidak enak dipakai. Kenapa pula harus berdandan cantik untuk seorang pria yang bahkan tidak mungkin mencintainya. Alvaerelle mendengus kesal. Ingin rasanya marah saja, tetapi ternyata dia tidak bisa melakukan hal-hal seperti itu. Di tempat ini dia tidak bisa bersikap sembarangan. Lagi pula, balas dendamnya haruslah terlihat cantik dari berbagai sisi. “Nona Alvaerelle, Anda masih pucat. Aku khawatir nantinya Nona malah lebih sakit jika dibawa ke perjalanan jauh. Kita juga tidak tahu apa saja yang akan menghadang ke depannya,” jelas Leia yang terlihat memang seperti sangat khawatir padanya. “Dia akan baik-baik saja, Pelayan Leia. Sebaiknya kau ikut dengan pelayan lainnya untuk menyiapkan dekorasi. Bagaimana pun Alvaerelle akan dijemput oleh kereta kuda dari kerajaan,” jelas Tuan Durlan yang masuk begitu saja, disusul pula oleh Gaylia. Entah hanya perasaannya saja, tetapi Gaylia memandangnya dengan kasar. Seakan-akan apa yang tengah dilakukannya adalah suatu kesalahan besar. Bukankah dengan begini Gaylia selamat dari bahaya? Seharusnya tidak ada alasan lain lagi yang membuat saudara tiri Alvaerelle ini untuk membenci. Jelas tidak ada niatan pula di dalam diri Alvaerelle untuk menceritakan semuanya. Dia tahu, baik elf ataupun manusia itu sama saja. Mereka pasti hanya ingin mendengar dan melihat apa yang mereka percayai. Jadi seberapa kuat dan tangguhnya dia mengungkapkan ke publik, itu semua akan sia-sia saja. Sekarang tugasnya hanyalah untuk mencari dukungan sebanyak-banyaknya. Membuat keluarga Zinsastra menyesal. Lalu yang terakhir hidup dengan aman dan damai. Pelayan yang setia menemani Alvaerelle sejak kemarin justru bergeming. Beberapa pelayan lain mencoba menarik tangannya. Namun, hasilnya tetaplah sama. Leia tidak mau beranjak dari tempatnya. Tidak tahu apa yang sedang mengganggu pikiran dari gadis dengan rambut kuning dan mata hijau itu. Akan tetapi, dia bisa mengira jika gadis itu tengah mengkhawatirkan kondisinya yang masih memburuk. Seperti yang sebelumnya dibahas. “Tuan dan Nyonya Zinsastra. Nona tidak dalam kondisi baik untuk melakukan perjalanan jauh. Bahkan hal yang kutakutkan adalah ketika Nona Alvaerelle sakit parah karena tidak ada yang menangani sakitnya. Jika begitu, Pangeran Irendele akan menganggap keluarga ini sebagai penghinaan,” jelas Leia pelan tetapi penuh dengan kepercayaan diri. Alvaerelle tidak menyangka jika Leia akan seberani ini dalam menghadapi keluarga Zinsastra. Bahkan tanpa takut akan dipenggal atau disiksa di ruang bawah tanah. Alvaerelle memang sejak awal sangat menyukai Leia dan ingin menjadikannya sebagai pelayan pribadi. Sayangnya statusnya sebagai anak pungut tidak memungkinkan untuk dirinya bisa mendapatkan perlakuan yang lebih baik atau setara dengan Nona Utama rumah ini. “Sebenarnya apa yang akan kamu katakan, Leia?! Seharusnya kamu sadar diri kalau kamu sama sekali tidak berhak untuk mengucapkan hal itu pada kami,” ucap Gaylia memberontak dan dengan nada tinggi. Tuan Durlan menahan anaknya yang akan maju dan sepertinya menyerang Leia. Namun, pelayan itu sama sekali tidak ketakutan. “Tahan, Gaylia. Sebaiknya kita mendengarkan terlebih dahulu tentang apa yang dia akan katakan. Jadi apa yang kamu sarankan agar keluarga ini tidak dalam masalah?” “Izinkan saya menemani Nona Alvaerelle. Saya memiliki kemampuan dasar dalam menangani penyakit. Jadi bisa saya pastikan selama perjalanan Nona akan baik-baik saja. Anda dapat memastikannya,” ucap Leia dengan matanya hijaunya yang begitu tegas. Alvaerelle membelalak. “Leia ... apa kamu yakin akan ikut denganku ke Kerajaan Iredele?” “Benar, Nona,” ucap Leia yang lalu kembali melihat pada Tuan Durlan. “Maaf jika saya lancang. Namun, dalam generasi ke generasi di mana keluarga saya selalu melayani keluarga Anda, saya selalu diterapkan untuk melindungi nama baik Keluarga Zinsastra. Ini adalah hal baik yang perlu Tuan Durlan pertimbangkan dengan seksama.” “Begitukah? Aku memang mengakui kemampuanmu dan keluargamu. Sangat disayangkan jika kamu malah pergi begitu saja ke tempat lain. Padahal kami pun memerlukanmu. Namun, apa yang kamu katakan ada benarnya. Aku tidak ingin keluarga kerajaan malah memandang rendah dan menghukum putriku begitu saja,” jelas Tuan Durlan. “Tungguh, tunggu. Meskipun Leia berniat akan pergi, apa dia akan sempat membereskan seluruh pakaiannya? Kuda kerajaan tidak akan mau menunggu. Itu sama saja membuat reputasimu buruk, Ayah!” balas Gaylia yang sangat tidak terima dengan ucapan Leia. Sementara Alvaerelle hanya bisa mematung dan tidak sanggup masuk ke dalam percakapan mereka bertiga. Meski Leia merupakan seorang pelayan, entah kenapa dia malah tidak bisa bersaing. Aura pelayan itu lebih cerah tidak seperti aura suram dari Keluarga Zinsastra. Dia juga cukup memikirkan. Untuk apa seorang pelayan muda dan berbakat seperti Leia malah ingin menjaganya? Apa jangan-jangan Leia sadar kalau dirinya akan melarikan diri? Leia lalu tersenyum dan membalas dengan bersemangat. “Nona Gaylia tidak perlu khawatir. Aku tidak memiliki begitu banyak pakaian. Aku juga sebenarnya sudah menyiapkan pakaian untuk dibawa pergi.” “Leia, apa kamu merencanakan ini semua?” balas Tuan Durlan dengan selidik. Merasa ada yang tidak benar dan semakin sengit, Alvaerelle menelan ludahnya. Sepertinya akan terjadi perdebatan yang terus memanjang dan tiada akhir. Dia harus segera menghentikan ini. Jadi dia pun segera menarik Leia ke belakang. Entah kenapa firasatnya buruk. Benar saja, Gaylia kembali maju dan menamparnya. “Nona Alvaerelle!” pekik Leia yang sangat terkejut dengan tindakan Alvaerelle. Alvaerelle tidak peduli. Dia tetap melihat ke depan, memandang ke arah orang-orang menyebalkan itu. “Aku telah mengikuti kemauan Tuan dan Nyonya. Bahkan aku telah berjasa menyelamatkan nyawa anak Tuan. Hal yang aku pinta hanyalah satu. Kebebasan berpendapat dan hak untuk tinggal bagi Leia. Biarkan dia memilih dengan tenang.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD