TJCPP 14

1047 Words
Seseorang dengan muka yang ditutupi setengah berada di ambang pintu. Membawa pedang agak melengkung seperti perompak. Tidak terdengar suara dari luar. Entah kenapa perasaaan Alvaerelle tidak nyaman. Jangan-jangan mereka memang para perompak. Jika dia salah bertindak, maka semuanya akan sangat buruk. - - - - - - - - - - - - - - - "Serahkan semua barang berhargamu!" ucap laki-laki dengan sebagian wajah yang tertutup oleh kain. Tidak salah lagi, makhluk di hadapannya adalah seorang elf tetapi terlihat lebih jahat. Walau begitu, dia memang tahu. Di dunia mana pun, pasti ada orang-orang jahat. Salah satunya adalah para bandit, perampok, atau apalah itu. Mereka semua sama saja. Satu-satunya yang diincar adalah kekayaan. Andai dia pun memiliki uang, Alvaerelle dapat memberikannya. Dia tidak mau terlibat kejahatan lebih lama dari ini. "Kami tidak memiliki uang atau perhiasan yang dapat diserahkan pada kalian. Sebaiknya kalian menyerah saja! Tidak perlu menekan kami seperti ini," ucap Leai dengan lantang. Tidak. Itu adalah suara keputusasaan. Tidak ada seorang pun di tempat sepi seperti ini. Para pengawal yang bertugas saja sudah tidak sadarkan diri. Namun, apakah benar jika tidak ada yang dapat mereka lakukan? Alvaerelle selalu mencari celah. Dia lalu refleks memegang lehernya. Sebuah kalung melingkar di sana. Tunggu. Ini adalah perhiasan. Melihat Leia yang menatap tajam dengan tangan mengepal, Alvaerelle semakin tidak tahan lagi. Dia tahu nyawa mereka dalam bahaya. Tidak ada jaminan setelah menyerahkan barang berharga pun, mereka akan baik-baik saja. Jika mengambil sisi penjahat di dunia sebelumnya, Leia tahu betul sifat mereka. Daripada ketahuan, para penjahat memilih untuk membunuh lawannya.  Semua demi kejahatan sempurna mereka. Alvaerelle menelan ludahnya. "Apakah jika aku memberikan barang berhargaku, kalian akan benar-benar pergi dari tempat ini?" "Hooo ... rupanya ada seorang yang gadis yang ingin melakukan penawaran denganku. Menarik. Apa yang kamu tawarkan?" tanya si penjahat. "Kalung ini," ucap Alvaerelle seraya melepaskan kalung dari lehernya, "ini adalah perhiasan yang sangat mahal dan diberikan oleh pangeran sendiri. Kalian bisa memeriksa ini setelah berada di kota." Sejujurnya Alvaerelle berkata bohong. Dia sama sekali tidak mengetahui harga dari kalung yang dikenakannya. Bahkan tidak mungkin Pangeran Myrin memberikan itu kepadanya. Bagaimana pun, laki-laki yang akan menjadi suaminya itu tidak begitu peduli. Bahkan dia mengirimkan prajurit-prajurit lemah untuk menjemputnya. Mata hijau dari tatapan penjahat itu semakin cerah. Sepertinya pertanda tertarik, Alvaerelle tidak tahu juga. Namun, trik ini sepertinya akan berhasil. Jadi Alvaerelle tetap menjalankan perannya. Bukan hanya dia yang ketakutan, tetapi Leia pun sudah tidak mampu berkata-kata lagi. "Penawaran bagus, tetapi aku lebih tertarik dengan hal lain," ucap si penjahat. Tiba-tiba kalungnya ditarik begitu saja dan dilemparkan ke luar. Bukan, bukan itu. Hal yang sedang dilakukan oleh si penjahat adalah menyerahkan barang berharganya pada elf lain di belakangnya. Sial! Kenapa dia begitu lengah. Di ruang yang sempit ini, Leia dan Alvaerelle sama sekali tidak memiliki ruang untuk melarikan diri. Bahkan terlalu sempit jika ada tiga orang yang masuk ke dalam. Sampai akhirnya dia ditarik keluar. Sakit sekali. Ini pemaksaan yang tidak halus. "Aku lebih tertarik denganmu," ucap si penjahat yang menatapnya dengan tajam. "Jika dijual ke pelayanan bar, mungkin nilai jualnya akan sangat tinggi. Aku tidak sabar mendengar itu." Ini ucapan yang sama seperti Tuan Durlan katakan. Menjual diri ke bar dan membuatnya menjadi wanita malam. Sangat tidak diinginkannya. Jika dia boleh memilih, Alvaerelle lebih baik kerja berat seperti laki-laki ketimbang menjadi seorang penghibur. Tangannya sangat sakit ketika dicengkeram. Namun, dengan menjauhi area kereta kuda, maka dia akan memiliki kesempatan. Leia tidak terlihat menarik bagi penjahat ini. Bahkan temannya langsung mengikuti. Alvaerelle tidak suka pandangan mereka. Layaknya pria tua yang sedang menunggu seorang gadis, itu hal yang paling tidak dia sukai. "LEIA!!! KABURLAH!" teriak Alvaerelle lantang. Sengaja agar terdengar. Gadis elf itu terperanjat dan buru-buru keluar dari kereta kuda. Jika dia tidak akan selamat, Leai bisa hidup dengan damai. Atau lebih baik lagi jika Leia menemukan seseorang yang dapat menyelamatkan mereka dari situasi ini. Mendengarkan hal itu, elf yang tengah menarik Alvaerelle pun semakin mengeratkan pegangan. Laki-laki dengan tudung itu pasti rahangnya sedang mengeras. Terlalu kesal karena dipermainkan. Semua dapat Alvaerelle rasakan melalui cengkeraman tangannya yang begitu kuat, seakan-akan itu mampu membuat tulangnya remuk. Sakit sekali. "Kamu membuatku melakukan cara kasar, Nona," ucap Bandit yang menahannya. Saat ini jantungnya sedang melompat-lompat tidak karuan. Dia sudah tahu apa yang akan terjadi. Apa yang membuat dirinya jadi seperti ini. Namun, hati kecilnya masih berkata kalau Leia dapat menemukan bantuan. Dia—melalui kecelakaan yang menimpa Alvaerelle—sudah pernah hampir mati dan bangun dengan keadaan mengenaskan. Alvaerelle harus akui, dirinya tidak berencana mati terlebih dahulu. Terlepas ini dunianya atau bukan, Alvaerelle tidak sama sekali berniat untuk mati. Dia ingin bertahan hidup, menghindari sesuatu masalah. Orang-orang sekitar boleh beranggapan jika dirinya penakut, tidak mau tahu diri. Namun nyatanya tidak seperti itu. Melarikan diri dari masalah adalah salah satu wujud dari cara mengatasi suatu masalah. Tidak ada yang salah dengan itu. Bandit itu menariknya ke hutan melalui semak-semak. Kakinya sangat sakit karena dia dapat merasakan bagaimana semak-semak mengoyak kakinya. Bahkan bajunya beberapa kali tersangkut. Hingga Bandit itu sangat kesal dan langsung melempar Alvaerelle hingga membentur ke pohon. Alvaerelle merasa punggungnya sakit sekali. Tidak kuat untuk menahan dan dia baru akan terjatuh. Akan tetapi, Bandit itu segera menarik dagunya, kuat. Memaksa Alvaerelle untuk tetap menengadah. Hanya. Menatap laki-laki itu seorang. "Pelayanmu akan segera ditangkap dan dibunuh, jangan harapkan lagi bantuan dari orang lain," ucap Bandit tersebut. "Aku tidak mau mempercayai ucapanmu! Pelayanku akan baik-baik saja, bahkan dia akan menemukan orang yang tepat untuk menyelamatkanku," balas Alvaerelle seraya menatap tajam. Bandit itu lalu tertawa terbahak-bahak. Alvaerelle tidak mengerti, sampai dia menjelaskan, "Ini adalah jalur paling jarang digunakan untuk transportasi. Memang ini adalah jalan pintas tercepat, tetapi tidak ada yang tahu kalau kami selalu ada." "Kalian adalah para Bandit yang selalu ingin mendapatkan keuntungan," jelas Alvaerelle, "lebih baik kalian menghabisi diri kalian sendiri. "Jaga ucapanmu, Nona Manis. Ah, kurasa aku bisa memberikan hukuman padamu terlebih dahulu," ucap Bandit tersebut. Alvaerelle tidak suka seringai laki-laki tersebut. Terutama ketika Bandit yang mengancamnya semakin menekan agar tubuh mereka menempel. Sekuat tenaga Alvaerelle menahannya. Namum memang benar, meski dia memiliki kekuatan lebih, dirinya akan lemah jika berhadapan dengan lawan jenis. Alvaerelle menelan ludah. Buru-buru dia menghindar ketika Bandit tersebut akan menciumnya. Lalu, hal yang dapat dia rasakan terakhir kali adalah, tubuhnya menjadi lebih ringan. Tidak ada beban apa pun yang menahannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD