TJCPP 29

1025 Words
Hari yang paling tidak ingin dia jalani pun kini telah hadir. Meski beberapa hari ke belakang dirinya sudah dibantu oleh Ayred, Alvaerelle tidak yakin akan menang. Lusa lalu, laki-laki itu sudah pergi kembali bertugas. Jadi dia berusaha untuk tenang lebih dahulu. Setidaknya dia tidak perlu panik. Terutama Leia sudah sadar sekarang. "Nona Alvaerelle, apa Nona yakin akan baik-baik saja? Aku bisa ikut dengan Nona jika ini terlalu berbahaya. Terlebih di kediaman Keluarga Zinsastra, tampaknya Nona tidak bisa menggunakan panah atau senjata tempur apa pun," jelas Leia padanya. Alvaerelle tahu itu. Dia ingat betapa jengahnya dia ketika Ayred tidak bosan-bosannya mengulang perkataan serupa, bahwa seorang elf terlahir untuk berburu dan itu seharusnya mudah pula bagi dirinya. Namun, meski dia berkata kalau dirinya adalah manusia pun tidak akan ada yang percaya. Jadi di sinilah dia, terjebak dalam sesuatu yang dinamakan kesialan. Sejujurnya dia tidak ingin pergi, apalagi jika membawa Leia. Dia terlalu takut gadis itu menghilang di tengah-tengah hutan. Apalagi Alvaerelle merasa jika gadis itu masihlah tidak baik-baik saja. Maka dari itu dia mendiamkan lebih dulu ucapan Leia. Menimbang baik-baik. Sayangnya, Keputusan Alvaerelle tidak berubah. Dia tidak ingin kehilangan lagi. Saat ini yang dirinya inginkan adalah terbebas dari masalah dan memberikan Leia kebebasan. "Leia, aku akan baik-baik saja. Pangeran menyebalkan itu mau tidak mau harus melindungi tunangannya bukan? Meski memang, aku belum tentu menang. Setidaknya kali ini aku memiliki perlindungan diri dan dapat menjaga diri sendiri," jelas Alvaerelle sambil tersenyum. Leia menopang dagunya. "Nona Alvaerelle, tolong ajarkan aku percaya diri sepertimu. Pangeran Myrin benar-benar beruntung. Aku bersyukur bukan Nona Gaylia yang aku dampingi." "Setidaknya Gaylia lebih kuat dariku. Kamu akan aman karena dia punya banyak pelindung. Tidak sepertiku yang tidak berguna dan hanya dimanfaatkan untuk situasi terburuk," lanjut Alvaerelle sambil menyiapkan apa saja yang perlu dia bawa ke hutan. Ini perjalanan yang akan panjang. "Nona, aku tidak yakin, tetapi gaun yang sedang digunakan olehmu terlihat sangat berat untuk berburu," ucap Leia. Refleks Alvamay pun melihat pada gaunnya. Mengangkatnya beberapa kali. Dia memang sadar ini sangat berat. Namun, entah kenapa Myrin memberikan ini. Entahlah apa tujuannya. Dia jadi curiga. "Aku ingin menggantinya, tetapi tidak ada waktu lagi. Selain itu, ini adalah pemberian Pangeran Mahkota yang menyebalkan," balas Alvaerelle, "kalau menurutmu, kenapa dia memberikanku gaun yang berat?" "Bukan maksudku untuk mencurigai, tetapi sepertinya Pangeran Myrin ingin memberi sedikit tantangan. Padahal harusnya pangeran tahu kalau Nona Alvaerelle tidak memiliki kemampuan memanah. Cukup aneh," jelas Leia. Alvaerelle menjentikkan jarinya. "Benar sekali. Bukan cuma kepribadiannya yang aneh, dia juga menyebalkan. Belum lagi dia sangat tidak tahu malu. Dia memang tidak berniat membuatku menjadi tunanganku. Dia hanya ingin membalaskan dendam tentang Soliana." Leia hanya tersenyum paksa. Dia pasti mengerti kenapa nonanya sangat kesal. Alvaerelle pun segera selesai menyiapkan alat-alatnya. Dia tidak ingin berkata apa-apa lagi. Karena sepertinya keluarga kerajaan sudah menunggunya sejak lama. Jadi dia memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Pangeran Myrin juga ada di sana. Tidak ada mahkota dan hanya pedang yang menemani di samping pinggangnya. Terlihat sama seperti orang-orang lainnya. Baguslah, untuk acara sepeti ini, mereka semua jadi setara. "Nona, maaf karena aku tidak bisa menemanimu. Namun, jika sekarang Nona berubah pikiran lagi, aku akan segera bergegas," ucap Leia dengan semangat. "Istirahatlah, Leia. Aku akan kembali dengan utuh," lanjut Alvaerelle sambil tersenyum. Dia lalu menatap tajam ke arah Myrin yang juga melihat ke arahnya. Segera Alvaerelle berjalan mendekat. Tidak lupa dengan sapaannya. Ini adalah waktu yang tepat untuk membahas cincin menyebalkan itu. Andai dia bisa melepaskannya, dia akan melakukannya. Bahkan Leia saja sudah melakukan berbagai cara tetapi tidak ada yang bia dilakukan. Alvaerelle juga sudah mencoba menggunakan sabun, tetapi tidak ada gunanya. Seseorang tolonglah beri tahu dia bagaimana caranya melepaskan cincin laknat ini?! Di samping itu Alvaerelle berjalan bersama dengan Myrin, layaknya sepasang kekasih. Manis di depan, tetapi sama-sama mengejek ketika tidak diperhatikan. Tentu saja Alvaerelle tidak mau dianggap gampangan meski dia mencoba untuk sabar. Sayangnya ternyata itu sulit. Meruntuhkan tembok seorang laki-laki itu adalah hal yang sia-sia. Entahlah bagaimana Dewi Langit bisa menghancurkan tembok yang membentengi Kyle. Sejujurnya dia tidak mengerti dan tidak mau mengerti. Lalu Alvaerelle pun mendongak. Cuacanya cukup cerah untuk berburu. Ah tidak juga, ini bukan karena cerah. Justru dia tidak pernah tahu bagaimana rasanya hujan di dunia ini. Apakah ada hujan atau tidak. "Aku tidak yakin kamu akan bisa menangkap kelinci berekor merah untukku, Alvaerelle Zinsastra," jelas Myrin. Alvaerelle menutup mulutnya. Pembicaraan Myrin saja sudah sangat menyebalkan dan tidak ingin dirinya dengar. Bagaimana mungkin ada laki-laki yang begitu percaya diri seperti dirinya? Lalu dia pun tersenyum membalas perkataan laki-laki itu. "Kamu memang benar, aku memang tidak akan menang dan aku tidak berencana untuk menang. Jujur saja, aku lebih ingin kamu tidak melakukan hal macam-macam denganku, Pangeran Myrin," balas Alvaerelle yang lebih mempercepat langkahnya. Namun, itu justru membuat Myrin menarik lengan Alvaerelle dengan erat. Tidak lupa menatap gadis tersebut dengan lekat-lekat. "Aku tidak berencana untuk menikah denganmu. Namun, bagaimana jika orang-orang yang memenangkan pertandingan justru meminta hal yang mustahil seperti membunuh seorang pelayan?" Alvaerelle tersentak. Dia sontak menoleh ke arah Myrin, berniat untuk menghajarnya sekali lagi. Sayangnya dia tidak bisa melakukan tanpa alasan. Andai saja memukul Myrin itu semudah dia menjadikan tahu bubuk. Menyebalkan sekali. Meski itu sukses membuat pikirannya terganggu. Apa yang Myrin katakan memang benar. Siapa pun pemenangnya belum tentu ingin menurunkan dirinya dari jabatan. Sebagian besar pasti lebih cenderung berpikir untuk berdiam diri saja. Myrin tidak menginginkan hal itu terjadi. Lantas bagaimana caranya dia meminta si pemenang untuk meminta dirinya putus dengan pangeran menyebalkan ini. "Pangeran Myrin, kamu memang sesuatu yang sangat menyebalkan dan ingin aku buang jauh-jauh hubungan antara kita. Jika aku berhasil menangkap kelincinya, aku akan meminta sesuatu yang lebih buruk dari itu," balas Alvaerelle yang lalu masuk ke dalam kereta lebih dulu. Dia tidak ingin membahas apa pun dengan Myrin. Laki-laki itu kelewat menyebalkan. Dia berharap ada Ayred di sini. Meski sama-sama menyebalkan, setidaknya dia mendapatkan sebuah keuntungan. Sama halnya seperi kemarin, Ayred membantunya untuk kedua kali. Dia menjadi lebih mahir dalam menggunakan panah. Akan dia tunjukkan bagaimana hebatnya seorang gadis yang tengah Alvaerelle diami tubuhnya. "Kamu akan terkejut, Myrin. Ingat itu baik-baik," jelas Alvaerelle pelan. - - - - - - - - - - - - - - -
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD