TJCPP 28

1062 Words
- - - - - - - - - - - - - - - Satu hal yang Alvaerelle tahu, kepalanya terasa sangat berat dan agak pusing. Pandanganya agak buram, tetapi ketika kesadarannya kembali secara penuh,dia dapat merasakan tangan lain tengah memegang punggungnya. Refleks dia pun mendongak. Ayred ada di bawahnya dan masih mengaduh kesakitan. Apa yang terjadi sebelumnya? Dia mencoba mengingat-ingat kembali. Lalu, dirinya sadar kalau ini semua karenanya. Jika saja Alvaerelle berhati-hati,  ini tidak akan terjadi. Tepatnya Ayred juga tidak akan menyelamatkannya. Buru-buru dia memperbaiki posisi dan membantu elf dengan rambut biru terurai itu untuk duduk. “Kamu tahu, badanmu itu memang ringan, Nona Alvaerelle. Namun, ini terlalu di luar ekspetasiku. Bagaimana mungkin hanya dalam dua hari berat badanmu semakin bertambah?” ujar Ayred. Alvaerelle hanya mengembuskan napas. Dia tidak berhak marah. Tidak jika pria ini sudah membantunya. “Terima kasih, Tuan Ayred. Aku berharap Anda baik-baik saja dan tidak ada satu tulang pun yang patah.” “Kamu ini sedang berterima kasih atau menyindir? Ah sudahlah. Sebenarnya aku penasaran, kenapa kamu memerlukan informasi tentang kelinci ekor merah? Di buku yang kamu ambil itu pun tidak akan ada,” jelas Ayred dan masih menyibukkan dirinya sambil berbaring di rak buku. Laki-laki itu juga menggunakan telapak tangannya untuk mengembalikan buku-buku yang terjatuh. Tidak lupa dengan tangga yang entah sejak kapan sudah melayang sejak sebelumnya. Ayred sepertinya sempat menyihir sehingga tidak menimpa mereka berdua. Suatu keberuntungan karena pria yang menyebalkan itu berada di tempat ini. Alvaerelle tidak tahu apa jadinya jika pria ini tidak berada di perpustakaan bersamanya sekarang. “Apa ini karena acara berburu yang dibuat Myrin secara sepihak?” tanya Ayred tiba-tiba. “Jika Tuan Ayred sudah mengetahuinya, aku tidak perlu menjelaskan apa pun. Saat ini setiap waktu sangatlah berharga. Sekarang aku akan segera pergi dari perpustakaan,” jelas Alvaerelle. “Tenang saja, aku tidak akan memberitahu siapa-siapa tentang keberadaan Anda di perputakaan.” “Harusnya kamu bertanggung jawab dengan akibat yang kamu lakukan,” timpal Ayred dan pria itu menggunakan sihirnya untuk menghentikan Alvaerelle. Dia tidak habis pikir dengan pria itu. Sangat menyebalkan dan mengganggu. “Apa yang bisa kulakukan untukmu?” tanya Alvaerelle sambil menatap dengan tajam. Ayred tiba-tiba bangun. Dia lalu berjalan mendekati ke mana Alvaerelle pergi. Setelah itu dia pun tersenyum. “Aku akan menemanimu berlatih panahan. Entah kenapa aku sangat yakin jika selain Gaylia Zinsastra, kamu tidak memiliki kemampuan untuk memanah. Aku juga tidak mau keluarga Kerajaaan dipermalukan oleh tunangan Myrin yang tidak dapat melakukan apa pun.” “Sekarang kamu yang menyindirku, Tuan Ayred. Ngomong-ngomong, aku tidak perlu bantuanmu. Bahkan aku tidak berencana untuk menang,” balas Alvaerelle sambil melirik ke sisi lain. Ayred kembali tersenyum. “Sayangnya seluruh orang di pasar mengenalmu dengan baik. Mereka juga memberikanku informasi itu. Lagi pula, kamu pergi sendiri untuk berlatih malah akan diburu oleh para gadis.” Ayred benar, dia tidak seharusnya pergi sendiri. Justru jika dibiarkan, bisa gawat. Alvaerelle terdiam sejenak. menimbang-nimbang kesempatan saat ini. Sekarang dia bisa mendapatkan seseorang yang siap mengajarnya, tetapi entah kenapa Alvaerelle tidak begitu yakin. Jika Ayred dulunya adalah calom putra mahkota, bukankah itu berarti banyak gadis elf yang menyukainya juga? Itu akan menjadi masalah baru untuknya. “Baiklah, aku setuju. Jika itu adalah cara untukku bertanggung jawab padamu,” ucap Alvaerelle. Setidaknya dia harus mencoba ini. Akhirnya Alvaerelle dan Ayred segera pergi bersama-sama ke ruang pelatihan. Sangat sepi, hanya beberapa elf yang masih berlatih. Salah satunya seorang gadis yang kemarin sudah berhadapan dengan Myrin. Gadis itu tidak kenal lelah, tetapi dia tidak kenal baik siapa dia. Ayred memberikannya sebuah busur dan lima anak panah. Busur yang diberikan oleh Ayred sangat berat. Bagaimana bisa seorang elf gadis memegang benda seberat ini? Dia bahkan bisa merasakan tangannya sudah sangat pegal sekarang. Hanya saja, jika dipikir-pikir, memegang pedang juga pasti sangat berat. Sepertinya Alvaerelle tidak cocok dengan senjata, begitu pula dengan dirinya. “Alvaerelle, apa kamu baik-baik saja? Wajahmu pucat sekali,” ujar Ayred entah lebih ke arah menyindir. Intinya Alvaerelle tidak suka itu. “Aku hanya tidak menyangka panahnya akan seberat ini. Kenapa kalian bisa memegangnya dengan mudah dan seperti tidak terasa berat,” gerutu Alvaerelle. Dia lalu mengembuskan napasnya. “Wajar saja. Seorang elf sudah dibiasakan ikut berburu tiap tahun, baik perempuan atau laki-laki. Gelar atau keluarga pun tidak akan memengaruhi acara berburu tiap tahun. Memang benar, ada banyak yang tidak mengikuti acara ini karena mereka tidak bisa berburu sama sekali,” jelas Ayred sambil tersenyum. “Sama seperti para b***k yang tidak dapat ikut acara berburu, kan? Pada akhirnya suatu gelar tetap menentukan siapa yang berhak mengikuti acara, Tuan Ayred. Ini tidak adil. Di saat banyak elf yang berusaha mendapatkan kebebasannya, elf lain justru merengut kebebasan makhluk lain.” “Aku mengerti apa yang kamu katakan, Alvaerelle. Kamu datang dari lingkaran p********n. Memang tidak jarang para elf mengambil wilayah tiga agar target buruan mereka lebih cepat terlaksana. Tidak hanya itu, biasanya wilayah tiga juga dijadikan sebagai ajang jual-beli barang gelap dan para b***k. Namun, sebisa mungkin pihak kerajaan mencegahnya, tetapi banyak elf yang malah melakukan pelanggaran setelah dibebaskan dari status budaknya,” jelas Ayred yang lalu menengadah ke langit-langit. “Menurutku hukum Kerajaan ini belum kuat dan Kerajaan sebaiknya menyediakan lapangan pekerjaan bagi para Elf yang sempat menjadi b***k. Ini juga akan membantu mereka yang telah bebas untuk tidak melakukan kejahatan. Tidak pula mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan. “Kita tidak akan pernah tahu kualitas dari seorang elf jika kita sendiri tidak membantu mereka mengasahnya. Semua orang memiliki bakat terpendam, tidak hanya berburu. Andai saja kalian yang berasal dari kerajaan bisa pintar sedikit dan aku sangat berharap jika siapa pun yang menjadi raja akn membawa masa depan para elf lebih baik,” lanjut Alvaerelle panjang lebar. Tiba-tiba gadis itu tersadar dengan apa yang sudah dilakukannya sekarang. Tidak seharusnya dia mengatakan hal itu pada Ayred. Di luar dugaan Ayred justru memberikan tepuk tangan. Dia juga menatap Alvaerelle dengan sumringah. “Pidato yang bagus. Sepertinya kamu cukup pandai dalam berbicara. Apa pun yang kamu katakan sekarang akan menjadi pertimbangan Kerajaan fayfault. Sekarang, izinkan aku melatihmu selagi mereka beristirahat.” “Tuan Ayred ... maafkan segala omong kosongku barusan. Anda tidak perlu memikirkannya,” jelas Alvaerelle. Ayred menggeleng. Dia justru tersenyum. “Ucapanmu memang benar, Alvaerelle. Fayfault akan bangga karena memiliki ratu seperti dirimu. Cerdas dan pandai bicara. Jika aku jadi Myrin, aku akan sangat senang karena memiliki tunangan yang cerdas sepertimu.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD